"ra, bangun aku disini, maafin aku"

63 5 0
                                    

khawatir dengan keadaan rara, Nathan menunggu di depan pintu dengan gelisah. Dan dokter pun keluar dari ruangan

"gimana dok keadaan rara?" tanya Nathan penasaran dan gelisah

"dimana keluarganya?" tanya dokter

"saya adik nya dok" jawab indi

"baik, dia keracunan makanan" ucap dokter itu

"keracunan apa dok?" tanya Nathan bingung

"saya menemukan tinta sepidol dimulutnya" jawab dokter

"ko bisa dok?"

"mungkin, ada orang yang sengaja memberi tinta sepedol ke pasien, dan sampai sekarang pasien belum sadar" ucap dokter itu membuat Nathan kaget

"ya sudah, saya permisi dulu" ucap dokter

"makasih dok" ucap indi

Lalu dokter itu pergi

Nathan langsung masuk ke ruangan , dan duduk di samping rara yang belum sadar

"ra, siapa yang ngelakuin ini semua?" tanya Nathan dengan nada pelan

Tapi rara masih belum sadar

"ra, bangun aku di sini, maafin aku, gak bisa jagain kamu" ucap Nathan sambil memegang tangan rara, memohon agar rara memaafkan Nathan

"maafin aku, maafin aku ra" ucap Nathan lagi sambil meneteskan air mata

#

Nathan keluar dari ruangan dan melihat perempuan yang sedang menangis, Nathan pun mendekatinya

"kamu adiknya rara ya?" tanya Nathan

"iya kak" ucap indi sambil menghapus air matanya

"nama kamu siapa?"

"nama aku indi kak"

"kamu jangan sedih ya, kak rara gak kenapa-kenapa ko, dia bakal baik-baik aja" jelas Nathan

"iya kak, tapi aku bingung kalau ayah sama bunda nanya kak rara, aku harus jawab apa?"

"udah kamu gak usah khawatir, nanti kakak aja yang bilang sama ayah sama bunda kamu ya"

"jangan deh kak"

"kenapa?"

"nanti mereka khawatir, jangan ya kak, plis"

"ya udah, kalau gitu mana handphone kamu?"

"buat apa?"

"udah kakak pinjem dulu"

Indi pun memberikan handphonenya ke Nathan

"nih, ada nomer kakak, kalau kamu dan kakak kamu kenapa-kenapa, kamu bisa hubungin kakak ya"

"iya kak makasaih"

"iya sama-sama"

"........."

#

Keesokan harinya Nathan berniat untuk menjenguk rara pulang sekolah dan ingin mengajak teman-temannya, lalu Nathan duduk di tempatnya

"eh kalian mau jenguk rara gak?" tany Nathan

"kapan?" tanya sindy

"nanti pulang sekolah" jawab Nathan

"ya udah yuk" ucap dinda

"tio, lu ikut gak?" taya Nathan

"gw ngikut aja"

"ya udah, nanti kita jengek rara" jelas Nathan

"......"

#

Setelah pulang sekolah Nathan dan yang lain menjenguk rara dan setelah sampai ternyata rara sudah sadar, lalu semuanya masuk ke dalam ruangan

"rara, gimana keadaan lu, udah mendingan?" tanya dinda

"udah" jawab rara

"gimana kata dokter?" tanya sindy

"katanya gw keracunan"

"ko bisa ra?" tanya sindy

"kemaren gw inget ada yang ngasih tinta sepidol ke mulut gw" jawab rara

"siapa ra yang ngasih tinta sepidol?" tanya dinda

"gak tau, mata gw tertutup" jawab rara berbohong padahal iya tau siapa pelakunya

"semoga lu cepet sembuh ya ra"ucap sindy

"ya udah sekarang lu istirahat yang banyak ya" ucap dinda

"iya makasih semuanya"

"ra gw pulang dulu ya, udah sore nih" ucap tio

"iya nih gw juga ra" ucap dinda

"sama, kita pulang dulu ya ra" ucap sindy

"kalian duluan aja, gw masih mau di sini" ucap Nathan

"ya udah gw sama yang lain duluan ya" ucap tio

mereka pun keluar dari ruangan, dan di dalam hanya ada keheningan

"ra" panggil Nathan lalu mendekat ke arah rara

Rara masih diam

"ra, aku minta maaf" ucap Nathan

"buat apa kamu minta maaf?" tanya rara tanpa menatap nathan

"minta maaf karna aku kasar sama kamu, gak jagain kamu"

"aku pantes ko disakitin, ini balesan tuhan untuk aku, karna aku udah nyakitin kamu" ucap rara masih tidak ingin menatap nathan

"maksud aku bukan gitu, tapi.."

"tapi apa?, nath, aku berhak dapetin itu semua dari kamu, karna aku tau kamu dendam sama aku" cetus rara yang memotong penjelasan Nathan

"maksud kamu apa?"

"puas kamu, puas aku kaya gini, hah, puas" ucap rara menatap nathan

"maksud kamu apa?, aku gak ngerti"

Rara pun langsung mengalihkan pandangannya

"aku mohon kamu pergi dari sini nath" ucap rara tabpa melihat wajah Nathan

"tapi.."

"plis, aku mohon sama kamu"

"ok, aku pergi"

Nathan pun pergi dan keluar dari ruangan

Rara pun menangis dengan deras tidak bisa menahannya

Nathan bersandar di samping pintu ruangan sambil meneteskan air mata hanya terdiam

"gw harus kuat seperti tirta yang merasakan penyakitnya sendirian tanpa orang lain tau, gw gak boleh lemah, andai lu di sini tirta, gw ingin bercerita banyak hal sam lu, tentang dia yang kembali" batin rara dan air mata yang semakin deras

Rara & nathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang