03 • Moiety

651 148 334
                                    

Don't forget to vote, please.


I'm not really in a good mood these days, and it makes me so easy to breaks all of the things that I should've done before, kayak misalnya ngetik cerita ini yang seketika jadi ngga pede :') so I'm begging you🙏

I'm not really in a good mood these days, and it makes me so easy to breaks all of the things that I should've done before, kayak misalnya ngetik cerita ini yang seketika jadi ngga pede :') so I'm begging you🙏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Berhenti menatapku seperti itu, Min Yoongi!" Sungguh, Miki jengah rasanya terus-menerus ditatapi sedemikian rupa oleh Yoongi sedari satu jam yang lalu.

Pun lelaki Min itu hanya diam saja tanpa mengeluarkan silabel apapun dari labium tipisnya, ia hanya diam menatap Miki lurus-lurus dengan pandangan bak anak kucing yang minta dibawa pulang.

"Mian.." gumam Yoongi sembari mengalihkan pandangannya ke lantai marmer kamarnya yang begitu bersih tanpa satu pun debu yang menempel.

"Kata itu lagi.." Miki mendesah lelah, kedua lengannya ia bawa bersidekap di depan dada.

Singkat cerita, kini mereka semua sudah pulang ke kediaman masing-masing, pun dengan Namjoon yang akhirnya menurut untuk beristirahat di rumahnya setelah sebelumnya bersikukuh ingin menemani Yoongi bahkan rela kembali menginap. Ayah Yoongi sebenarnya tak mempermasalahkan, hanya saja pria itu tak mau jika orang tua Namjoon khawatir akan anaknya yang tak pulang-pulang ke rumah setelah terakhir bertemu jumat pagi saat berangkat sekolah.

Hari yang cukup berat akhirnya telah usai walau tak berjalan mulus sebagaimana yang direncanakan pada awalnya karena ada beberapa kendala tak terduga yang sempat terjadi. Namun untungnya semua masalah yang terjadi telah berhasil ditangani dengan baik sehingga kini semua bisa kembali bersantai dan beristirahat di rumah masing-masing.

Ah, mungkin kecuali Miki yang kini ikut dengan Yoongi ke rumahnya. Tentu mana mungkin mereka tega membiarkan Miki tetap tinggal di ruang musik, tempat terjadinya tragedi kebakaran yang bahkan hampir membuatnya lenyap untuk selama-lamanya.

Bisa-bisa gadis itu semakin tertekan setelah sebelumnya ia dihantam oleh kenyataan akan masa lalu kelamnya melalui kepingan-kepingan abstrak memori miliknya yang direkatkan kembali oleh Cenayang Gong yang sempat mengintip dan menyelami kedua bola matanya kemudian memaparkan apa yang dilihatnya secara singkat.

Baru saja mengalami kejut jantung juga rasa sakit berlebih ketika ia mengetahui kebenaran masa lalu yang membuatnya terpaksa berada di titik ini, betapa orang-orang di sekitarnya terbutakan oleh ambisi jahat hingga tanpa rasa kasihan—seolah hati mereka tertinggal entah di mana, atau mungkin sebenarnya sejak awal orang-orang itu tak memilikinya— terus-menerus memanfaatkan dirinya bahkan sampai merampas kehidupan yang seharusnya masih ia rasakan sampai detik ini, bukannya malah terperangkap dan terbelenggu hingga waktunya terhenti tanpa bisa berbuat apa-apa begini.

Lalu tanpa jeda panjang, tiba-tiba saja tubuh maya yang dimilikinya—satu-satunya hal yang membuatnya bisa terus bertahan di dunia ini— perlahan terbakar kemudian berubah menjadi abu yang perlahan-lahan semakin menggerus eksistensi dirinya tatkala alat-alat musik yang kemungkinan menjadi tempatnya 'dikunci paksa' oleh oknum-oknum gila tak bertanggungjawab di masa lalunya itu terbakar.

Give It (back) To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang