Hati harus mengalah dan rela memendam rasa agar semua baik-baik saja. Dan persahabatan akan terus terjaga jika tidak ada rasa suka.***
"Guys, guys, kalian tau gak semalem gue mimpi apa?" tanya Mentari kepada teman-temannya.
"Mana kita tau lah bos, lo kan belum ngasih tau, lo pikir kita bisa baca pikiran apa," ucap Bulan.
"Emangnya lo mimpi apa, sampai lo ketakutan gitu?" tanya Aurora.
"Jadi gue mimpi ...."
***
"Hahaha ... emang ya, si miskin itu gatau diri banget," tawa Mentari sambil mengendarai mobil sport putih bermerek BMW.
"Iya, masa sih Mars mau deket, pasti cuman kesian," ucap Bulan.
"Mars gak mungkin suka sama dia yang tampilannya ewww ... gak ada cocok-cocoknya, pasti skincarenya juga kiloan," ucap Mentari dengan senyum mengejeknya.
"Kalo menurut gue sih cocok-cocok aja tuh, Mars ganteng Venus juga cantik," celetuk Aurora.
"Heh! Ko lo bela si pembantu sih? Lo temen gue atau Venus?" ucap Mentari sebal. Mentari pun melirik Aurora dengan tajam lewat sebuah kaca.
"Tar! Awass," ucap Bulan menepuk-nepukan tangannya ke bahu Mentari.
"Ck. Apaan sih lo!" bentak Mentari.
Di persimpangan jalan, seorang pengendara motor seketika muncul dan seperti ingin menabrakan dirinya sendiri membuat Aurora menutup kedua matanya, Mentari yang melihat itupun segera menatap lurus ke jalanan.
Brak!
"Omg ... gue nabrak siapa?" ucap Mentari panik.
"Bos cek-cek sana," suruh Bulan.
"Heh, berani-beraninya lo nyuruh-nyuruh gue," ucap Mentari tidak terima.
"Gue takut Bos, lo aja ya?" pinta Bulan.
"Aurora, cek sana," suruh Mentari.
"Loh kok gue? Kan yang nabrak lo," ucap Aurora.
"Kok lo nyalahin gue?" ucap Mentari.
"Bu-bukan Bos, maksudnya Bulan yang salah," ucap Aurora.
"Apaan sih lo? Ko gue?" ucap Bulan kesal.
"Diem! Kita semua salah, kita semua juga yang harus cek," ucap Mentari menghentikan aksi salah menyalahkan.
Mereka pun segera turun dari mobil untuk mengecek keadaan sang pengendara. Jalanan sangat sepi karena memang jalan ini jarang sekali dilalui oleh pengendara lain.
Sebelum itu, Mentari mengecek mobil kesayangannya, "Mobil gue lecet-lecet, yaudah lah gue bisa beli lagi," ucap Mentari saat melihat depan mobilnya penyok dan lecet-lecet.
Mentari segera berjongkok, jantungnya berdegup sangat kencang, "Semoga gak mati," ucap Mentari.
Mentari dengan ragu membalikan tubuh sang korban, sebelum ia balikan tubuhnya Aurora dan Bulan sudah teriak histeris.
"Sttt ... kalian berdua kenapa sih?" ucap Mentari.
Aurora dan Bulan menunjukan jarinya ke sebuah sepeda motor milik sang korban, "Ya ampun. Ayahnya si miskin?" ucap Mentari dengan gemetar.
"Tar, gimana ini. Gue takut di penjara," ucap Bulan.
"Gue gamau di penjara, gue ikhlas kalo Mentari yang di penjara, asal jangan gue," ucap Aurora.
KAMU SEDANG MEMBACA
MaVeGa [Sudah Terbit]
Teen FictionOpen PO✓ (Di wattpad belom aku revisi ya) Hal yang berbeda bukan berarti tidak bisa bersama. Terkadang perbedaan dibutuhkan untuk saling melengkapi kekurangan. Sama hal nya dengan pertemanan. Perbedaan agama dan kasta tidak merubah status mereka. M...