Sepuluh

116 35 293
                                    

Lo kayak senja, suatu hal yang indah dan selalu gue tunggu. Tapi sayang, saat lo hadir malam selalu merenggut lo dari gue.

-Mars Angkasa-

Sabtu.

Mars merasa gelisah karena sesudah tragedi Venus yang terkena bogeman, Venus selalu menghindari Mars dan Venus lebih dekat dengan Galaksi.

Seusai ibadah shalat magrib Mars mulai membuka kitab suci Al-Qur'an lalu membacanya. Lantunan ayat Al-Qur'an yang dibaca Mars sangat indah siapa pun yang mendengarkannya akan merasa tersentuh.

Sekarang Mars telah selesai membaca Al-Qur'an. Mars melipat sejadahnya, menaruh Al-Qur'an di tempat semula dan melepas peci yang terpasang di kepalanya.

Mars membuka pintu kamarnya lalu menuruni anak tangga menuju lantai bawah untuk makan malam bersama abi-uminya.

"Abi? Umi?" panggil Mars yang tidak melihat keberadaan umi atau abinya di dapur. Karena biasanya, abi dan uminya selalu masak berdua. Mars memutuskan menghampiri ruang kerja Arseno.

"Abi?" ucap Mars yang melihat abinya sedang berkutat ke layar laptop yang ada dihadapan Arseno.

"Ada apa?" tanya Arseno yang masih terfokus kesebuah layar laptop.

"Menurut Abi, kalau Mars suka sama seseorang Mars harus gimana?" tanya Mars kepada Arseno.

Arseno mengalihkan pandangan yang semula dilayar laptop ke arah putranya, "Kalau kamu suka, ya perjuangin. Jadi cowok harus berani, seenggaknya kamu udah ungkapin perasaan kamu, masalah ditolak atau diterima itu belakangan." ucap Arseno

"Iya juga ya, makasih Bi," ucap Mars dengan menunjukan senyum manisnya.

"Emang kamu suka sama siapa?" tanya Arseno bingung, karena baru pertama kali Mars bercerita tentang seorang wanita yang sedang ia sukai.

"Ada deh, Bi," ucap Mars menaik turunkan alis.

Arseno melepaskan kacamata yang ia pakai lalu menaruhnya di meja. Arseno mulai berdiri dari tempat duduk dan menghampiri keberadaan putra satu-satunya, "Dasar anak muda, ayo kita makan," ajak Arseno dengan merangkul Mars.

Mars mematung saat melihat Uminya sedang menaruh makanan di meja makan, "Loh tadi Mars gak liat Umi di dapur?" tanya Mars heran.

"Ada kok, cuman Umi lagi kebelakang dulu tadi," ucap Arsy.

"Udah, ayo makan udah itu kita shalat isya berjama'ah," ucap Arseno.

Arsy telah menyiapkan berbagai macam hidangan, mereka berdoa terlebih dahulu sebelum menyantap makan yang tersedia.

"Bi, Mi, Mars mau ke kamar dulu," ucap Mars berpamitan setelah selesai memakan makanannya. Arseno dan Arsy pun mengizinkan putranya untuk pergi.

Mars mondar-mandir kamar yang bernuansa hitam putih, ia mulai resah kembali, ia berfikir sejenak lalu memutuskan besok akan pergi ke rumah Venus untuk mengantarka Venus ke tempat ibadah seperti yang biasa Mars lakukan.

Minggu

Mars sudah stand bye di depan rumah Venus, tapi tidak ada tanda-tanda kedatangan Venus. Ia ingin mengantar Venus seperti biasa yang ia lakukan, serta ia ingin mengungkapkan perasaan yang selama ini ia pendam. Jantung Mars semakin berdetak dengan kencang, ia mulai gugup tapi ia harus berani.

"Apapun yang terjadi Venus harus tau perasaan gue, apa gue ngelakuin cara yang bener? Atau gue makin memperburuk persahabatan?" ucap Mars kepada dirinya sendiri.

"Gue benci saat otak dan hati gak sejalan," gumam Mars merasa bingung.

"Ungkapin atau enggak?"

MaVeGa [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang