bagian 3

2.2K 78 1
                                    

Begitu sampai di depan gedung perkantoran, sesuai alamat yang dikirim orang itu, Mega segera menuju bagian resepsionis. Setelah mendapat intruksi harus kemana dia melangkah.

"Saya mau ketemu sama bapak Erlan, saya sudah ada janji sama beliau." Bukannya langsung menjawab, Andin justru meneliti penampilan gadis ingusan di depannya.

"Tunggu dulu, saya tanyakan ke beliau" masih dengan raut sinis Andin memberi intruksi pada Mega.

"Saya rasa gak perlu mbak, saya sudah ditunggu dari tadi." Tak mau kalah Mega kembali berargumen.

"Anak ingusan sepertimu ada urusan apa dengan pak Erlan?" Ah, perempuan ini rasanya cuma membuang-buang waktunya saja. Mega segera mengetuk pintu, dan begitu mendapat intruksi dari dalam dia langsung masuk.

Lututnya lemas, dadanya bergemuruh. 'Ah sial! Kenapa tadi dia gak pergi dulu saja ke salon, atau seenggaknya pulang berganti dress yang rada anggun. Bukan cuma pake t-shirt dan celana belel begini.' Dewi centil dalam hatinya berontak tak terima dengan kostum yang dikenakannya kali ini. Karna ternyata sosok Erlan itu sama sekali tidak seperti yang ada dalam bayangannya, boss perusahaan yang sudah berumur.

"Silahkan duduk, berapa usia kamu? Sepertinya masih bocah? Apa tidak sekolah?"

"Bapak ganteng bangett sihh!" Sepontan dia memukul mulut lancangnya sendiri, rasanya baru kali ini Mega hilang kendali, dari SMP sampai kuliah smester awal ini sudah tak bisa dihitung dengan jari, berapa cowok yang mencoba mendekatinya. Satupun tidak lantas membuatnya bergetar apalagi jatuh cinta, tapi lihatlah kini! Mega bahkan telah berbuat konyol diluar batas kendalinya.

"Apa?" Melotot tak percaya, tentang apa yang barusan didengarnya." Saya bertanya apa kamu tidak mendengarnya?"

Lihatlah, bahkan mulutnya menganga dan matanya tak beranjak dari sosok yang duduk dengan angkuhnya di balik meja kerja itu. Rasanya Mega ingin segera berteriak kencang dan membuat pengumuman bahwa hatinya juga bisa bergetar, atau kalau tidak ingin langsung menelpon si Mimi aja, bukankah dia berhak mendapat kabar langka pertamanya itu?

"Hmmm, apa kamu tuli?"
"Ah, ti-tidak mas, upss maksud saya pak" cicitnya yang nyaris tak terdengar. "I-ini surat lamaran saya." Menyodorkan ke arah cowok ganteng yang lebih mirip artis sinetron Henky kurniawan itu.

"Umur kamu baru 17 tahun? Apa kamu yakin akan bekerja di usia yang masih sangat bocah begini? Apa orang tua kamu menyetujui hal itu?"

"Saya masih kuliah smester awal, saya butuh pekerjaan untuk biaya kuliah saya pak, eh mas, emm Om." Sepontan saja mata Langit melotot ngeri, ah apa yang gadis ini katakan, om katanya? Dikiranya dia ini om-om mesum apa? Langit membatin tak terima dengan sebutan om, yang disematkan untuknya.

"Lalu bagaimana caramu mengasuh anak-anakku, kalau kamu sendiri masih kuliah?" Selidik Langit.

"Saya bisa mengambil kuliah malam om."

'Shit!' Umpatnya lagi dalam hatinya.

"Baiklah, besok saya buatkan kontrak kerjanya, kamu bisa langsung mulai besok pagi. Jam 7 sampai jam 5 sore, sementara kamu saya gaji 5jt setiap bulannya. Apabila kerjaan kamu bagus, dan anak-anak menyukaimu akan ku naikkan lagi, tentu beserta bonusnya." Terang Langit untuk Mega.

'Wow, 5 juta sebulan, nanti buat ngangsur hutangnya Mimi bisa sekalian langsung dobel dong' ah Mega tak bisa menutupi rasa senangnya, hingga teguran itu membuyarkan lamunan.

"Kenapa kamu senyum-senyum gitu? Kalau sudah selesai silahkan tinggalkan ruangan saya." Perintah itu keluar dari mulut Langit.

"Om, saya lapar dan belum makan siang, emm untuk merayakan diterimanya saya bekerja ditempat om, mari saya traktir om." Mengembangkan senyum tak berdosanya, Mega meraih tangan Langit dan menariknya untuk segera berdiri.

Semua diluar bayangan Langit, mie ayam pinggir taman yang menjadi tujuan mereka, meski sedikit ragu, Langit ikut duduk di depan Mega.

"Kamu yakin kita makan di sini?"

"Sangat om, kenapa om gak suka?"

"Saya ingatkan kamu, selama bekerja di rumah saya, saya harap kamu jangan sok akrab dengan saya! Saya membenci perempuan sok akrab." Tandasnya.

"Saya mengerti om, om tenang aja."

"Bagus!"

Tbc.

❤❤❤

Om Duda Aku Padamu (Langit Mega)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang