Bagian 20

1.1K 41 0
                                    

Jangan lupa follow akun authornya  yess, biar bisa mengikuti setiap updatenya.😊

Jangan lupa, vote dan komen kalian.😊 biar akunya tambah semangat.

"Nenek di sini sangat indah! Di sini Mega bisa selalu bersama Nenek." Mega memeluk neneknya dengan sayang, sudah sedari Sekolah Menengah Pertama dirinya ditinggal pergi oleh neneknya, tapi sekarang, dia benar-benar tidak menyangka, bahwa akan bertemu sang nenek di tempat seperti ini. "Nenek akan selalu berdo'a padaNya semoga kamu selalu dilindungi dari segala musibah dan mara bahaya sayang, ayo nenek tunjukkan tempat yang indah di sini!"  Sang nenek menarik tangan Mega, mereka berjalan setengah berlari menuju sebuah Danau, Danau yang begitu indah. Di pinggiran Danau itu ditumbuhi bunga-bunga bermekaran,  dan ada beberapa rakit yang entah siapa pemiliknya. Karna sedari tadi mereka berkeliling, tidak sekalipun menjumpai satu orang pun.

Mega duduk di ayunan dibawah pohon pinggir danau itu. Sejauh mata memandang, ada sebuah jembatan yang dihiasi bunga-bunga indah disetiap pegangan, di sisi bagian kiri-kanan jembatan, itu menurut penuturan Nenek. "Sayang, kalau kita bisa melewati jembatan itu, kita akan selalu bersama, tidak akan lagi terpisah seperti selama ini." Mega tersenyum pada Neneknya, dia ingin selalu bersama Nenek, di sini dia bisa benar-benar melupakan segala kesakitan yang menghimpit raganya. Dia lelah hidup di kota, meskipun ada mami, papi dan kedua kakak kembarnya. Dia ingin melepaskan semua beban itu. Di sini, Mega begitu merasa kembali seperti saat masih kecil, tidak memiliki beban apapun, setiap keinginannya akan langsung tersedia, hanya satu yang tidak bisa terwujudkan, keluarganya tidak ada di sini, selain Neneknya.

"Sayang, kamu mau ya Nak, Nenek ajak melewati jembatan gantung yang indah itu? Kamu akan selalu bersama nenek, tidak akan ada orang yang menjahatimu lagi, saat sudah melewati jembatan itu. Nenek sedih saat melihatmu di sana harus begitu tersiksa, karna perbuatan mereka. Nenek akan selalu bersamamu, Nenek janji. Diseberang jembatan nanti akan ada pemandian air panas, di sana indah sekali." Tutur nenek panjang lebar, yang menginginkan Mega ikut bersamanya.

"Ta-tapi, Mega kangen Mami Nek, kangen Papi, Mega juga kangen Bang Vano sama Bang Vino." Ucap mega menerawang, di sisi kanan kiri pundaknya, ada kupu-kupu yang menghinggapi. Setelahnya, dia mengulurkan satu tangannya, dsn seketika ada kupu-kupu yang lumayan besar hinggap ditelapak tangan Mega, sejenak dia melupakan keinginannya untuk bertemu orang-orang terdekatnya.

Senyum itu terus mengembang lebar, saat muncul kelinci yang begitu lucu mendekatinya, saat dia duduk di ayunan itu. Tanpa dia duga kelinci itu melompat naik ke pangkuan Mega, sungguh dia benar-benar terlena, dengan kedatangan binatang-binatang kesayangannya.

Saat Mega tengah berinteraksi dengan kelinci dan kupu-kupu indah indah itu, sang Nenek segera beranjak dari duduknya, dia kembali menarik tangan Mega, berjalan menuju jembatan gantung itu. Saat-saat seperti ini, membuat hati Mega benar-benar bimbang, dengan keputusan yang diambilnya, disatu sisi, dia ingin terus bersama Nenek, dan di sisi lainnya dia ingin bersama keluarganya. Tapi, disaat mengingat  rasa sakit yang mengantarkannya ke tempat seperti ini, hati Mega telah kukuh dengan keputusan ingin terus bersama nenek.

"Kamu tidak layak tersakiti sayang, nenek akan bersamamu." Dia tersenyum bahagia mendengar penuturan neneknya.

