22 | Kabar Angin

1 0 0
                                    

Kelas XI IPA I sedang menunggu pergantian pelajaran berikutnya siang itu, murid-muridnya memanfaatkan beragam kesempatan.

Sherina tetap diam di tempatnya, setelah menyiapkan buku pelajaran untuk jam berikutnya perempuan itu hanya menggeser-geser menu di ponsel.

Tidak ada yang banyak bicara, Fani sedang rapat dengan grup paduan suara sejak istirahat pertama tadi. Mungkin langsung dilanjutkan latihan seperti biasa.

"Rin, sini gabung ngobrol." Milan tahu saja Sherina tidak nyaman jika hanya diam tidak membuka suara.

"Eh lo mau gabung band, nggak? Setelah penampilan kita kemarin, Kak Sam langsung minta gue bujuk lo. Tahu banget bibit unggul dia mah."

"Aturan nggak usah dikasih tahu lah, Rin. Kalau Kak Sam nyuruh lo bujuk Erin," kata Milan justru memberi tahu.

"Nggak mau anjir." Kepala Airani menggeleng. "Nggak berkah nanti hidup gue."

"Gue nggak berpikir sejauh itu, sih. Main gitar cuma sebatas hobi."

"Bagus, Rin! Kalau lo gabung di band malah disuruh ini itu, Kevin tuh ngeselin banget, setiap anak baru disuruh macem-macem. Pada takut lagi, padahal boncel, loh." Airani malah membahas yang lain.

Sherina mengatakan yang sejujurnya. "Gue nggak kenal siapa Kevin,"

"Anak IPS 1, temennya Alfen, Marcel. Sama siapa itu, Ran, yang suka bolos?"

"Juan, Arjuan namanya." Milan hanya mengacungkan jempol.

"Bodoamatlah nggak ada hubungannya sama gue." Padahal, Sherina kepikiran dengan Arjuan yang disebutkan Airani tadi. "Ngomong-ngomong, gimana nih progress kalian sama Mas Crush? Kayaknya mendekati jedor nggak, sih."

Milan mengangkat bahu. "Nggak tahu lah, Rin. Suka sedih sendiri kalau ditanya soal jedor dan Mas Crush gue tuh."

"Gue ikutan sedih, panutan kayak lo bisa tumbang juga kalau urusannya sama ketos."

"YANG SHOW OFF MILAN ALDO, YANG UPLOAD FOTO AIRANI KAK SANU. SIAPA YANG NGGAK WARAS? SIAPA GUE TANYA! SIAPA WUANJIR!?" Fani datang-datang berisik sendiri, agak menakutkan juga perempuan itu langsung terhubung dengan topik pembicaraan.

Ada salah satu yang menyahut. "Stephanie Neira yang nggak waras."

Milan sendiri hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya yang tidak ada adab sama sekali, perempuan itu berusaha mencuri pandang ke arah barat, menanti ekspresi seperti apa yang diberikan Aldo.

"Fan lo sehari aja tutup mulut bisa, nggak?" Sakira ikut terganggu juga, perempuan itu menutup bukunya dengan sangat keras.

"Haduh, maaf, Kak. Gue gemes banget pengin nyariin Milan pacar yang lebih berani dari sekarang."

"Fani jangan berisik."

"YA ALLAH MIANE, KAK ISHAQ! TAPI JANGAN MAU JADI KOLONINYA KETOS, YA!" Sherina harus menyeret Fani agar perempuan itu tidak bicara lebih nyeleneh dari ini.

"Gue sangat mengapresiasi apa yang lo omongin, sih, Fan."

Fani memang yang paling semangat membantu sahabat-sahabatnya, menyangkut masalah hati seperti ini, perempuan berambut sebahu itu sudah tidak memikirkan apa yang akan ia terima nantinya. Apa anggapan tentang Fani, atau kebencian yang menguar terang-terangan. Jelas saja Fani tidak peduli.

Keempatnya membicarakan banyak hal kemudian, Fani membahas apa saja yang membuat teman-temannya menerbitkan senyum manis atau tawa lebar.

"Eh iya, kemarin gue lihat Kak Rega sama Kak Nissa berdua terus, terus, terus, terus, pulang berdua dong."

"Mereka pacaran deh keknya, Kak Rega sama Kak Nissa kan tipe orang yang diem-diem ternyata udah ngulang tahun umur hubungannya."

"Gue mikirnya juga gitu, kok! Bayangin mereka jadi beneran, sama-sama pendiem kalau ngobrol berdua gimana, ya, lucu banget."

Sherina tidak ikut membahas masalah yang sedang panas di media sosial bersama Fani dan ketiga temannya—ditambah Sakira, lidahnya kelu saat tak sengaja mendengar beberapa orang yang bergerombol di kursi belakang sedang membicarakan sesuatu. Mereka terlalu keras mengeluarkan suara.

Tentang Wendy dan yang lain, tentang apa yang mereka bicarakan, tentang Rega, tentang laki-laki itu dan Nissa, Sherina hanya diam tak tahu harus memasukkan pikiran positif apa lagi ke otaknya.

Sama, rasanya ingin dikeluarkan, karena ini sesak sekali.

Di sampingnya, Fani hanya memandangi sahabatnya itu tak terbaca. Gadis ini sudah menduga apa yang akan terjadi, Sherina terlalu serius menyukai seseorang sampai tidak peduli apa yang ada di sekitarnya.

*

Emmm. Minggu depan tinggal delapan belas chapter lagi, aku update tiga kali setiap hari Senin atau sebisa dan seadanya kuota aja, yah. Heheh.

Terimakasih sudah membaca, jangan lupa berikan vote dan komen!

August 07

#1 Kompliziert (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang