Ayo kita main tebak-tebakan🌚👌
Berbekal sebuah fakta baru yang didengarnya dari labium Miki semalam, menghantarkan Yoongi pada tekadnya yang semakin membumbung tinggi. Hingga kini remaja itu rela membolos pelajaran pertama demi menginterogasi sang Kepala Sekolah yang baru kembali dari dinas luar kotanya beberapa saat lalu.
"Min Yoongi, sudah saya bilang lebih baik kamu ikut kelas dulu. Baru nanti ketika istirahat atau pulang sekolah, kau kembali ke sini." ulang Kepala Sekolah pada Yoongi yang keras kepala, tetap bersikukuh dan tak gentar sedikitpun.
"Gyojang-nim tolong jangan mengulur-ulur waktu dan berusaha melarikan diri lagi. Sekarang jelaskan pada saya apa saja yang anda ketahui tentang Choi Miki." tuntut Yoongi tak peduli jika sikapnya saat ini terkesan kurang ajar atau bagaimana, sebab dengan beraninya terang-terangan membolos di hadapan Kepala Sekolah bahkan menuntut pria paruh baya tersebut.
"Apa lagi yang ingin kau dengar? Sudah saya katakan sebelumnya, bahwa dulu saya memang cukup akrab dengannya semasa masih menjadi guru. Dia siswi yang baik dan berprestasi." Haedong turut mengulangi perkataannya, seolah memang hanya satu-satunya jawaban tersebutlah yang ia miliki di dalam benaknya.
"Berkas itu. Berkas yang buru-buru anda sembunyikan sewaktu saya, Appa dan Namjoon datang. Pasti ada sesuatu mengenai Miki Noona yang tertulis di sana. Biarkan saya membacanya."
Tepat sasaran. Sepersekon setelah kalimat tegas Yoongi mengudara, pergerakkan Kepala Sekolah menjadi kaku bak patung kayu yang baru saja diukir.
Tentu hal itu ditangkap dengan jelas oleh mata sipit Yoongi, terang saja membuatnya merasa senang karena pada akhirnya sebentar lagi kenyataan demi kenyataan yang dibutuhkannya akan terungkap, sehingga mempermudahnya dalam memecahkan misteri gila ini.
"Berkas? Ah... pasti terjadi kesalah-pahaman di sini. Tentu berkas-berkas yang kalian maksud itu berkaitan dengan sekolah dan dunia pendidikan." jawab Kepala Sekolah setelah berhasil mengendalikan ketenangan dirinya juga menemukan alibi yang tepat.
"Kwak Hae Dong-ssi yang terhormat. Saya mohon dengan teramat sangat untuk membantu saya dan sahabat saya, sebagai pihak yang tentunya paling membutuhkan Informasi ini." Setelah sekian lama berdiam diri, akhirnya Namjoon pun turut bersuara, demi membantu sang sahabat.
"Tolong jangan semakin mempersulit kami. Perlu anda ketahui bahwa Miki kini tengah diambang hidup dan matinya, keadaan saat ini genting sekali. Tubuhnya tengah digunakan oleh jiwa lain, dan hal itu mengancam keselamatan jiwanya!" Dengan lancar seluruh kalimat itu mengudara dari ceruk bibirnya. Kalimat terakhir sukses membuat kedua orang yang berada di sana mengerutkan keningnya bingung.
"Jiwa lain...?"
"Namjoon, jelaskan padaku apa maksud perkataanmu?!" Kini perhatian Yoongi sukses berpaling sepenuhnya dari Haedong ke Namjoon.
Seakan tersadar atas apa yang dikatakannya, Namjoon membulatkan matanya kaget. "A-ah? Ekhm, biarkan aku melebih-lebihkan perkataanku Yoon. Semoga saja dengan begini Kepala Sekolah akan memberitahukan seluruh kebenarannya karena kita mendesaknya dengan kegentingan."
Tentu Namjoon mengatakannya sembari berbisik, mana mungkin ia membiarkan sang objek obrolan mendengarkan perkataannya, bisa-bisa gagal sudah rencananya untuk membuat pria paruh baya itu membuka mulut.
Yoongi tak lantas percaya begitu saja, apalagi belakangan ini rasanya gerak-gerik Namjoon terlihat begitu mencurigakan. Namun pemuda Min itu berusaha fokus dulu pada tangkapannya yang pertama, yakni Kwak Hae Dong.
Kepala Sekolah merupakan kandidat penting yang tak boleh diabaikannya begitu saja. Begitu pula dengan Kim Nam Joon, maka dari itu, setelah ia mendapat suatu fakta dari Haedong, barulah Yoongi akan mengendus apapun yang tengah coba Namjoon sembunyikan rapat-rapat di balik tubuh tingginya itu.
"Jadi, apakah anda ingin menjelaskan sesuatu pada kami?"
Haedong menghela napasnya, mungkin pada akhirnya ia menyerah menghadapi remaja-remaja keras kepala seperti Yoongi dan Namjoon. Pria itu kemudian beranjak menuju salah satu figura berisikan sertifikat, meraba-raba dinding di baliknya untuk mengambil sebuah kunci.
Pada posisinya masing-masing, kedua remaja itu sudah tersenyum sumringah, merasa senang bahwa sebentar lagi kunci tersebut akan membuka entah itu kotak, laci, lemari atau apapun itu. Kemudian, berkas-berkas yang mereka tunggu akan segera berada di tangan.
Namun ternyata, setelah membuka laci meja paling bawah, bukan setumpuk kertas lah yang dikeluarkan, namun sebuah kunci lainnya. Haedong bertolak menuju lemari kaca berisikan piala-piala mengilap, dibukanya menggunakan kunci di genggaman, lalu jemarinya mengambil kunci lain yang tersembunyi di dalam sebuah piala besar.
Bahu pemuda Min dan Kim itu mulai lunglai, merasa jenuh, sebenarnya apa sih yang tengah dilakukan oleh pria tambun itu?
"Yoon, berapa banyak sih kunci yang dia sembunyikan?" bisik Namjoon.
Si pucat menggeleng, hingga sepersekon berikutnya ia seolah baru mendapatkan sebuah pemikiran. "Tunggu, kalau ia sampai sesusah payah ini menyembunyikan banyak kunci, itu artinya berkas yang kita inginkan memang benar-benar penting."
Namjoon membulatkan matanya, "Kau benar! Berarti berkas itu memang benar tentang Miki. Dan kemungkinan terbesarnya ialah apapun yang tertoreh di sana, itu merupakan rahasia besar!"
Kedua cucu Adam itu terlalu asyik berbisik satu sama lain, hingga tak sadar bahwa objek yang tengah dibicarakan kini telah berhasil mengeluarkan setumpuk kertas dari brankas besi yang terbenam di dalam tembok yang tersembunyi di balik sebuah cermin berukuran 50 x 30 sentimeter.
"Hanya data-data ini yang sekolah miliki. Informasi apa yang kalian inginkan?"
Yoongi dan Namjoon sontak menoleh dan menatap penuh minat pada berkas-berkas penting yang amat sangat ingin mereka ketahui itu.
"Pertama-tama saya ingin mengetahui siapa kerabat Miki Noona. Berhubung kedua orang tuanya sudah cukup lama tiada, Miki Noona pasti masuk ke sekolah ini disertai wali, bukan? Dan apakah itu paman dan bibinya? Saya harus tahu siapakah mereka." jawab Yoongi cepat.
Benar sekali, inilah Informasi paling utama yang terlebih dahulu harus diketahuinya. Sebab dengan begini, proses pencarian pemuda sinting yang membeli Miki—entah apapun itu alasan dan tujuannya— pasti akan menjadi lebih mudah, bukan?
Dengan koneksi kuat serta kekayaan berlimpah yang dimiliki oleh Ayahnya, Yoongi yakin bahwa ia akan dengan mudah membuat pasangan paruh baya yang gila harta itu membuka mulut.
Cukup dengan merogoh kocek demi membeli informasi akurat, atau dengan metode lainnya yaitu mengancam keberlangsungan hidup damai mereka menggunakan kekuasaan dan koneksi sang Ayah, maka dapat dipastikan seratus persen Yoongi akan segera mendapatkan apa yang diinginkannya.
Haedong terdiam sejenak—terlihat seolah tengah menimang-nimang— sebelum akhirnya memilah berkas yang ada dan kemudian menyodorkan beberapa lembar kertas yang telah disatukan menggunakan staples, berisi biodata pribadi Miki.
Yoongi dengan cepat menyambar uluran berkas dari Haedong, manik sipitnya bergulir cepat membaca setiap poin-poin penting yang tertoreh di sana. Tak lupa, Namjoon pun turut menjulurkan lehernya seraya mempertajam penglihatan demi ikut membaca informasi yang tertera.
Manik sehitam jelaga itu beralih menuju pria tambun yang kini duduk nyaman di kursinya setelah membaca nama yang mengisi kolom nama wali Miki.
"Kwak... Hae... Sung...?"
Dada Yoongi bergemuruh, nama wali Miki yang tertera pada biodata milik gadis itu terdengar begitu serupa dengan nama pria paruh baya yang kini berada tepat di hadapannya, alias sang Kepala Sekolah.
Kwak Hae Dong. Kwak Hae Sung.
Tentunya bukan hanya sekadar kebetulan semata, dapat dipastikan kedua orang itu memiliki kesinambungan. Mungkin saja mereka satu keluarga, atau bahkan... kakak-beradik? []
Don't forget to vote!⭐
See you on the next update!❤️
![](https://img.wattpad.com/cover/231022495-288-k310560.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Give It (back) To Me
FanfictionMengungkap misteri di balik kematian Choi Miki yang janggal dan tak masuk akal. Serta berupaya mengembalikan kehidupannya yang direnggut begitu saja oleh oknum sinting demi memenuhi obsesi gilanya. Mystery-Romance-Supernatural (Season 2 of Me, Piano...