bagian 6

1.8K 59 1
                                    

"Kamu suka sama Erlan?"

Pertanyaan itu? Harus dijawab bagaimana? Kalo dijawab iya bisa-bisa langsung dipecat dan lebih parahnya dipermalukan.

"Ah, ti-tidak bu. Mana mungkin saya suka sama om Erlan, ibu bisa ajah." Sudah benar bukan apa yang harus dijawabnya, dia rasa sih sudah.

"Tapi..." dia bingung antara takut dipecat sama perasaannya, harus mana yang didahulukan.

"Tapi apa? Kamu jangan takut." Mendongak, menatap wanita paruh baya yang dalam mimpi sekalipun dia harapkan bisa menjadi ibu mertuanya, walaupun rada jutek dia wanita baik.

Meminum air putih, untuk meredakan tenggorokannya yang mengering. Menarik napas dan menghembuskan perlahan, diulanginya seperti itu hingga lima kali. Keringat dingin akibat gugup yang menyelimuti. "Saya iya!"

"Hah? Iya apa?" Mengerutkan kening yang memang sudah berkerut akibat umur yang menua, Salma bingung dengan jawaban dari Mega.

"Saya menyukai om Erlan sedari pertama bertemu bu." Semakin menundukkan kepala karena malu, ahh iya jangan lupakan rona merah yang menjalar pada kedua pipinya itu.

"Saya setuju kalau kamu menikah dengan anak saya."

Uhhukk uhuuukkk

"Kamu kalau minum hati-hati, jangan diulangi lagi kecerobohanmu itu. Berubahlah menjadi wanita feminine! Jangan grasa grusu! Sebab istri Erlan dulu itu wanita lemah lembut. Makanya sampai sekarang dia begitu susah melupakan Senja."

"Bu, katanya kita akan memasak untuk tamu om Erlan?" Karna tujuan kanjeng nyonya memanggilnya tadi memang untuk membantu memasak bukan?

"Saya sudah memesan, dari restoran! Karna saya pikir lebih penting dengan apa yang kita bicarakan."

"Tamunya, ...emm dia----"

"Laki-laki, sahabat Erlan dari kecil."

'Huh! Tau banget sih apa yang sedang gue pikiran, cenayang kali yak?'

"Oh!"

"Dalam seumur hidupnya hanya satu orang wanita yang memanggilnya Langit,
Dia hanya Senja."

"Saya akan memanggilnya seperti itu!" Serunya bersemangat, demi mendapatkan perhatian Langit, Mega akan melakukan apapun.

"Sepertinya saya harus segera pulang bu, karna sebentar lagi jadwal kuliah saya." Setelah melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, Mega segera beranjak keluar.

Tamu yang berkunjung dan ikut makan malam di rumah Langit adalah Vino, mereka sudah bersahabat sejak masih sekolah.
"Er, gue rasa menjodohkan lo, dengan adik bungsu gue merupakan pilihan terbaik. Dia terlalu manja, dan rada urakan, tapi baik. Gue percaya di bawah bimbingan lo, dia bisa berubah."

"Maksud lo apa Vin?" Tak percaya rasanya, saat Vino berucap demikian. Setaunya Vino ini cuma punya satu adek perempuan, dan saat dulu pernikahannya dengan Senja, Vino juga Vano mengajak turut serta adik bungsu mereka ke acara. Dan saat itu mungkin adiknya itu baru berumur delapan atau sembilan tahun.

"Iya si Ega, dia begitu cantik, sekarang usianya hampir 17 tahun." Temannya ini sudah gila rupanya, yang benar saja menjodohkan dengan gadis ABG .

"Ck, lo pikir gue gak laku gitu? Sampe lo mau jadiin gue macam pedofil? Gila lo!" Enak saja meskipun kata dia adiknya itu secantik bidadaripun Langit tak akan mau menikah dengannya. Hatinya sudah benar-benar terpatri pada Senja, saat di ujung mautnya membawa sejuta kesakitan yang telah dia ciptakan untuk wanitanya itu.

"Setidaknya kamu perlu bertemu dengannya? Besok hari sabtu, kalian dinner berdua, aku yang akan memilih tempat dan waktunya!" Sahabat macam apa ini? Pemaksaan sekali.

Ting

Lena
Erlan, jam 8 ini tolong temui aku . Akan kupastikan ini pertemuan terakhir kita. Setelah itu aku tak akan pernah mengganggumu!

Me.
Ok, di mana?

Lena
Restoran Cempaka

"Aku harus pergi setelah ini, Lena berjanji akan menjauhiku setelah aku menyetujui keinginannya bertemu denganku."

"Apa kau percaya padanya?"

"Entahlah, rasanya dia benar-benar ingin menyerah. Dan aku sangat mendukungnya jika itu benar-benar dilakukannya."

Vino hanya tersenyum mengejek pada Langit, entah senyum apa itu,  Langit tak bisa menebaknya.

"Oh , kata lo. Lo ada babysitter aneh di sini? Mana dia?"

"MegaVino, namanya. Dia sudah pulang jam 5 tadi." Salma yang menjawab pertanyaan Vino.

"Oh, iya tante mau ke kamar cucu dulu, kamu sama Erlan lanjutin aja ngobrolnya." Setelahnya Salma berlalu menaiki anak tangga, dan menuju kamar Lintang.

"Baik tante, saya juga harus segera pulang, sebab Anak saya juga sudah terus menghubungi sejak tadi." Setelah berpamitan pada Salma juga Erlan, Vino segera beranjak dari meja makan, tapi baru beberapa langkah, dia tetingat perkataan tante Salma. "Erlan, babysitter lo namanya Mega?"
Menepuk pundak sahabatnya, Langit segera mengerti apa maksud dari ucapan sahabatnya.

"Iya, dia Mega. Gak mungkin dia adrk lo, ortunya tinggal di kampung. Dia bekerja buat bayar kuliah!"

"Oh, ok yaudah. Gue cabut dulu."

Jam tangan rolex yang melingkar di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul delapan lewat lima menit. Saat sampai di sana ternyata sudah ada Lena yang menunggu.

"Maaf saya telat." Setidaknya kata itu harus terucap dari bibirnya, meski telatnya  itu sengaja dia lakukan.

"Tak masalah, aku selalu sabar menunggumu." Mengerling genit dan sedikit mrnjilat bibirnya, Lena seperti sedang menggodanya.

"Saya mau ke toilet dulu." Beranjak dan segera menuju toilet pria, Langit meninggalkan Lena sendirian di sana.

Lena memasukkan obat perangsang dengan dosis tinggi, pada minuman Langit. Setelah lima menit, Langit muncul dan segera meminum minuman pesannanya. Setelah lebih dari lima menit, dia merasakan panas ke sekujur tubuhnya. Gelisah, dan entah rasa apa? yang pasti sulit di gambarkan oleh Langit. Yang dia tahu, dirinya ingin menuntaskan sesuatu dibawah sana, melihat Lena dan gaun yang berbelahan dada rendah itu, rasanya sudah tak kuat lagi dia menahan rasa yang begitu menggelora.

Tbc.
❤❤❤

Like dan komen kalian yang menjadi semangatkuh. See you 😘😘

Om Duda Aku Padamu (Langit Mega)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang