"Keknya lo juga dapat telepon dari direktur Opank, sampai-sampai lu minta ketemuan" kata Amin pada Edo yang baru saja datang. Mereka sekarang sedang berada di sebuah cafe yang biasa dijadikan tempat tongkrongan.
"Ya iyalah!" jawab Edo dengan nada kesal, walaupun kesalnya itu bukan karena Amin.
Mereka pun duduk berdua di salah satu meja.
"Dia tiba-tiba nelpon gw, ya gw langsung aneh dong. Perasaan urusan kita dulu udah selesai sama dia, eh dia tiba-tiba nelpon" kata Edo kesal. "Pas dia bilang Rara disandra sama komplotan apa lah itu nama organisasinya, gw lupa, awalnya gw pikir Rara udah bukan tanggung jawab gw. Kalau gw mau nolong pun, gw ngerasa gak berhak aja gitu buat nyelametin dia"
Amin hanya diam mendengarkan Edo yang bercerita tentang kekesalannya sambil meminum minuman yang tadi dipesannya.
"Tapi...... pas Opank bilang ternyata yang nyandra Rara itu pacar barunya," Edo menarik nafas sebentar. "Gw langsung emosi bangsat!" seru Edo sambil mengepalkan tangannya erat, bahkan sampai memerah.
"Emang bajingan tu orang. Udah dikasih kesempatan biar dapet cewek kayak Rara, eh ternyata penipu biadab! Dasar bangsat!" Seru Edo. Yang tadi hanya tangannya yang memerah, sekarang wajahnya ikut memerah juga.
Orang-orang yang berada di cafe itu tidak terlalu terganggu dengan Edo. Mau bagaimanapun juga, suasana di sana sudah ribut, ada yang bermain game online, ada yang curhat-curhat, bercanda, bermain kartu, dan kegiatan-kegiatan membuat gaduh lainnya.
Setelah Edo selesai bercerita dan mengeluarkan semua unek-uneknya, baru akhirnya Amin ikut bicara.
"Trus sekarang lo mau gimana?" tanya Amin.
"Gimana apanya?" tanya Edo lesu sambil tertunduk. "Mereka udah berangkat ke New York Min, kita udah gak bisa ngejar mereka"
Amin menatap temannya itu prihatin. Amin tau pasti sulit bagi Edo yang ingin berbuat sesuatu, tapi sudah tidak ada yang bisa dilakukan. Tapi untungnya, Amin tau apa yang harus dilakukan.
"Lo kayak bukan Edo yang gw kenal" ucap Amin, Edo yang ter tunduk pun menoleh ke arahnya. "Edo yang gw kenal gak bakal putus asa semudah ini"
"Trus mau gimana lagi Min?" tanya Edo. "Mau ngejar ke New York, uang gak ada. Mau ngejar pake kekuatan, pasti energi gak cukup. Kalo pun ada cara biar gw bisa ngejar Rara, pasti gw kejar Min!"
"Kalo gitu ayo!" ucap Amin sambil tersenyum. "Gw juga ada cewek yang harus diselametin di sana"
Amin pun berdiri dari kursinya dan bersiap pergi dari tempat itu. "Lo ikut ato nggak?" tanya Amin pada Edo yang masih terdiam di kursinya.
Edo pun tersenyum dan akhirnya berdiri.
Mereka berdua pun mengendarai motor masing-masing. "Gak usah ngambil baju ganti kan?" tanya Amin sambil tersenyum. "Kita bakal perjalanan jauh loh"
"Keknya gak perlu ditanya deh" jawab Edo.
"Kalo gitu, kita gasken!"
Amin pun membawa Edo keluar kota. Kurang lebih 1 jam mereka berkendara, akhirnya mereka sampai di Bogor. Amin pun membawa Edo ke sebuah tempat pasar, dan Edo mengikutinya tanpa banyak bertanya.
Mereka memarkirkan motor masing-masing, kemudian masuk ke dalam pasar itu. Di dalam pasar itu, mereka memasuki jalanan sempit sampai akhirnya melihat sebuah pintu rumah dari kayu lusuh.
Tanpa mengetuk atau menyapa, Amin membuka pintu itu begitu saja. Dia dan Edo pun masuk ke dalam. Ruangan di dalamnya terlihat sangat...... seram. Banyak benda aneh ditempel di dinding, lilin di mana-mana, suasana remang dihiasi lampu-lampu merah gelap, ditambah bau-bau aneh. Lengkap sudah ruangan itu seperti ruangan dukun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamen Rider Kage
Fiksi PenggemarSebuah ancaman dari dunia kuno dan mistis akan datang. Kekuatan dari makhluk-makhluk mitologi dilepaskan. Dan suatu kehancuran akan dibangkitkan. Sekelompok remaja SMA membentuk sebuah kelompok yang bertugas untuk menyelidiki hal-hal aneh dan mistis...