Usai acara tadi malam, hari Senin yang tak pernah menarik itu kembali menyapa Sherina. Rangkaian yang menyebalkan, upacara bendera, kegiatan belajar mengajar, jalan pulangnya kembali dipenuhi kerikil-kerikil menjengkelkan.
Andai saja Ratna tidak menghampiri ke kelasnya dan memberitahukan kalau hari ini anggota English Club harus berkumpul. Mungkin ia sudah bisa menikmati makan sorenya sejak tadi, Sherina terlalu lapar.
Sebentar lagi lomba debat bahasa inggris diadakan, untuk perwakilan sekolahnya adalah salah dua dari anggota ekskulnya ini. Sherina tidak termasuk, sadar seperti apa kemampuannya selama ini.
Setiap perlombaan, juara adalah yang utama. Sebisa mungkin.
Mendengar pintu berderit, Sherina menolehkan kepala. Ratna menunjukkan batang hidungnya, perempuan itu yang menyuruh teman-temannya datang tepat waktu. Karena senyumnya yang indah, semua bisa memaklumi dengan mudah.
Ada perasaan tak rela dalam hati Sherina, jengkel, semampunya ia tahan dalam hati saja.
Jika tujuannya hanya untuk membentuk kelompok yang nantinya akan mengajari adik kelas dan meneruskan extra ini. Ratna dan Karin bisa membentuknya berdua, terlepas dari tugas mereka yang menjabat sebagai sekretaris.
Upaya mengumpulkan seluruh anggota English Club bukan usaha yang efektif, menurut Sherina. Toh jika nanti merasa tidak cocok, kesempatan protes nyaris ditiadakan.
Sangat tidak nyaman, Sherina terus meyakinkan dirinya sendiri kalau alasan mengikuti ekstra ini agar kemampuan berbahasa inggrisnya semakin bagus, banyak ilmu yang ia dapat, pengalaman akan terus berjalan seiring menunggu waktu.
"Sherina."
Lingkaran itu semakin nyata karena meja dan kursi yang disusun berbentuk serupa, Sherina merasa terpanggil, Meza yang berada di samping kirinya itu gugup mengatupkan bibirnya berkali-kali.
"Iya?"
"Ehm, itu, ada salam dar—"
"Kalau ada orang ngomong didengerin. Belum ngerasain dikacangin sama orang, ya. Nggak ada waktu senggang apa selain ngomong diem-diem pas rapat?"
"Gue ngerasa ini bukan rapat, kita nunggu sementara lo datang dan nggak ngucapin apa-apa. Kalo bentuknya cuma berdua, ngapain semuanya disuruh kumpul?" Terlampau kesal, Sherina membalasnya tanpa gentar.
Haris, satu-satunya senior yang ikut dalam perkumpulan sore itu menghembuskan napas. Tak bisa menyalahkan siapa-siapa.
"Daripada makin sore, pembentukan kelompoknya bisa dipercepat, Rat." Menyebalkan, saat memprotes juga tidak mendapat hasil baik.
Ratna mengangguk, kekesalannya menguap begitu mendengar saran manis dari Haris. Gadis itu kembali merunduk kompak bersama Karin di sampingnya.
"Kenapa, Za?" Sherina tetap melanjutkan pembicarannya, tidak mau peduli.
"Itu, ada salam dari Reno. Tadi ketemu pas mau pulang,"
Sherina tahu, ada nada ragu dan hati-hati di setiap kata yang diucapkan teman seangkatannya itu. Meza berteman baik dengan Reno, juga dua laki-laki lain—Ishaq dan Asraf. Mereka lebih senang diam daripada mengucapkan hal yang tidak penting, sementara untuk Reno itu adalah sebuah pengecualian.
Meskipun hatinya sedikit berdesir, Sherina menyahut seadanya. "Oh, iya, salam balik," Senyum mencoba ia ciptakan.
Meza membuka mulutnya, sedikit terkejut. Laki-laki itu tak pernah mau mencampuri atau terlibat dalam kisah asmara siapapun, Reno adalah temannya, dan memaksa adalah kebiasaan yang nyaris tidak bisa dihilangkan laki-laki tampan itu. Mengingat percakapannya kemarin dengan Ishaq dan Asraf mengenai Reno, Meza juga tidak tahu temannya yang bertubuh jangkung itu akan bertindak semakin jauh.
Sebagai teman, Meza tidak pernah tahu apa yang harus ia lakukan mengenai masalah seperti ini. Meza bukan Ishaq yang bisa bertindak tegas, bukan Asraf yang selalu punya tindakan-tindakan mengagumkan, Meza hanya dirinya sendiri yang mengungkapkan perasaannya saja masih kesulitan.
Laki-laki itu hanya berusaha yang terbaik, untuk siapapun. Dan Sherina, hanya diam di tempatnya, merasa apa yang ia lakukan sudah benar. Bersikap biasa saja, semampunya, tak tahu akan menimbulkan dampak besar di hari berikutnya.
Yang katanya rapat itu baru selesai saat senja sudah dalam perjalanan pulang. Selalu menyebalkan.
*
Halo! Jangan lupa berikan vote dan comment! Makasih juga sudah mau baca.
Btw, couo kek Reno banyak banget ya sampe ketemunya yang gini terus :)
— July 27
![](https://img.wattpad.com/cover/227274646-288-k143567.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
#1 Kompliziert (✓)
Teen FictionSherina Iswari Nadindra menyukai banyak hal. Pintar, untuk masa lalunya, sebuah pengecualian. Sesuatu yang membuat hatinya menghangat, perempuan berambut panjang itu belum bisa berpikir panjang. Namanya Reno Abirahasa, tubuhnya jangkung dan besar...