bagian 16

1.1K 37 0
                                    

Seminggu ini, Langit begitu lelah, lelah dengan segala sikap Mega yang telah berubah, hampir setiap keinginannya kalau tidak dituruti pasti akan menangis. Hampir setiap malam, Langit harus menerobos gelapnya malam dan derasnya hujan, hanya demi keinginan konyol istrinya. Semua itu terjadi saat menjelang tengah malam, terkadang meminta gado-gado, asinan bogor, lontong sayur, dan terbaru saat ini adalah nasi jagung. Dia sayang, sangat sayang pada istrinya, tetapi haruskah dengan selalu menindasnya seperti ini? Dimana dia harus mencari makanan aneh tersebut? Bahkan Langit belum pernah melihat wujud nyata dari nasi jagung itu sendiri. Rasanya ingin sekali mengutuk istrinya itu menjadi batu saja, sudah tiga jam berlalu sedari dirinya keluar untuk memburu si nasi jagung. Seandainya dia pulang, tanpa barang yang diinginkan istrinya, sudah tentu Langit akan mendengar tangisan Mega sampai pagi, dia tidak akan sanggup untuk itu. Tapi dimana dia akan mendapatkannya? Bahkan anak buahnya sudah dikerahkan untuk mendapatkannya. Namun, nihil.

Mereka tidak mendapatkan makanan yang diinginkan Mega, semakin kesini dia merasa Mega tidak menghargai Langit sebagai suami. Seolah hanya menjadikan Langit sebagai alat, bahkan pesuruh untuk Mega. Langit tercenung, ia berpikir mungkin gadis seusia Mega belum layak menjadi seorang istri. Bahkan akhir-akhir ini istrinya itu semakin berani dengan membentak-bentak Langit, saat didekati selalu menjauh, katanya mual saat melihat Langit. Itu yang semakin membuat Langit kian ragu dengan ketahanan menjadi suami Mega, dia sempat berpikir, sampai kapan dirinya mampu bertahan dengan sosok istri yang begitu.

Menyugar rambutnya ke belakang, dia mendesah lirih, masih mengingat kejadian seminggu yang lalu, saat besoknya Mega nekat menemui Pak Rudi, bahkan mengajak makan siang bersama dengannya, tanpa ada Langit di antara mereka. Saat Mega duduk semakin mendekat ke arah Pak Rudi, saat itu juga Langit memergoki mereka, sebab saat itu Langit tengah bertemu dengan klien di rumah makan yang sama dengan Mega dan Pak Rudi. Saat itu juga Langit memecat Pak Rudi dengan tidak hormat.

Bahkan dirinya tidak perduli dengan amarah Mega, bahkan Mega sampai berani menampar Langit.

Masih dengan posisi duduk di atas kap mobilnya, pikiran Langit menerawang jauh, seandainya Senja tidak pergi, seandainya dulu dia tidak jatuh cinta dengan bocah ingusan itu dan berderet kata-kata seandainya yang lain, turut berkelebat di benaknya. Napas berat dia hembuskan, mencoba meraba, apa yang sebenarnya terjadi dengan istrinya. Karna saat sebulan yang lalu, dia pertama bertemu kembali, dan hidup serumah dengannya, tidak terlihat sama sekali sifat aneh dari istrinya. Dia begitu jauh dengan sifat Senja, Senja yang dewasa, Senja yang begitu lembut dan menghormati Langit sebagai suaminya. Senja yang selalu tidak ingin makan tanpa ada Langit, Senja yang selalu membuat Langit pulang saat jam makan siang, sebab dahulu Langit selalu memakan makanan yang di masak Senja. Senja yang mampu membuat hati Langit terpatri begitu kuat. Oh! Senjanya yang malang.

Langit selalu ingin menumpahkan air mata, saat mengingat Senja, Senja yang begitu mandiri, bahkan selalu tidak ingin merepotkan Langit. Senja yang mampu menyempurnakan kehidupan Langit sebagai seorang pria, dengan menghadirkan dua malaikat kecil kesayangan.

Disaat seperti ini, Langit hanya menginginkan ada Senja di sisinya, yang selalu mampu membuat hati Langit nyaman. Namun, lihatlah kini! Apa yang terjadi dengan Langit, setelah kematian Senja. Hidupnya berantakan.

Langit lupa dengan tujuan utamanya keluar rumah, sebab dia begitu larut dengan pemikiran tentang Senja dan masa lalu mereka. Langit ingin memperbaiki semua, dan tidak ingin bertindak bodoh jika masa lalu itu mampu diulanginya.

"Erlan!"
Langit menoleh, saat mendengar seseorang memanggilnya, "Lena? Ngapain kamu malam-malam di sini?" Heran Langit saat mendapati Lena ditengah jalan seperti ini.
"Lagi nyari sate padang, aku ngidam." Senyum Lena kian mengembang saat menjawab pertanyaan Langit. Ya, Lena telah hamil setelah menikah empat bulan yang lalu.

"Sendiri?" Langit heran, mendapati Lena hanya sendirian saat mencari makanan yang diidamkannya. 'Seandainya saja Mega semandiri Lena.' Benak Langit berandai-andai.

"I-iya Er, suamiku meninggal saat kecelakaan sebulan setelah pernikahan kami." Bulir bening mengalir di pipi mulus Lena, Langit trenyuh melihat kondisi mantan calon istrinya itu.

"Jadi kamu tinggal dengan dengan siapa Len?" Lena menundukkan kepala hatinya bergemuruh tak beraturan.

"A-aku tinggal sendiri Er." Wajah wanita itu nampak pucat, disaat hamil dan masa ngidam harus hidup seorang diri, tanpa suami di sisinya, Langit merasa, tidak seharusnya Lena mempunyai takdir sepahit itu. Apalagi, saat dirinya melihat tubuh bergetar Lena, mungkin dirinya mengingat suaminya yang telah tiada.
"Duduklah sebentar di sini, aku akan mencarikan untukmu!" Senyum terbit dari bibir Lena, dan Langit melihat itu, tanpa aba-aba tangan Langit mengacak puncak kepala Lena.

"Erlan! Boleh aku memelukkmu sebentar saja, aku merindukan suamiku, jadilah dirinya untuk sesaat, demi anakku, kumohon Er!" Air mata kian deras mrmbanjiri wajah Lena, Langit tampak menimang permintaan Lena. Dia berpikir, tidak ada salahnya, sekedar menolong wanita yang hamil, apalagi telah ditinggal mati suaminya. Pikir Langit saat ini. Dengan segala pertimbangan, Langit menerima pelukan erat dari Lena, dan wanita itu seolah tidak ingin melepaskannya.
"Biarkan seperti ini untuk sesaat Er, aku mohon. hiks!" Dengan refleks, Langit mengangguk mengiyakan keinginan Lena, setelah dirasa cukup puas, Lena melepaskan Langit, dipandanginya mantan calon suaminya itu.

"Kenapa kamu malam-malam ada di sini Er? Apakabar dengan istrimu?"
Langit membuang muka ke samping, menghindari tatapan mata Lena, aku hanya ingin mencari udara segar."
Lena, membalikkan wajah Langit dengan jari telunjuk dan ibu jarinya, ditatapnya wajah tampan itu, Lena mendapat sebuah jawaban yang membuat hatinya berbunga-bunga.

"Len, kamu tunggu disini sebentar, aku akan mencarikan sate padang untukmu." Lena menggeleng spontan.

"Aku tidak akan membiarkanmu kerepitan sendirian Er, aku akan menemanimu. Dan Langit kembali mendapat  pelukan dari Lena dengan tiba-tiba.

Tbc.
❤❤❤
See you semua😘😘

Maaf bat yess, belum diedit, masih acak-acakan😣

Om Duda Aku Padamu (Langit Mega)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang