DuapuluhSatu

61 20 273
                                    

Sepertinya kecurangan udah jadi kebutuhan ya?

***

Grizelle menatap datar wajah Venus, jantungnya sangat berdetak dengan kencang. Grizelle meremas handphone yang ada di genggaman.

"Kamu ngapain?" tanya Grizelle.

Venus bingung apa yang harus ia katakan. "A-aku mau searching buat tugas Bu," ucap Venus. Venus mencari objek lain untuk ditatap, ia tidak berani untuk menatap mata Grizelle. Venus menelan salivanya dengan susah payah.

"Kenapa gak izin dulu?" tanya Grizelle kembali. Venus mencoba memberanikan dirinya untuk menatap grizelle.

"Tadi, Venus mau izin tapi gak ketemu Ibu. Bu ... Ibu terlalu banyak rahasia dan bohongan yang Ibu sembunyikan dari Venus," ungkap Venus. Grizelle melebarkan pupil mata nya, sekarang ia yang bingung untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh putrinya.

"Kamu baca apa aja?" tanya Grizelle dengan gugup.

"Kenapa Ibu selalu sembunyiin sesuatu?" jawab Venus, "Bu. Apa yang Ibu rahasiain?" desak Venus.

"Ibu—"

Venus memotong ucapan Grizelle yang belum sempat ia dengar. "Venus cape Bu. Percuma Ibu jawab, Ibu gak akan pernah jujur," ucapnya lalu memutuskan untuk pergi ke kamarnya.

Grizelle menggenggam kuat handphone nya. Ia bernafas gusar, jika Venus mengetahui segalanya Grizelle takut jika nanti Venus akan membenci dirinya karena secara tidak sengaja telah membunuh suaminya sendiri.

Air mata Grizelle turun begitu saja dari pipi nya. "Maafin Ibu. Ven,"

***

Mars sudah stand by di depan pagar rumah Venus, Mars menunggu sampai Venus keluar dari rumah. Selama menunggu, Mars memegang benda pipih berlogo apel ke gigit itu, ia melihat banyak sekali foto yang telah diambil, entah itu bersama Galaksi atau Venus.

"Gak kerasa kita udah temenan lama, bahkan udah lebih dari temen, sahabat. Gue gak tau kalo gue kehilangan satu diantara kalian," gumam Mars. Mars terus menggeser jempolnya di layar benda pipih itu. Kurang lebih seribu foto yang ia punya bersama Galaksi dan Venus. Mars tersenyum, pertemanannya dilandasi oleh ketulusan.

Venus keluar pintu pagar rumah, netranya menatap pria tampan yang sedang duduk manis di motor serta menopang dagu nya tidak lupa dengan benda pipih yang ia mainkan.

"Lama ya? Kenapa ga panggil gue?" ucap Venus. Mars terkejut dengan kedatangan Venus yang mendadak berdiri tegap di samping motor nya.

"Sejak kapan lo ada di sini?" tanya Mars.

"Dari tadi, lagi liatin apa sih?" tanya Venus balik. Venus menjingjitkan kakinya untuk melihat ke arah layar, melihat apa yang Mars lihat.

Mars Segers menutup handphonenya, Mars menoyor dahi Venus dengan pelan. "Kepo lo," kekeh Mars. Mars sedikit bangkit dari duduknya, ia memasukan handphone ke dalam saku celana abu-abu.

Venus yang merasa kesal hanya memajukan bibir serta mendelikkan mata nya. Mars meraih helm cadangan yang ia bawa, Mars tiba-tiba memasangkan helm itu di kepala Venus. Venus merasa tersentak dengan apa yang dilakukan Mars tadi.

"Gak usah cemberut, lo udah jelek ntar makin jelek lagi, naik nanti telat. Lo lupa sekarang tanding?" tanya Mars. Venus memajukan rahang bagian bawahnya.

"Nyenyenye,"

Mars tersenyum dibalik helm full face. Venus dapat lihat dengan jelas kerutan mata Mars yang menyipit.

MaVeGa [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang