bagian 9

1.7K 57 2
                                    

Langit bingung dengan perasaannya, getaran asing itu ada semenjak pertama kali jumpa, di kantor miliknya. Dengan segenap tekad yang diniatkan, tak ingin terperosok terlalu dalam, karna keyakinan hatinya yang menasbihkan bahwa cinta pertama dan terakhirnya hanya pada Senja seorang. Namun, mengapa hanya saat melihat wajah murung dan air mata itu hatinya begitu teriris, seolah merasakan sakit yang sama. Berulang kali mencoba menepis rasa asing, yang seolah telah mengakar, dengan selalu bersikap kasar bahkan cenderung dingin. Dengan harapan, sesuatu yang mungkin bernama cinta itu segera saja lenyap dari hatinya, tetapi sia-sia.

Ting

Vino A.
Kita ketemu sekarang juga!

Me.
Ada apa?

Vino A.
Nanti kita bicara.

Huh!

Menghembuskan napas kasar. Ah temannya itu memang benar-benar tidak tau diri. Sangat tidak mengerti keadannya saat ini. Yang seharusnya merenung di kamar mencari jalan keluar.

Setelah sampai di lokasi tujuan, dan telah memarkirkan mobilnya dengan sempurna, Langit menuju meja yang sudah direservasi atas nama Vino. Di sana temannya itu sudah menunggunya.

"Sudah lama?" Mengambil duduk di dekat jendela, mungkin dengan sedikit mendapat pemandangan tumbuh-tumbuhan segar yang turut mampu menyegarkan pikirannya.

"Baru." Satu kata yang keluar dari bibir sahabatnya.

"Ada apa? Apa ada yang penting?" Tak ingin berbasa-basi, Langit ingin segera ke inti tujuan pertemuannya ini.

"Lo harus menikah dengan adik gue, gue tahu kebahagiaannya hanya ada pada lo."

"Maksud lo?" Mengernyit bingung 'apa yang diucapkan Vino, setau dia mereka belum pernah bertemu, lalu apa maksud dari ucapan nyleneh Vino barusan?'

"Babysitter anak lo," menarik napas dan menghembuskan perlahan Vino melanjutkan ucapan, " dia Mega, adek bungsu gue, dia bekerja karna banyu ngelunasin utang temennya."

"Tapi, di--- " melongo tak percaya, Mega, gadis yang dia coba tuk dibencinya ternyata adalah adik dari sahabatnya.

"Dia memang bukan type bungsu yang merepotkan keluarga, dia akan melakukan apa saja demi orang yang disayanginya. Dia sangat mencintai lo, sebenarnya sedari usianya masih 10 tahun. Waktu itu lo masih belum nikah sama almarhumah. Dia ngamuk tiap lo ke rumah bawa Senja waktu itu, bahkan mengunci diri di kamar tanpa mau berbuat apapun dan makan apapun. Setelah pintu kamar di dobrak, dia ditemukan pingsan dan menjalani rawat inap hampir seminggu di rumah sakit. Satu hal yang lucu menurutku di sini, walaupun dia sampe berbuat nekat begitu, dia tidak tau nama lo. Karna yang dia tahu, dia menyukai bahkan mencintai lo, waktu itu dia sering bilang ingin sekali menikah sama lo." Mengembangkan senyum, yang baru Langit sadari, senyum itu persis sekali milik Mega. "Dia baru tahu kalo lo merupakan cinta pertamanya yang hilang, saat di ngebantuin lo dari jebakan Lena."

'Lena?'

"Maksud lo?" Sampai di sini Langit semakin bingung dibuatnya.

"Waktu itu, lo sama Lena ada disebuah restoran, di meja yang tak jauh dari lo ada Mega sama Mimi, sahabatnya. Mereka lagi ngerayain lunasnya hutang Mimi pada seorang rentenir, saat lo ke toilet, Mega melihat jelas, Lena memasukkan sesuatu ke dalam minuman lo. Dan apa yang terjadi seandainya Mega tidak mengetahui itu? gue yakin lo pasti tau apa jawabannya. Obat perangsang dosis tinggi bro, dia membawa lo ke apartemen gue atas ijin gue, saat itu juga, gue bawa dua dokter sekaligus, supaya lo bisa bebas dari reaksi obat laknat itu."

Mencerna setiap ucapan Vino, Langit tertegun dengan satu fakta. "Kenapa dia tidak memanfaatkan situasi? Kata lo tadi dia cinta sama gue?" Menatap tajam pada sahabatnya itu, Langit ingin memastikan jujurkah setiap ucapan dari Vino tersebut. Dan yang ditangkapnya, sebuah keseriusan yang mampu menohok hatinya.

"Itulah yang selalu bikin gue bangga sama adek gue itu, dia selalu bisa berfikir waras, meskipun terkadang sangat manja dan menyebalkan. Hahaha."

Setelah benar-benar bisa mencerna semua ucapan Vino, dia telah sadar, betapa dia telah salah menilai seorang Mega. Tak ingin kejadian sama terulang kembali, kini sudah di niatkan mengejar seseorang yang memang pantas untuk dimiliki.

"Tapi gue.

Udah ngomong kasar ke dia. Gue ngerasa gak pantes ngedapetin dia. Dia pasti udah muak, atau bahkan benci sama gue, Vin." Mata yang terbiasa menyorot dingin itu seolah telah meredupkan sinarnya, dan satu lagi yang belum Langit sadari, sosok wanita lain yang mampu membuatnya berlinang air mata.

Diperhatikannya sahabatnya yang tengah dirundung duka itu, dengan tatapan prihatin. Untuk yang kedua kalinya dia melakukan hal bodoh dalam urusan asmara. Untuk saat ini, setelah dia membeberkan sebuah kebenaran pada Langit, dia akan diam dan menyaksikan. Sejauh mana pria tolol itu akan berjuang.

Sementara Langit, tampak terlihat nelangsa, bahkan sangat menyedihkan.
Dalam hatinya, sebenarnya dia tidak yakin, apakah masih ada kata maaf untuknya? Karna dia tak berani bertanya lebih, soal cinta yang bersarang dalam hati gadis itu, dia sadar semua yang sudah dia lakukan begitu menyakitkan.

Seminggu setelah pertemuannya dengan Vino, hidupnya begitu benar-benar suram, tak berwarna saat ada Mega di rumahnya. Yang selalu membuatnya geram, panghilan manja yang kadang membuat telinganya gatal. Lalu, kenapa kini dia begitu merindukan. Dua kali dia telah salah salah melangkah, tak ingin kejadian yang sudah terlambat terulang lagi.

Kini waktunya untuk berjuang, dia berharap semua belum terlambat. Berjuang mendapatkan gadis bodohnya, yang dengan begitu sadis telah menjungkir balikkan perasaan seorang Erlan Langit Mahardika. CEO muda yang terkenal dingin tak tersentuh, kini telah jatuh dan terperosok dalam cinta seorang bocah ingusan yang berusia masih terbilang ABG.

Ya, benteng tinggi yang dibangunnya itu selama tujuh tahun setengah  telah runtuh, Langit kalah. Dia telah menyerah. Menyerah pada seorang bocah, yang setelah direnunginya, dia telah benar-benar jatuh cinta.

"Hey, bocah tunggu om, om akan  membawamu pulang dengan sebuah ikatan."

Tbc.
❤❤❤









Om Duda Aku Padamu (Langit Mega)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang