*44✓

7.1K 290 2
                                    

🎼That's Us_Anson Saebra🎶

Double up. Aku bagi jadi dua, kepanjangan kalo jadi satu wkwk.

***

"Ga, aku pergi dulu, ya." Audy menyelempangkan tas punggungnya di salah satu pundaknya.

"Bentar, Dy tungguin dulu. Biar aku anter." teriak Arga dari dalam kamar mandi.

Audy menghela nafas pelan. "Nggak usah, Ga. Aku berangkat naik taksi aja." ucap Audy ketika Arga baru saja keluar dari sana dengan hanya menggunakan handuk yang melilit setengah tubuh bagian bawahnya.

"Enggak. Aku anter pokoknya. Cuma sebentar, Dy." Arga mengambil sepasang pakaian di dalam lemari.

Audy lagi-lagi menghembuskan nafasnya. Matanya membulat. "Eh tunggu, tunggu." Audy menelan salivanya saat tau Arga hendak melepas lilitan handuknya. "A-aku keluar dulu."

Arga sadar, ia menyeringai lalu dengan sengaja benar-benar melepas lilitan itu. Audy tidak melihatnya karna dia dengan cepat keluar kamar dengan pipi yang bersemu merah.

"Gak ada adab." umpat Audy memaki Arga.

Audy duduk di sofa, menunggu Arga dengan sabar. Ternyata suaminya ini jika di perhatikan dengan seksama, sifatnya sangat tidak jauh berbeda dengan perempuan. Iya, jika di lihat dari segi saat berdandan. Cowok itu akan sangat lama merapihkan penampilannya, padahal kan dia hanya ingin mengantar Audy ke rumah temannya. Bukan ke acara pernikahan.

Tapi, jika di ingat-ingat Arga itu kan mantan playboy. Tentu saja penampilan sangatlah penting untuk mencari mangsa yang baru. Oh atau mungkin, cowok itu masih tetap menjadi playboy sampai sekarang?

"Arga! Buruan napa sih?! Katanya bentar. Aku pergi sendiri deh kalo kamu lama!" teriak Audy mulai kesal dan lelah.

"Udah nih, yuk." Arga keluar dari kamar dan membalas teriakan Audy dengan teriakan yang tak kalah keras.

Audy mendengus. Berdiri lalu keluar rumah mendahului Arga yang baru saja turun dari tangga.

Masuk ke dalam mobil.

"Ke rumah siapa dulu?" tanya Arga menginjak pedal gas dan membawa mobilnya keluar dari garasi.

"Langsung ke rumah Risa aja. Kita kumpul di sana."

"Oke."

Mobil berubah menjadi hening. Audy menatap keluar jendela, menikmati rintik hujan yang tiba-tiba turun padahal cuaca tadi tidak memperlihatkan tanda-tanda akan turunnya hujan. Arga melirik Audy sebentar lalu kembali fokus pada kemudinya.

Beberapa menit berlalu. Mereka sudah sampai di kediaman keluarga Risa. Audy melepas seatbeltnya, mengeluarkan ponsel lalu menelpon sang pemilik rumah.

"Keluar dong. Bawain gue payung. Hujan nih." ucap Audy lewat telepon.

"Di belakang ada payung, Dy." sahut Arga.

Audy menoleh, mendelik pada Arga seraya meletakan jari telunjuknya di bibir. Arga memutar bola matanya.

"Buruan." ucap Audy pada Risa.

Tanpa banyak bertanya Risa segera memutus panggilan. Keluar dari rumah seraya membawa satu payung. Ia membuka payungnya lalu berjalan mendekati mobil Arga yang letaknya tak jauh dari depan pintu rumahnya.

Audy melihat Risa berjalan mendekatinya dengan muka malasnya. Ia terkekeh. Menatap Arga dengan cengiran gilanya.

"Nyusahin." Arga menempeleng pelan kepala Audy.

Audy mendengus kecil lalu memakai tasnya lagi. "Aku masuk dulu, ya."

Arga bergumam. "Nanti kalo mau pulang telpon aku."

My Enemy Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang