Rain, please never stop
Cause I need you more
Than a rainbow.Ketiga orang itu kini hanya bisa saling menatap satu sama lain. Yang satu bingung tidak tahu apa-apa, yang satu wajahnya penuh rasa bersalah dan penyesalan, dan yang satunya lagi merasa kesal, ingin marah, tapi percuma.
"Gue gak nyangka, lo bisa setega itu ngebohongi Naiara. Selamat, lo berhasil ngehancurin perasaannya !" Arvin mendorong Bima, lalu mengejar Naiara.
Melihat kondisi Naiara yang sudah benar-benar terpukul perasaannya karena dibohongi oleh pria yang selama ini selalu dipercayainya, membuat Arvin menjadi sangat khawatir. Ia mempercepat larinya mengejar gadis itu sebelum terjadi apa-apa terhadapnya.
Begitu juga dengan Bima. Ia juga ikut mengejar Naiara meninggalkan Aline dengan kebingungan dan penuh tanda tanya.
***
Sepanjang jalanan berlari, tiada hentinya Naiara menangis. Perasaannya benar-benar hancur.
Bagaimana tidak. Seseorang yang selama ini percayai selama tidak pernah membohonginya dalam hal apapun, malah secara tiba-tiba membohonginya.
Kalau ingin berbohong, kenapa tidak dimulai dari awal saja. Bukankah berbohong sangat mudah dilakukan. Sehingga tidak perlu lagi merasa takut akan melukai perasaan seseorang.
Yang lebih menyakitkannya lagi, ketika melihat Bima bersama kakak dari kekasihnya itu. Mereka tampak terlihat baik-baik saja.
Bagaimana bisa Bima melakukan hal itu terhadapnya. Berbohong hanya untuk menemukan gadis lain agar bisa mengakhiri perjodohan mereka. Bukan itu yang Naiara inginkan. Bukan dengan cara seperti itu.
Naiara berlari sejauh mungkin, sehingga mereka tidak bisa menemukannya.
Saat ini dia hanya ingin sendiri, memulihkan pikiran dan perasaannya yang sedang tidak bersahabat. Ia benar-benar harus bisa menerima dan memahami apa alasan Bima membohonginya. Tapi untuk itu, dia butuh waktu untuk mencerna semuanya.
Yang jelas, saat ini Bima sudah membohonginya. Satu-satunya orang yang dipercayainya berjanji untuk tidak akan menyakitinya, malah dengan tega menghancurkan perasaannya dalam sekejap.
Ia melihat ke arah jari manis kirinya. Sebuah cincin yang sangat indah perlahan dilepasnya. Membuat bulir-bulir bening dari matanya mengalir begitu saja.
"Aku benci kamu, Bima ! Aku benci kamu !!"
Tanpa pikir panjang lagi, dia pun melemparkan cincin itu ke laut. Seperti yang sebelumnya pernah dilakukannya juga ketika kesal.
Lalu, ombak dengan cepat menyapunya.
Saat ini, gadis itu sedang berada di tempat favoritnya. Pantai. Saksi kesedihan dan kebahagiaannya. Hanya di tempat itu yang bisa menenangkan pikiran dan perasaannya. Jauh dari keramaian dan jarang sekali didatangin pengunjung. Seolah pantai itu benar-benar hanya dikhususkan untuknya.
Tidak ada yang tahu tempat itu. Ia sendiri yang menemukannya. Satu-satunya tempat persembunyiannya ketika dia sedang ada masalah, ataupun bertengkar, baik itu dengan Bima maupun dengan keluarganya.
Ponselnya sengaja dimatikannya. Agar Bima maupun Arvin tidak bisa melacak keberadaannya.
***
Di sisi lain, kedua pria itu tak ada hentinya mencari gadis kesayangan mereka. Aline yang tidak tahu permasalahan mereka, juga mengikut saja. Keduanya tampak sangat khawatir. Pikiran mereka kacau, tidak bisa berpikir jernih. Yang ada dipikiran mereka hanyalah menemukan Naiara secepatnya, bagaimanapun caranya.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Ficțiune adolescenți"Oyy.. ! Lo manusia apa bukan ?" Teriak seseorang yang tidak jauh dari belakangnya. Dengan cepat, Naiara menghapus air matanya. Seseorang itu pun mendekati Naiara. Ia tidak terlihat seperti dalam kondisi sadar sepenuhnya. "Ooh, ternyata lo manusia."...