Episode 8 : The Riddle of Death

96 15 0
                                    

Saat istirahat kedua, Ancho dan beberapa orang panitia pelaksana G-Festival mengadakan rapat. Termasuk juga Edo dan Ical sebagai penanggung jawab, Amin sebagai ketua perlengkapan, Fahriza sebagai ketua dokumentasi, Rara sebagai ketua bagian sponsorship, dan juga orang-orang lainnya.

Saat rapat, mereka mendiskusikan kurangnya dana untuk mengundang artis ke acara mereka, serta perlunya panitia tambahan untung mengatur acara tersebut.

"Gimana kalau kita minta bantuan sama perusahan Opank & Co, siapa tau mau kerja sama" usul salah satu orang di sana.

"Jangan" Ancho dan Edo menjawab serentak. Mereka tau ada apa di balik Opank & Co.

"Terus mau gimana lagi? Udah banyak perusahaan yang nolak buat jadi sponsor acara kita" sanggah teman mereka.

"Bener tuh, kalau gak ke Opank & Co, ke mana lagi? Kan itu perusahaan baru, jadi pasti mau nerima kerja sama sponsorship buat mengenalkan perusahaannya" salah seorang di sana juga ikut menambahkan.

Ancho sebagai ketua pelaksana dan Edo sebagai penanggung jawab bingung ingin menjawab apa.

Terakhir kali mereka bertemu Direktur Opank, mereka mengetahui kejahatan di baliknya.

Bahkan, mereka terpaksa berbohong saat ketahuan terluka oleh teman-temannya.

"Gak ada jalan lain lagi sih, Cho" Ical yang juga penanggung jawab mengiyakan perkataan anggota-anggota mereka.

Ancho terlihat pusing dan sedikit frustasi. "Kita mikirin itu nanti dulu deh, kita pikirin kurangnya panitia dulu nih"

Mereka pun berdiskusi kira-kira 5 menit, sampai akhirnya seorang cewek lewat di luar ruangan itu dan Ancho melihatnya lewat jendela.

Itu adalah Yaya, gebetannya sejak semester 1. Dia pun langsung mengusulkan untuk membawa Yaya ke dalam panitia.

Setelah cukup lama berdiskusi, akhirnya didapatkan sekitar 11 panitia tambahan yang akan bergabung.

"Okay, kita tutup dulu rapat siang ini. Silakan masuk ke kelas masing-masing!" Kata Ancho menutup rapat hari itu.

Saat pulang sekolah, Ancho menyempatkan diri untuk menemui Yaya.

"Yaya!" Panggilnya perempuan itu. Perempuan itu menoleh padanya.

Saat perempuan itu berbalik, Ancho langsung meleleh melihat wajah cantiknya.

"Kenapa Cho?" Tanyanya. Ancho masih terdiam, grogi untuk menjawab.

"Cho?" Panggilnya lagi.

Ancho pun bangun dari lamunannya. "Oh, iya. Gini Ya, kami perlu bantuan tambahan panitia buat G-Fest nanti, kamu mau ga, jadi panitia?"

Yaya berpikir sebentar, lalu mengangguk dan tersenyum. "Boleh deh!"

"Oke deh" kata Ancho dengan kaku.

Yaya pun membalikkan badannya dan pulang.

Ancho melihatnya dari belakang. Dari ujung kepala sampai kaki, dia lihat dengan takjub.

Lalu, pandangannya tertuju pada gelang yang dipakai Yaya.

"Itu kan?" Menggantung di gelangnya, sebuah replika piramida, dengan bagian atasnya terbuat dari kaca.

Ancho pun langsung menghampirinya. "Yaya, tunggu bentar!"

"Kenapa Cho?" Tanyanya dengan nada suara lembut.

Ancho menunjuk gelang yang dipakainya. "Dapat darimana gelangnya?"

"Ummm... Aku dikasih sama pamanku, baru aja kemaren" jawabnya.

Kamen Rider KageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang