Pentas itu sudah dimulai beberapa menit yang lalu. Murid-murid sekolah ini tidak mau ada yang melewatkannya, meskipun masih didera kelelahan karena bazar tadi siang, di wajah mereka tidak ada yang menunjukkan ekspresi keberatan.
Manusia-manusia yang ada di sana kebanyakan berdiri, tidak berdesak-desakkan karena lapangan yang digunakan upacara ini benar-benar luas, membentang dari ujung ke ujung.
Sementara manusia-manusia itu menikmati acara malam ini dengan hati ringan dan senang, Sherina dipermainkan kegugupannya sekarang. Mungkin belum ada sepuluh menit, Aldo meminta Sherina membawakan sembarang lagu yang masih berhubungan dengan tema pentas kelasnya malam ini. Menyanyikannya dengan gitar, berdiri sendiri di atas panggung.
Aldo, atau temannya yang lain pernah meminta ini beberapa waktu lalu. Tapi Sherina tak sampai hati untuk membayangkannya, mustahil kalau dipikir-pikir.
Mau tak mau, perempuam cantik ini naik ke atas panggung setelah suara menggelegar Fani menyambutnya. Perempuan yang sudah menjadi temannya sejak kelas sepuluh itu masih sempat memberikan semangat untuknya sebelum turun-pun menunggu sampai penampilan berakhir.
Penonton yang menyaksikan Sherina naik ke atas panggung itu ada sebagian yang terkejut, mengira jika pementasan akan dilakukan bersama dan Airani yang menjadi poros mengingat perempuan itu adalah vokalis utama band sekolah. Jangankan penonton, Sherina juga terkejut sebenarnya.
Ucapan Fani saat menyuruh Sherina menjadi salah satu pemain gitar di pementasan kali ini benar adanya, Sherina bisa menyanyi meskipun tidak sebagus Airani. Namun, suaranya yang lembut enak didengar.
Reno, yang menonton penampilan Sherina itu hanya melongo. Pertama, bakat Sherina dalam bermain gitar yang mumpuni, laki-laki itu tidak pernah tahu jika Sherina bisa memainkannya. Kedua, lagu yang perempuan itu bawakan, Reno memang mendengar kelas sebelahnya itu akan membawakan lagu sedih, tapi tidak menyangka bisa menyidirnya seperti ini.
Sherina benar-benar masuk pada lagu itu, bagaimana tidak.
Tiga menit lebih sedikit berlalu, Sherina memundurkan langkah dan membawa mikrofon itu agak ke belakang, setelah mendapat tepuk tangan meriah dari banyak orang di depannya. Akhirnya selesai, tapi belum sepenuhnya.
Setelah dua murid laki-laki naik ke panggung untuk menyiapkan peralatan yang akan digunakan pementasan selanjutnya. Airani, Milan, Nehan, Aldo, dan Sandi itu menyusul kemudian. Berada di tempatnya masing-masing.
Saat ketukan drum yang dimainkan Sandi terdengar, Milan menyempatkan untuk berjalan masih dalam jangkauan pianonya. Dilihat-lihat, perempuan itu benar-benar sangat ahli dalam hal seperti ini.
"Mbak salad buah!" seru Reno saat Airani mulai menyanyikan lirik lagu di bait pertama.
Sebenarnya, Reno menonton pementasan ini tidak dengan tangan kosong. Laki-laki itu pulang sebentar mengambil salad buah yang dibeli dari stan kelas XI IPA 1 untuk dimakan sekarang. Airani yang paling banyak berpartisipasi membuat makanan sehat itu, perempuan yang pandai memasak.
Ini adalah pertama kalinya Sherina berpartisipasi dalam acara yang bisa dianggap besar, juga pertama kalinya perempuan itu menunjukkan bakatnya di depan umum. Meskipun sering mengunggahnya di media sosial, tapi Sherina menutupi semuanya menjadi warna hitam, hanya suara perempuan itu dan petikan gitar yang terdengar.
Di lagu kedua ini Sherina tidak banyak mendapat bagian, fokusnya adalah memetik gitar serta melakukannya dengan sempurna bersama Nehan dan Aldo. Sherina tak pernah tahu Nehan bisa bermain gitar, laki-laki itu sudah dalam tahap menjaga penampilannya saat ini, tidak ada gamang sama sekali.
