Ternyata kita dipertemukan hanya untuk saling sapa, bukan untuk membangun sebuah hubungan atau bahkan membangun sebuah atap kecil untuk kita singgahi berdua.
***
Kini Audy tengah berjalan menuju parkiran sekolah. Sekolah sudah sepi sejak beberapa menit yang lalu hanya tersisa beberapa murid saja yang memang mengikuti ekskul.
Saat sudah berada diparkiran Audy mencari-cari dimana mobilnya. Dan, ia baru ingat kalau tadi pagi mobilnya tidak sempat ia parkirkan, Audy lalu bergegas keluar gerbang untuk mencari mobilnya, setelah Audy menemukannya ia langsung masuk kedalam mobil. Tapi belum sempat ia membuka pintu mobil, ada yang memegang tangannya, refleks Audy menghentikan pergerakannya ia menengok kebelakang untuk melihat siapa yang memegang tangannya.
"Lo? mau apa lo?" tanya Audy.
"Gue nggak bawa mobil, gue nebeng ya." ujar Arga to the point sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Gak, gue sibuk," balas Audy lalu segera masuk ke dalam mobil.
Arga pantang menyerah, ia berputar ke kursi penumpang dan langsung masuk ke dalam dengan watadosnya.
Audy yang melihat itu langsung membulatkan matanya. Saat Audy ingin angkat bicara Arga langsung menyelanya.
"Anterin gue pulang." ujarnya sambil memakai Seatbeltnya.
"Ogah, turun nggak!" teriak Audy kesal.
"Nggak." balas Arga santai lalu menumpu kedua tangannya di belakang kepala dan mengangkat satu kakinya kemudian ia letakan diatas kaki yang satunya. Args memejamkan matanya tanpa memperdulikan Audy yang menatapnya tajam.
Audy menyeringai saat ide jahil muncul di otaknya. Ia langsung menginjak pedal gas dan mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata refleks Arga membulatkan matanya ia terkejut bukan main jantungnya rasanya ingin lepas dari tempatnya.
"Woi sinting! Lo mau bunuh gue?!" pekik Arga, niat untuk mengerjai Audy malah dirinya sendiri yang dikerjai.
Audy tertawa puas melihat bagaimana ekspresi terkejut Arga, kemudian Audy memelankan laju kecepatannya dan meminggir kan mobilnya, ia mematikan mesin mobilnya.
"Sarap lo," maki Arga masih dengan memegangi dadanya.
Audy menghentikan tawanya lalu menatap manik mata Arga tajam. "Apa lo bilang?!" geram Audy dengan merubah raut wajahnya menjadi garang.
"Lo sarap." ulang Arga dengan menekan setiap kata pada ucapannya.
"KELUAR DARI MOBIL GUE!" teriak Audy didepan wajah Arga, membuat Arga menutup telinga dengan kedua tangannya.
"Selow girl selow, gue cuman bercanda kalik. Lagian lo niat banget mau buat jantung gue copot."
Audy tak menggubris ucapan Arga ia langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan normal.
Selama perjalanan mereka hanya diam tanpa ada yang minat untuk membuka topik pembicaraan.
"Dy." panggil Arga mencoba mencairkan suasana.
"Hm?" balas Audy tetapi pandangannya masih lurus ke depan.
"Makan dulu yuk, gue laper." ajaknya dan diangguki oleh audy. Ia juga merasakan hal yang sama karena sejak tadi pagi ia belum memakan apapun hanya meminum air mineral yang sempat ia beli di kantin sekolah setelah ia membersihkan perpustakaan.
Audy memarkirkan mobilnya di salah satu restaurant. Setelahnya Audy dan Arga turun bersamaan dan segera masuk kedalam dan mencari tempat duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy Is My Husband
Roman pour AdolescentsSemua berawal dari pindahnya Audy dari Bandung ke Jakarta, ia juga terpaksa harus pindah sekolah. Disekolah ini ia harus bertemu lagi dengan musuh kecilnya yang menyebalkan. Sampai akhirnya sebuah pernikahan mereka alami karna perjodohan yang sudah...