08 • Memory Lane

273 78 104
                                    

Happy reading!
Don't forget to vote❤️

Setelah Yoongi dan Miki merampungkan percakapan mereka sebelumnya, pun telah menuntaskan seluruh tangisan, dan juga rasa sesak di dada, maka kini selama makan malam berlangsung, mereka berempat diliputi oleh kebahagiaan.

Canda tawa selalu mengisi sela yang ada, terutama ketika semua insan yang ada di sana kompak menggoda Yoongi yang kembali merasa seperti maling tertangkap basah; selama beberapa hari sebelumnya, remaja itu dengan beraninya membantah permintaan kedua orang tua yang menyuruhnya untuk berada dalam ruangan yang terpisah dari Miki setidaknya selama sepanjang malam-Yoongi di kamar sedangkan gadis itu di ruang piano.

Saking malunya, Yoongi menolak duduk di sebelah Miki seperti hari biasanya. Pun juga dengan janji menyuapi Yoongi yang pada akhirnya tak terlaksana. Jadilah gadis itu hanya tersenyum manis selama menunggui lelakinya makan.

Obrolan-obrolan hangat terus bergulir kendati seluruh isi piring mereka telah tandas dan berpindah ke lambung masing-masing untuk dicerna.

"Ah iya, Appa baru ingat, bulan depan nanti kita harus mendatangi pernikahan anak Dokter Kim. Yoongi, kau mau 'kan bermain piano untuk mengiringi mempelai wanita menuju altar?"

"Loh? Kok aku, Appa?" heran Yoongi.

"Iya, Appa sudah berjanji. Katanya, Dokter Kim telah beberapa kali mendengar alunan pianomu yang cantik saat tengah berkunjung kemari, dan merasa begitu tersentuh. Jadi dia meminta tolong untuk pernikahan anaknya."

"Um, ya tak masalah sih. Apalagi selama ini Dokter Kim sudah selalu menjadi Dokter kepercayaan keluarga kita 'kan." Yoongi akhirnya menyetujui setelah berpikir sejenak.

"Nanti Eomma siapkan jas untukmu ya, Sayang." Ibu Yoongi mengusap pucuk kepala anak semata wayangnya penuh kasih sayang.

"Gomapta, Eomma."

Miki tersenyum hangat, membayangkan akan setampan apa nanti Yoongi-nya saat jari-jemarinya mengalunkan melodi yang indah di gereja sesaat sebelum janji pernikahan yang suci akan terucap.

"Appa, kau berjanji akan membantuku untuk mengungkap masa lalu Miki Noona, 'kan?"

"Tentu, Yoongi. Appa akan melakukan apapun demi kebahagiaanmu. Memangnya kini apa yang kau perlukan?" Senyuman manis terpatri di labium tipis Yoongi kala mendengar jawaban sang ayah.

"Pertama-tama aku harus menemukan orang-orang yang berkaitan dengan masa lalu Miki Noona. Koneksi yang Appa miliki pasti bisa memudahkanku 'kan?"

Pria empat puluh tahunan itu mengangguk bangga, "Tentu, siapapun bisa kau temukan dengan mudah, serahkan pada Appa."

"Termasuk menelanjangi data pribadi mereka?" Pemuda tujuh belas tahun itu terlihat semakin antusias.

"Informan kepercayaan Appa pasti akan dengan mudah mendapatkan seluruh informasi yang kau butuhkan."

Yoongi segera bangkit berdiri, menghambur memeluk sang ayah, juga ibunya secara bergantian sembari tak hentinya mengucapkan kata terima kasih. Yang dibalas dengan rengkuhan hangat serta usakan lembut pada surai hitam pekatnya.

"Yoongi sayang, Eomma dan Appa pasti akan selalu mendukungmu." ujar ibunya kala pelukan mereka terurai. "Tapi kau bisa berjanji 'kan jika apa yang kau lakukan ini takkan membahayakan dirimu sendiri?" Kekhawatiran tampak jelas di manik hangatnya.

Yoongi tak serta merta menjanjikan apa yang diinginkan sang ibu, sebab pemuda itu tahu jika apa yang tengah dihadapinya ini tidaklah mudah, terlampau rumit malah. Dan ia pun tahu betul bahwasanya kata bahaya turut andil menjadi bagian yang cukup besar di dalam perjalanannya mengungkap kebenaran misteri masa lalu gadis yang ia cintai.

Give It (back) To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang