Sejak tadi, Sherina terus mencari posisi paling nyaman. Duduk—melipat kedua kakinya, berbaring—terletang dan tengkurap, sampai menyandarkan dua kaki jenjangnya di tembok kamarnya itu.
Perempuan yang memakai kaus polos dengan training bergaris hitam di tengah-tengah ini benar-benar tidak tahu harus melakukan apa. Dalam otaknya yang sering tidak terpakai itu, daftar kegiatan yang biasa dilakukan ketika hari Minggu terputar kemudian. Mencuci baju, merapikan meja belajar yang berantakan, atau membersihkan seluruh rumah yang selalu terdengar membosankan.
Satu saja, tidak ada yang dilakukan Sherina. Berakhir sebatas rencana seperti yang sebelum-sebelumnya.
Bantal tanpa aksen yang menjadi teman Sherina tidur bertahun-tahun itu semakin dijajarkan posisinya, perempuan ini bersandar di sana kemudian.
Kembali lagi dengan ponsel entah yang keberapa kalinya hari itu, Sherina fokus melihat beragam cerita dari banyaknya kontak yang ia simpan sekarang.
Hari ini, acara kelulusan kelas dua belas, bertempat di sebuah gedung yang dengar-dengar mewah sekali dekorasinya.
Sejak dulu, Sherina tak pernah andil dan memberikan apa-apa. Milan dan Sakira tentu saja menjadi panitia, pengurus OSIS yang diutamakan terlampau sibuk akhir-akhir ini. Karena namanya termasuk dalam anggota paduan suara, Fani juga ikut menyanyikan lagu-lagu nasional dan beberapa nyanyian perpisahan. Awalnya Sherina ragu mengapa Airani termasuk juga, tapi setelah berpikir tidak sampai satu menit, alasan itu sudah muncul di kepalanya.
Bakat dan apa saja yang dipunyai perempuan manis itu.
Karenanya, hari Minggu yang teramat menyenangkan untuk Sherina itu berjalan seperti biasanya, biasa saja juga.
Di luar, matahari benar-benar menyengat, kipas angin besar terpencet di bagian paling atas, yang teramat cepat putarannya. Ragu juga kalau ingin tidur nyenyak sekarang ini. Acara sekolahnya akan selesai beberapa saat lagi.
Sherina masih terus melihat cerita-cerita itu sampai bawah, sampai menemukan pembaharuan dari kontak bernama 'Kak Rega'.
Di sana, potret dua orang yang sedang tersenyum sama manis tercetak jelas. Tidak ada apa-apa yang ingin dikeluarkan, Sherina menuruti ucapan Dianrera berbulan-bulan yang lalu, juga mengurangi pekerjaan Fani agar tidak terlalu banyak.
Karena keterangan yang ditulis kakak kelasnya itu, Sherina tertawa samar. Teman akan selalu menjadi teman katanya, mentang-mentang sudah tidak ada hubungan apa-apa.
Sherina juga memperbesar potret Nissa yang cantik dan mungil itu, senyum yang diperlihatkan teramat cemerlang. Kenyataannya juga tidak jauh menciptakan perbedaan.
Foto yang baru lagi menyambut Sherina, kini senyum tengil dari kontak bernamakan 'Reno IPA 2'. Perempuan ini juga bingung mengapa anggota PMR masih bertugas, dipikir-pikir tidak akan ada yang pingsan dan sakit ketika menghadiri momen bahagia seperti itu.
Berganti lagi pada kontak Fani, Airani, Milan, dan Sakira. Yang bermacam-macam kirimannya, berbeda-beda juga keterangannya. Sherina bisa melihat perasaan bahagia keempat temannya itu, yang sudah banyak sekali membantu apa saja kesusahannya selama ini.
Rasanya, ucapan terimakasih saja tidak cukup. Sherina akan membalas kebaikan teman-temannya ini ke depan, sekadar menenangkan atau langsung turun tangan.
Bersyukur tidak ada habisnya juga menjadi yang dilakukan Sherina setelah kejadian-kejadian kemarin.
*
Terimakasih sudah membaca dan sampai di sini! Terimakasih banyak untuk yang sudah berkenan vote dan komen (ᗒᗩᗕ)
Mampir ke ceritaku yang lain boleh, ya! Xixixixi
— September 10

KAMU SEDANG MEMBACA
#1 Kompliziert (✓)
Teen FictionSherina Iswari Nadindra menyukai banyak hal. Pintar, untuk masa lalunya, sebuah pengecualian. Sesuatu yang membuat hatinya menghangat, perempuan berambut panjang itu belum bisa berpikir panjang. Namanya Reno Abirahasa, tubuhnya jangkung dan besar...