Pementasan dari kelas XI IPA 1 benar-benar menakjubkan dan sukses membius para penonton. Banyak dari mereka yang mengabadikan itu lewat ponsel. Airani yang selalu tampil baik di setiap kesempatan, atau Aldo yang berubah menjadi gitaris handal bukan ketua OSIS lagi, jas hitam yang digunakan laki-laki itu benar-benar pas.
Kesempatan langka menemukan Nehan yang biasanya diam dan fokus membaca itu berekspresi, beberapa menit penampilan membuat keringat muncul di sekitar kepalanya-menjadi poin untuk murid-murid perempuan yang mengidolakan laki-laki pintar itu. Sherina, yang terlalu banyak menjadi pihak pasif dalam segala hal benar-benar menjadi perhatian banyak orang malam ini.
Milan dan Sandi tidak termasuk, keduanya sudah terlihat karismanya sejak dulu. Namun, sama memukaunnya seperti yang lain.
"Asli. Sherina cantik banget rambutnya digerai kayak gitu," Reno berceletuk lagi, kini disertai gelengan di kepalanya.
Ishaq, yang mendapat tugas di bagian dokumentasi itu masih sibuk dengan kamera yang dikalungkannya. Penampilan Sherina dan yang lain sudah selesai, tapi laki-laki itu tetap mengabadikan momen teman-temannya-yang melambaikan tangan ke arah penonton sampai selesai.
"Gue baru pertama kali lihat Milan rambutnya dikuncir." Meza, yang sendirian berada di jurusan ilmu sosial itu meneruskan.
"Cantik banget. Airani juga cantik, Milan, Sherina. Mereka perempuan," ujar Asraf. Seperti tidak sadar dengan ucapannya, laki-laki itu menunjukkan tatapan paling polos.
"Tahu, Raf."
"Mereka cantik-cantik jomblo, sayang banget," Terkadang, Asraf memang tidak sadar dengan apa yang diucapkannya.
"Milan deket sama Aldo, kok. Pas masih di kelas mereka sempet foto bareng," Ishaq menimpalinya, salah satu dari mereka langsung mengulum bibir mendengar itu.
"Airani juga deket sama orang-orang di sekolah ini. Dia ramah banget tahu, gue disapa kemarin pas nggak sengaja ketemu."
"Sherina juga deket, kok. Sama gue," ucap Reno percaya diri sekali.
Asraf menoleh ke Reno kemudian. "Jangan gitu, Ren. Gini-gini gue diceritain sama Hanna kemarin, laki-laki jangan menyakiti perempuan sebegitu dalamnya lah."
"Anjir juga si Hanna." Tentu saja sangat bisa ditebak siapa yang berbicara.
"Gue juga banyak tahu dari teman sekelas. Sebagai teman, gue tahu lo cukup sadar. Sherina udah bahagia sama dia yang sekarang, nggak baik ganggu-ganggu lagi. Lihat juga gue waktu Sherina nangis pas kelas satu," Ishaq berkata panjang sekali.
Kemudian, Reno dibawa ingatan satu tahun yang lalu itu pergi. Sedih sekali menjadi Sherina waktu itu.
Ishaq melanjutkannya. "Kemarin Fani sempet keceplosan waktu ngobrol sama gue, katanya Erin lagi suka kakak kelas. Saatnya lo mundur, Bro."
Reno hanya mengusap wajahnya kasar, tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Sherina cantik, dan Reno menyukai itu dari dulu. Sementara mengendalikan dirinya sendiri masih menjadi hal paling sulit untuk bisa dilakukan laki-laki jangkung ini.
*
950 kata fighting! Hahahaha, nggak sebanyak itu yang kujelaskan tentang pentas seninya, tapi dari pertama nulis bulan April kemarin, rasanya exited banget.
Yang Milan itu aku terinspirasi dari Wonpil DAY6 pas perform Congratulations :( Dari sana juga dapet ilham ngetik chapter ini. Jujur, deh, stuck berbulan-bulan cuma karena nggak tahu XI IPA 1 harus tampil apa.
Sudah-sudah, terimakasih buat kalian yang sudah membaca dan memberikan tanggapain baik!
- July 20

KAMU SEDANG MEMBACA
#1 Kompliziert (✓)
Teen FictionSherina Iswari Nadindra menyukai banyak hal. Pintar, untuk masa lalunya, sebuah pengecualian. Sesuatu yang membuat hatinya menghangat, perempuan berambut panjang itu belum bisa berpikir panjang. Namanya Reno Abirahasa, tubuhnya jangkung dan besar...