22/08/20
Tubuh mungil dengan kulit putih yang masih terlihat merah. Matanya pelan-pelan sudah mulai terbuka meski belum sepenuhnya, hidungnya sedikit mancung dengan bibir kecil berwarna pink muda.
Audy tersenyum kecil, mengusap pelan pipi halus milik bayi tampan yang ada di gendongannya.
"Sayang," Audy mengangkat kepalanya menatap ke arah pintu kamar mandi. Senyumnya mengembang.
Arga mendekat. Mencium puncak kepala Audy cukup lama. Audy memejamkan matanya sebentar. "Kamu kenapa, Ga?" tanya Audy.
"Gatau, pengen aja." Audy terkekeh kecil.
"Udah mandinya?" Arga mengangguk kemudian memusatkan perhatiannya pada bayi yang ada di gendongan Audy.
Tiga hari lalu Audy berhasil melahirkan bayi yang selama sembilan bulan itu menyatu pada tubuhnya. Ia melahirkannya di rumah sakit. Dua hari ia berada di sana dan hari selanjutnya ia memilih untuk pulang karna merasa tidak betah jika harus lama-lama menginap dirumah sakit. Audy sangat bersyukur karna bayi itu akhirnya lahir dengan normal tanpa operasi. Bayinya sehat dan tentunya juga tampan.
"Kamu mandi gih, udah aku siapin airnya," Audy mengangguk, "Natha biar sama aku aja," Tubuh mungil itu pun kini beralih pindah berada di gendongan Arga.
"Natha belum mandi itu, kamu minta tolong bunda suruh mandiin dulu, ya." Arga mengangguk. Sejak sebulan lalu Alma dan Iqbal memang sengaja tinggal dirumah mereka untuk menemani Audy yang waktu itu sedang hamil tua dan sangat butuh pengawasan orang lain. Sesekali juga Renata dan Rendra akan datang berkunjung. Kadang juga menginap jika Rendra sedang cuti di kantor.
Audy perlahan bangkit dari duduknya. "Bisa nggak? Apa mau aku bantuin?" tanya Arga, Audy menggeleng.
"Nggak usah aku bisa kok."
"Hati-hati," Audy hanya mengangguk, berjalan perlahan masuk ke kamar mandi.
Sementara Arga kemudian membaringkan tubuh anak laki-lakinya ke atas kasur. Ia ikut berbaring di sampingnya. Menatapi wajah tampan putra pertamanya yang selalu membuat senyumnya mengembang hanya dengan melihatnya saja.
Cukup lama Arga memandangi wajah Natha dalam diam sampai akhirnya suara dari arah kamar mandi menyadarkannya dari lamunan abstrak-nya.
"Arga, Natha belum di mandiin?" tanya Audy berjalan mendekati Arga. Berkacak pinggang menatap kesal pada suaminya.
Arga duduk. Membalas tatapan Audy dengan wajah tanpa dosanya. "Kita mandiin berdua aja deh, ya?" Audy sontak menggeleng.
"Aku belum bisa, takut kenapa-napa,"
"Kan waktu itu udah pernah belajar."
"Iya tapi kan beda, Ga. Ini bayi beneran loh, dia pasti bakal banyak gerak. Kalo tiba-tiba dia kecemplung di air gimana coba?"
"Ya di ambil lagi lah." Audy mendelik.
"Lo pikir anak gue boneka?!" tanya Audy sedikit berteriak. Arga terjengit saat merasakan tubuh anaknya sedikit tersentak oleh suara pekikan ibunya itu. Arga refleks menutup kedua telinga anaknya menggunakan telapak tangan.
"Suara kamu, Yang. Masih lembut loh ini gendang telinganya." ucap Arga menegur. Audy melotot kaget, sadar dengan apa yang baru saja ia lakukan Audy refleks membawa Natha ke dalam gendongannya.
"Ya ampun, nak maafin mama, ya sayang. Papa kamu, sih." Audy melirik sinis pada Arga. Arga hanya bisa memutar bola matanya.
Menghempaskan bokongnya di atas kasur, Audy duduk di samping Arga. Ia tersenyum kecil melihat wajah Natha. Tangannya terangkat menyentuh setiap inci wajah tampan ciptaan Tuhan yang ada di gendongannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Enemy Is My Husband
Fiksi RemajaSemua berawal dari pindahnya Audy dari Bandung ke Jakarta, ia juga terpaksa harus pindah sekolah. Disekolah ini ia harus bertemu lagi dengan musuh kecilnya yang menyebalkan. Sampai akhirnya sebuah pernikahan mereka alami karna perjodohan yang sudah...