Hari Kamis, H-6 G-Festival.
Setelah jam pulang sekolah, semua panitia G-Festival disibukkan dengan tugas mereka masing-masing.
Rabu depan, acara mereka akan dimulai dan mereka harus mempersiapkannya dengan maksimal.
Tetapi, dari semua panitia yang bersemangat itu, ada seorang panitia yang hanya berdiam di ruang kelasnya sendirian.
Itu adalah Ancho.
Dia masih galau dan selalu kepikiran akan nasibnya selama ini. Bahkan dia tidak ikut saat pengarahan panitia siang tadi.
Yang mengarahkan panitia sekarang adalah Ical (ketua OSIS) dan Edo (ketua MPK) karena mereka adalah penanggungjawab acara tersebut.
"Do, Ancho kenapa sih? Kok lu malah biarin dia diem gitu?" Tanya Ical saat berpapasan dengan Edo di lapangan.
Edo terdiam karena bingung menjawab apa. "Ya, dia kan mungkin lagi ada masalah..." kata Edo.
Tapi, belum selesai dia bicara, kata-katanya langsung dipotong oleh Ical. "Masalah? Masalah apa?"
"Ya.... gak tau. Masalah pribadi mungkin"
"Kalo gitu, gimana bisa jadi ketua acara Do" kata Ical. "Kalau jadi ketua harus bisa membedakan masalah pribadi dan masalah acara atau organisasi"
Edo mengangguk. "Iya, aku paham..."
Tapi lagi-lagi dipotong oleh Ical. "Lu kan temen deketnya, harusnya lu bisa ngasih tau dia, kalau gak gitu....."
Edo pun balas memotong "kenapa gak lu aja sekalian? Kan lu ketua OSIS dia, lu juga penanggungjawab, masa gw semua?"
Edo pun langsung pergi ke tempat lain karena ada yang harus diurusnya. Selain itu, dia juga tidak mau berdebat panjang lebar dengan Ical.
Ical pun juga pergi ke tempat lain.
Saat Amin sedang menyiapkan perlengkapan di setiap kelas yang akan digunakan untuk perlombaan nanti, dia melewati kelasnya.
Di dalam, dia melihat Ancho duduk di kursinya sambil menunduk.
Amin pun memutuskan untuk menemani kawannya itu.
Tapi, baru saja membuka pintu, Ancho langsung berdiri dan keluar. Dia bahkan tidak menyapa Amin.
Dia seperti berada di dunianya sendiri.
Ternyata, Ancho memutuskan berjalan sampai ke luar sekolah.
Saat dia melewati lapangan basket, Haris dan Fahriza yang sedang menyiapkan peralatan di sana melihatnya.
Tetapi mereka tau sifat kawannya itu, kalau Ancho sedang galau, lebih baik jangan diganggu. Haris dan Fahriza pun melanjutkan pekerjaannya.
Tapi, berbeda dengan teman-teman yang lain. Banyak panitia yang menjadi kesal dan emosi karena melihat sikap Ancho.
"Dia kan ketua, masa dia gak ikut bantuin?" Kata salah seorang panitia.
"Iya, bener. Paling nggak kan, bantu ngarahin" sahut yang lain.
"Tau tuh, punya masalah kok dibawa ke urusan acara, padahal dia ketua"
Kata-kata tidak enak pun keluar dari banyak mulut. Bahkan, sampai terdengar oleh Edo, Ical, Amin, Haris, Fahriza, Rara, dan BF.
Saat berjalan melewati gerbang sekolah, dia langsung melihat seorang berdiri di seberang jalan.
Itu adalah Yaya.
"Yaya...." kata Ancho lirih. Suaranya hanya dapat didengar olehnya sendiri.
Yaya pun menyeberang sampai berdiri 1 meter di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamen Rider Kage
FanficSebuah ancaman dari dunia kuno dan mistis akan datang. Kekuatan dari makhluk-makhluk mitologi dilepaskan. Dan suatu kehancuran akan dibangkitkan. Sekelompok remaja SMA membentuk sebuah kelompok yang bertugas untuk menyelidiki hal-hal aneh dan mistis...