Jangan coba-coba untuk meyakinkan aku untuk kembali percaya padamu.
Kepercayaan yang telah kau buat, kau jugalah yang menghancurkannya.
Kepercayaan itu ibarat benang yang sudah putus, ia tak akan bisa kembali seperti semula lagi.
***
"Kita udah telat dua puluh lima menit, Lo mau lanjut masuk?" tanya Arga masih dengan sedikit senyum tipis diwajahnya.
Tanpa menunggu jawaban dari Audy, Arga langsung berjalan memutari mobil menuju pintu mobil samping pengemudi dan langsung memasukinya tanpa seizin sang pemilik. Untung saja pintunya tidak di kunci.
"Kita bolos." ucap Arga santai. Seolah-olah tidak pernah terjadi apapun terhadap dirinya dan Audy.
"Ogah." balas Audy ketus.
"Lo mau dihukum?" tanya Arga.
"Udah, nggak usah kebanyakan mikir buruan jalan." suruh Arga seraya memakai Seatbeltnya.
Audy tak mengindahkan perkataan Arga justru ia malah menatap Arga sengit dengan tatapan garang membuat Arga yang melihatnya bergidik ngeri.
"Emm." gumam Arga sambil menggaruk dahinya yang tiba-tiba gatal lalu menyengir kuda kearah Audy.
Audy yang melihat tingkah Arga pun hanya memutar bola matanya dan langsung mengendarai mobilnya meninggalkan sekolah.
Sudah tiga puluh lima menit berlalu, Audy mengendarai mobilnya tak tentu arah. Sudah sedari tadi juga ia terus menguap karena mengantuk akhirnya ia memilih meminggirkan mobilnya berniat berhenti.
"Turun lo." suruh Audy pada Arga yang kini tengah memejamkan matanya, tapi Audy tau bahwa Arga tidak benar-benar tidur.
Arga membuka matanya, menoleh kearah Audy. "Lo nyuruh gue turun disini?" tanya Arga bingung. Audy hanya menganggukkan kepalanya malas.
"Tega–"
"Gantiin gue nyetir, gue ngantuk." potong Audy.
"Ooh, bilang dong." Arga kemudian turun dari sana dan beralih ditempat Audy untuk menggantikannya.
Setelah mereka sudah bertukaran tempat, Audy langsung memejamkan matanya berniat untuk tidur.
"Kemana nih?" tanya Arga pada Audy yang akan memejamkan matanya.
"Terserah." balas Audy lalu melanjutkan tidurnya.
Arga lalu mengemudikan mobilnya menuju kesuatu tempat, tempat yang sudah dua tahun tidak ia kunjungi.
Setelah setengah jam dalam perjalanan kini mereka sudah sampai pada tujuannya. Arga berniat membangunkan Audy yang kini tengah tertidur namun lagi-lagi ia hanya menatap wajah Audy cukup lama dengan senyumnya.
"Kalo lagi melek kayak singa, tapi kalo udah tidur gini gemesin banget sih ni cewek." gumam Arga dengan kekehannya.
"Dy bangun, udah nyampek." Ujar Arga membangunkan Audy dengan nada lembut seraya menepuk-nepuk pipi Audy pelan.
Tak butuh waktu lama, Audy langsung bangun dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul.
"Buruan bangun, gue tungguin disana." Arga menunjuk rumah pohon yang terletak tidak jauh dari tempat mobil Audy berhenti.
Audy yang sadar Arga sudah keluar dari mobil langsung turun dan mengikuti langkah Arga menuju tempat yang tadi ia tunjuk.
"Wiiih keren!" seru Audy yang tiba-tiba sudah berada disamping Arga seraya menatap keatas dimana rumah pohon itu terletak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy Is My Husband
Ficção AdolescenteSemua berawal dari pindahnya Audy dari Bandung ke Jakarta, ia juga terpaksa harus pindah sekolah. Disekolah ini ia harus bertemu lagi dengan musuh kecilnya yang menyebalkan. Sampai akhirnya sebuah pernikahan mereka alami karna perjodohan yang sudah...