"Gimana tanganmu, Cho?" tanya Yaya. Hari sudah pagi, mereka baru saja habis sarapan. Sarapan mereka biasa saja, hanya makan mie gelas.
"Udah mendingan kok" jawab Ancho.
"Lu semua udah siap gak?" tanya Udin tiba-tiba. "Kita bakal nyerang kantor para penjahat berbulu pengusaha itu"
"Heh, penjahat berbulu pengusaha, keren juga julukan yang lu kasih" kata Dhika. "Pasti siap lah kalo gw. Lo gimana Mbul?"
"Siap aja gw mah" jawab Haris.
Mereka bertiga pun mengarahkan pandangan ke Ancho dan Yaya.
Yaya dan Ancho berganti pandang dan mengangguk bersama. "Kami juga siap!"
Sementara itu, bandara.......
"Do, bangun Do! Tidur mulu lu, kita udah sampai woy!" Amin mencoba membangunkan Edo yang masih tertidur, tapi sepertinya tidak ada tanda-tanda kesadaran darinya. "Woy, bangun anjeng! Pasti ada yang bakal ngambil barang ke sini!"
Amin yang kesal pun memegang tangan Edo, lalu dia siapkan telunjuk dan jari tengah dari tangan Edo itu dan.... pup
Kedua jari itu ditusukkan Amin ke dalam dua lobang hidung Edo. "Ah bangsat!" Umpat Edo, akhirnya dia sadar juga.
"Udah, bangun cepet! Kalau gak kita bakal ketahuan!" Bentak Amin.
Edo pun akhirnya bangun, walaupun nampaknya rohnya masih belum terkumpul sempurna.
Tiba-tiba, suara pintu terbuka terdengar. Seseorang pun masuk. Amin dan Edo langsung berusaha bersembunyi di balik sebuah koper.
Omong-omong soal bagasi, karena pesawat tersebut adalah pesawat besar pribadi, jadi mereka tidak menggunakan sistem mesin yang biasanya membawa barang secara otomatis.
Orang yang masuk ke dalam bagasi tadi dengan santainya berjalan untuk mengambil tas dan koper yang ada. Saat dia melewati Amin dan Edo, bak buk bak buk.
"Oke aman!" kata Edo setelah berhasil membuat orang tadi pingsan. "Kita keluar sekarang aja, kayaknya Rara sama gebetan lu itu pasti dibawa sama mereka"
"Semog aja belum, jadi kita bisa nolong mereka langsung di sini" kata Amin.
Mereka berdua pun keluar dari pesawat dengan perlahan. Cuaca sedang cerah, tapi tidak menyilaukan. Tidak ada orang di sekitar mereka.
"Gak ada orang sama sekali, berarti Rara sama gebetan lu itu udah dibawa juga sama mereka" kata Edo.
"Ya, gak mungkin kosong gini kalau masih ada mereka" shut Amin.
Mereka berdua pun memutuskan untuk pergi dari sana. Tapi, mereka tiba-tiba teringat suatu hal.
"Min, gimana kita keluar dari sini woy?" tanya Edo histeris.
"Bener juga ya, pasti bakal di cek kita" jawab Amin, dia juga kebingungan. "Satu-satunya cara yang kepikiran sama gw ya.... berubah"
"Tapi kan kalau kita berubah, kita bakal ketahuan. Malah kita jadi buronan nanti" kata Edo.
"Trus mau gimana?" tanya Amin.
"Ya gak tau"
"Tuh kan, lu aja gak tau"
Sebelum perdebatan mereka selesai, seorang petugas bandara melihat mereka.
"Hey, what are you doing here, madafaka?"
"Njir, ketahuan kita"
"KABOOORR!"
Mereka pun kabur dan akhirnya dikejar oleh petugas bandara itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamen Rider Kage
Hayran KurguSebuah ancaman dari dunia kuno dan mistis akan datang. Kekuatan dari makhluk-makhluk mitologi dilepaskan. Dan suatu kehancuran akan dibangkitkan. Sekelompok remaja SMA membentuk sebuah kelompok yang bertugas untuk menyelidiki hal-hal aneh dan mistis...