*7✓

9.8K 347 1
                                    

Cuma karna jempol kita bisa mengetik jahat, bukan berarti harus.
Kata-kata punya kekuatan, kita punya pilihan.

_Fiersa-Besari_

***


"Apaan?" tanya Arga malas.

Silvi berjalan mendekati Arga lalu duduk disampingnya sambil merangkul lengan Arga, membuat cowok itu benar-benar risih dengannya.

"Kamu kok nggak masuk kekelas? kenapa malah disini?" tanya Silvi dengan sesekali mengusap-usapkan tangannya didada Arga yang terbungkus seragam sekolahnya.

Arga yang merasa risih langsung menepis tangan Silvi lumayan kasar.

Perempuan itu kaget, "Kamu kenapa sih?" tanyanya.

"Gapapa, balik kelas sana lo, ganggu aja tau nggak." balas Arga ketus.

"Kamu lagi ada masalah? Cerita sama aku. Aku bisa kok jad–" Silvi mencoba membujuk Arga agar tidak ketus lagi dengannya, tapi ucapannya terhenti karena Arga langsung bangkit dari duduknya untuk meninggalkan Silvi. Sungguh hari yang menyebalkan bagi Arga.

"Arga." panggilnya dengan suara lirih, Arga hanya memutar bola matanya malas.

"Apalagi?" tanyanya tanpa menatap seseorang dibelakangnya.

"Kamu kenapa sih, kamu jadi dingin gini sama aku. Kamu udah nggak cinta lagi ya sama aku?" tanya Silvi dengan suara parau.

Arga yang mendengar itu langsung membalikkan badannya untuk menatap wajah seorang gadis yang hanya ia jadikan sebagai selingkuhannya. Bilang kalo Arga itu brengsek, ya Arga memang brengsek dan akan terus seperti itu sampai ia bisa menemukan sosok yang selama ini ia cari.

"Berapa kali lagi gue harus bilang sama lo kalo gue nggak pernah cinta sama lo." tandas Arga kesal. Ia pergi meninggalkan Silvi yang tengah bergelut dengan pikirannya.

***

"Woy bro, udah? Cepet amat dah." ledek Raka pada Arga saat laki-laki itu baru sampai dikantin.

"Bacot lo." balas Arga sinis.

"Whohoho, selow bambang." sahut Vano.

"Muka lo kusut banget, lo napa dah?" tanya Raka.

"Gak!"

"Cerita aja lah bro... Silvi lagi?" tebak Vano seraya mengaduk-aduk minumannya.

"Hm.. tuh cewek gak ada bosen-bosen nya deketin gue mulu." ujar Arga lalu menyaut minuman milik Raka membuat Raka membulatkan matanya.

"Eh, punya gue." ucap Raka dengan wajah cengonya.

"Kayak gak tau Silvi aja lu." kata Vano.

"Udah lah ngapain coba bahas tu cewek gak  ada faedahnya." ujar Raka dengan wajah kesal.

***

Bel istirahat pertama sudah berbunyi, membuat semua murid yang tadi tengah belajar harus mengakhirinya.

"Kantin kuy." ajak Audy seraya bangun dari duduknya, tapi tidak dengan ketiga temannya. Mereka menatap Audy siap untuk memberikan beberapa pertanyaan yang sudah bersarang diotak mereka.

"Kalian kenapa dah?" tanya Audy pura-pura tidak tau. Sumpah demi apapun mood nya sudah membaik sekarang, dan ia harap teman-teman nya ini tidak akan merusaknya.

"Gak usah pura-pura lupa, buruan cerita." ujar Lisna tidak sabaran.

Audy menghembuskan nafas kasar, lalu ia kembali duduk dan menceritakan semuanya. Sebenarnya ini tidak terlalu penting atau bahkan tidak penting sama sekali untuk diceritakan, dan Audy rasa ini bukan masalah. Tapi mau bagaimana lagi teman-teman nya memang keras kepala.

My Enemy Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang