Kelas XII IPA 1 senyap saja seperti biasanya. Pak Awi—guru Matematika wajib masih asik berbicara melalui telepon dengan seseorang, beberapa saat lalu pamit sebentar untuk keluar ruangan.
Buku dan papan tulis itu menjadi fokus Rega saat ini, mencatat sedikit penjelasan dari pengajar yang sudah tidak muda lagi usianya. Berharap bisa memahami angka-angka itu dengan mudah.
"Rega itu apaan anjir, yang bawahnya gambar, kecil banget kayak semut," Perempuan yang meminta duduk di samping Rega saat bimbingan belajar dilaksanakan itu bertanya frustasi, nenunjuk tulisan rapi Pak Awi di depan sana.
Rega mengangsurkan buku tulisnya saja, terlalu rumit menjelaskan deretan angka dengan membuka mulut. Antisipasi sebelum Agatha terlalu banyak melayangkan pertanyaan.
"Kok duduk di sini, sih, Tha? Kalo dimarahin Fariz gimana?"
Sejak tadi, Fariz yang duduk di meja nomor tiga dari belakang sudah mengawasi dua orang itu dengan mata tajamnya. Rega tanpa sengaja melihat itu sesekali, takut juga sedikit-sedikit.
"Ngapain juga Fariz marahin, emang dia emak gue," balas Agatha cuek sekali.
"Gue, Tha, yang dimarahin."
"Enggak-enggak, tenang aja." Perempuan itu mengibaskan tangan. "Lo nggak enak ya sama Nissa? Hih maap banget tadi mau di samping Rabbar malah diduluin Yuna."
Rega hanya menggeleng dan tersenyum tenang. "Nggak papa kok."
"Gue pindah aja, deh."
"Pindah kemana? Bukannya lagi marahan sama Fariz?" Karena hanya Fariz yang duduk sendirian sore itu.
"Halah nggak papa, daripada slek sama temen sendiri mending slek sama monster."
Setelahnya, Agatha mengemasi barang-barangnya dan beranjak pergi. Rega terus memperhatikan, Fariz yang menaikkan satu alisnya saat Agatha datang. Meski sangat jelas terlihat ada kerlipan senang yang coba disembunyikan laki-laki jangkung itu.
Pak Awi memasuki kelas, membuat yang lain harus menegakkan tubuh. Yang sedang tidur, yang asik bermain ponsel, yang tidak jelas melakukan apa untuk mengusir kebosanan.
"Anak-anak dikerjakan lima soal halaman 27 ini, ya. Bapak ada urusan sebentar, nanti kembali lagi." Tentu saja Pak Awi tidak menerima penolakan, tidak menunggu persetujuan juga.
Rega mendecak, belum benar-benar paham dengan materi yang dibahas hari ini, jadi malas mengerjakannya.
"Minta tolong siapa, ya?" Laki-laki itu berguman sembari mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kelas.
Yuna—yang selalu diandalkan saat pelajaran eksak sudah sibuk mencoret-coret buku di depannya, terkadang juga menjawab apa saja yang keluar dari mulut Rabbar. Yang lain juga sibuk mengerjakan, kening-kening yang mengkerut dalam banyak sekali ditemukan.
"He nggak ngerjain?" Jeana yang duduk bersebrangan dengan Rega mencolek bahu laki-laki ini pelan, di deretan mejanya, beberapa orang ramai-ramai mencari penyelesaian soal itu bersama-sama.
"Nggak ngerti."
"Sini aja gabung, gue juga nggak bener-bener paham sama materinya Pak Awi," ajak perempuan itu menggeser sedikit tubuhnya.
Rega mengangguk, mengambil kursinya sendiri daripada berdempetan dengan Jeana nantinya. Tidak masalah juga, meskipun berakhir jawaban sama dengan beberapa orang laki-laki itu sudah berusaha mengerjakan.
"Bagi kelompok aja, satu soal buat dua orang. Nanti kalo semuanya udah selesai baru nyontek sama-sama, hemat waktu juga," usul salah satu di antara mereka.
Semuanya langsung menyetujui, kini berisik lagi karena banyak suara-suara yang keluar. Rega agak mendekatkan tubuh, agar lebih mudah membahas apa saja dengan Nissa, tidak tahu juga mengapa bisa dengan perempuan cantik itu mengerjakannya.
"Kamu yang bagian ngitung, ya. Aku rumus." Mau apapun juga Rega tidak akan menolak.
"Iya."
Keduanya asik sendiri, lumayan membutuhkan waktu karena soal nomor tiga itu terdiri dari beberapa bagian. Sejauh ini, Nissa tidak mengalami banyak kesulitan, Rega juga menghitungnya teliti sekali.
Setidaknya, Rega sedikit-sedikit mengerti dari penjelasan Nissa, menyadari juga perempuan di sampingnya ini tak jauh beda dengan Yuna, bahkan lebih jika di mata Rega. Seorang perempuan yang cantik dan pintar matematika.
*
Sherina left the chat
Terimakasih sudah membaca dan memberikan tanggapan sangat baik!
— August 18

KAMU SEDANG MEMBACA
#1 Kompliziert (✓)
Teen FictionSherina Iswari Nadindra menyukai banyak hal. Pintar, untuk masa lalunya, sebuah pengecualian. Sesuatu yang membuat hatinya menghangat, perempuan berambut panjang itu belum bisa berpikir panjang. Namanya Reno Abirahasa, tubuhnya jangkung dan besar...