"Baiklah Nek, Ega ikut, sama Nenek." Dia membalas uluram tangan nenek, dan berjalan disampingnya.

*****

Saat bunyi alarm yang terpasang pada alat yang menopang kehidupan Mega saat ini berbunyi begitu nyaring, semua orang yang ada di kamar itu terbangun. Seketika Rima, memencet tombol untuk memanggil Dokter.

"Ya Allah Nak, bangun sayang! Jangan pergi kemana-mana! Tetaplah bersama kami, kami menyayangimu Nak." Raung itu terdengar begitu pilu, menyayat hati yang mendengarnya.

Diluar saat beberapa orang Dokter dan Perawat tengah bergegas menuju ruang rawat Mega, Langit yang tengah duduk di depan ruangan itu berdiri seketika. "Apa yang terjadi Dokter?!" Wajah panik itu tak mampu di sembunyikan, ada perasaan yang benar-benar tidak enak di sudut hati sana, Langit dengan mulut yang tak berhenti mengucap do'a-do'a yang dia bisa. Air mata yang baru saja mengering itu, kini kembali mengalir,   saat tubuhnya hampir memasuki pintu itu, sebuah pukulan kembali bersarang pada wajah dan perut Langit. Dia merasakan sakit, tapi bukan karna sakitnya pukulan, melainkan sakit yang dirasakan seseorang yang terbaring di dalam sana.

"Puas Lo? Puass?? Brengsekk!!!"

Bugh bugh bugh

Langit yang memang jadwal istirahat dan  makannya benar-benar kacau, ditambah setiap hari mendapat pukulan dari Vano dan Vino, kali ini dia benar-benar terkulai di lantai Rumah Sakit.

"Sudah!!!" Rima berteriak histeris dengan tingkah kedua putranya, dia tidak ingin melihat kekacauan yang lebih dari ini, sungguh dia lelah. Wanita paruh baya itu menolehkan kepala sedikit ke arah kanan, dimana menantunya itu terkulai tak berdaya. "Dia yang harus membuat Mega kita bangun, jangan membunuhnya Nak!"  Menggeleng lemah, dia merasa semua ini tidak harus diselesaikan dengan kekerasan.

"Mi, dia yang sudah membuat tuan putri kita hampir mati." Lirih suara berat Vano terdengar di telinga mereka, air mata seorang kakak, yang melihat adik tercintanya terbaring tak berdaya. "Dia sudah mengkhianati kepercayaan kita semua Mi. Dia pantas mati." Matanya yang berkabut luka, masih memancarkan amarah yang begitu besar pada sahabat yang juga berpangkat ipar itu.

"Tapi kita belum tau dan belum menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Kita tidak boleh hanya mendengar kata mereka Nak. Mata bisa saja salah dalam menilai sesuatu, apalagi cuma 'kata mereka' ini sama sekali tidak bisa kita jadikan pedoman. Kita semua sudah mengenal Nak Erlan sedari kalian masih SD, apa ini tidak bisa membantu kalian berpikir, untuk mencari kemungkinan-kemungkinan yang lain? Jangan sampai kita melakukan hal yang fatal, karna akibat salah paham Nak. Mami yakin, Mega hanya salah paham tentang hal ini." Untaian panjang dari Rima, mereka cerna dengan baik, Mami mereka benar. Mereka tidak boleh gegabah, perlu benar-benar diselidiki sedetail mungkin. Bahkan dia benar-benar yakin, dalam hal ini pasti melibatkan orang lain.

Kini Vano bertekad akan menyelidikinya, dan memulai semua itu dari kantor Langit, ruang kerja Langit lebih tepatnya. Karna sesungguhnya, dia sendiri tidak yakin, Langit akan bertingkah sebejat itu.

"Sus, tolong rawat dia." Titahnya pada seorang perawat, menunjuk pada Langit yang masih tergeletak dilantai Rumah Sakit itu..

"Baiklah Tuan." Anggukan segera diberikan Vano, sebelum dirinya pergi berlalu menuju kantor Langit.

Tbc.
❤❤❤

Maaf yess, mungkin ini rada-rada gimana gitu. Soalnya aku sendiri gak tau peristiwa apa yang terjadi pada seseorang di awah alam sadarnya.

Jangan lupa, krisannya ya. 😊

Om Duda Aku Padamu (Langit Mega)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang