Kehidupan rumah tangga Langit, kali ini merupakan sesuatu yang paling sulit Langit jalani. Semenjak bersatunya kembali dua sejoli itu, mereka kembali meniti kehidupan di Jakarta. Meskipun sudah berjalan sepuluh tahun pernikahan dua sejoli, yang sempat terpisah selama hampir lima tahun itu, nyatanya tak mampu meluluhkan hati Dyassta Aditama Mahardika. Ya putra sulungnya dengan Mega itu kini telah beranjak remaja, usianya telah memasuki 14 tahun. Namun, di pernikahannya yang sudah sejauh ini, dirinya belum pernah bisa memeluk sang putra, kecuali saat foto copyannya itu terlelap berselimutkan mimpi.
Bahkan, panggilan 'papa' yang Langit tunggupun tak kunjung terucap dari bibir bocah remaja tersebut. Langit paham, sangat paham. Apa yang menyebabkan putranya tersebut tak ingin menganggap Langit, meski dia menganggap Lintang dan Awan adalah kakaknya. Kesalahan Langit memang tidak pantas mendapat kata maaf, mungkin luka itu terlalu dalam, atau mungkin bocah itu memang melihat penderitaan mommynya yang begitu membuat amarah seorang bocah tak kunjung memudar. Meski dekat, sang buah hati begitu tidak tersentuh oleh Langit, dirinya hanya mampu mendesah pelan, memikirkan nasib hubungannya dengan sang putra.
Hingga kini adik kandung dari Dyassta sendiri telah menginjak usia 9 tahun, kata maaf itu seakan mustahil terucap dari bibir putranya. Mungkin sebagian orang akan menganggap Dyassta sebagai anak yang tumbuh sebagai pendendam, tapi pemikiran seperti itu tidak berlaku bagi Langit. Dia seolah paham, apa yang putranya rasakan. Seandainya posisi Langit seperti Dyassta, mungkin dia juga akan bersikap hal yang sama. Jujur dirinya bangga.
"Nak, sedang apa sendirian di sini?" Langit menghampiri sang putera, yang tengah duduk termenung di pinggir kolam renang belakang rumahnya.
Menoleh, netranya menghampiri sosok yang menyerupai dirinya berdiri menjulang, dan kembali dia palingkan wajah itu ke arah mana saja. Asalkan bukan mengarah pada orang yang memiliki andil besar akan kehadirannya di dunia ini.
Membuang napasnya perlahan, seolah dengan begitu bisa menghalau perih yang menghimpit dadanya, kemudian Langit mencoba menarik kedua sudut bibirnya ke atas.
"Baiklah, boleh daddy ikut duduk di sebelahmu, Nak? Daddy akan terus berusaha, supaya ada maaf untuk segala salah daddy." Melirik sekilas duplikat dirinya yang tetap setia dengan kebungkaman itu, sebelum kembali mengucapkan sesuatu. Langit tidak ingin salah dalam pemilihan kata-kata, karna mungkin akan berakibat fatal nantinya.
"Ini rumah Om, jadi Om bebas bicara apapun dan berbuat apapun di sini. Karena saya hanya menumpang di rumah ini." Wajah rupawan itu berbicara dengan begitu tenangnya, bahkan tidak sedikitpun ada raut emosi yang terlihat. Dengan ekspresi yang begitu datar, untaian kalimat menohok yang mampu meninju ulu hati Langit, 'sakit', begitu yang terasa.
"Daddy mau minta maaf sama kamu, biar suatu saat nanti bila Tuhan mengambil nyawa daddy, maaf itu sudah kamu berikan. Dan, kamu sudi memanggil daddy dengan sebutan daddy ataupun papa." Langit sudah siap, apapun ucapan tajam dari sang putra. Walaupun tidak dipungkiri, dirinya mempunyai harapan besar, untuk mendapatkan itu. Langit hanya berharap, rumah tangganya berisikan anggota-anggota yang saling menyayangi, layaknya keluarga lain. Dia bahkan menyadari, kesalahan itu terlalu besar, menggores luka pada sang istri dan keluarganya, yang justru kini mendarah daging pada diri Dyassta.
Ada haru yang menyusup di dalam dada, ada rasa nyaman dan terlindungi saat berada di dekatnya. Sebenarnya dirinya begitu menyayangi sosok yang sedari tadi ikut duduk di sebelahnya. Namun, ada luka di sudut hati, luka yang dulu menghujam dan menyiksa mommynya. Dia ragu, tapi merindu.
****
Di dalam kamar mewahnya, Dyass tidak mampu memejamkan mata barang sebentar. Perkataan pria itu ada benarnya, tetapi sisi egoisnya melarang, agar tetap berada pada posisi yang sama. Ya, dirinya hanya manusia biasa, yang memiliki sisi buruk. Meskipun kini sang Mommy sudah kembali berbahagia bahkan melupakan segalanya, tapi tidak dengan dirinya.
Yups, begitulah kisah rumah tangga kehidupan Langit-Mega dan anak-anaknya. Sulit bagi Dyassta untuk melupakan perilaku sang ayah.
Okay, semua terima kasih sudah mengikuti cerbung receh ini..
SEKIAN.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Duda Aku Padamu (Langit Mega)
De Todo+21 bijaklah dalam memilih cerita Cerita ini kehidupan Langit setelah kepergian Senja tujuh tahun lalu. Mega Dahlia, gadis berusia 17 tahun, seorang mahasiswi yang rela menjadi babysitter demi mengejar cintanya.