Hhhhft hari yang panjang, aku melepaskan sepatuku, ku letakan dengan rapi di rak sepatu. Aku duduk di sofa, hemm masih tercium aroma Rudy, aroma maskulinnya, aku putar musik instrumental untuk menemaniku.
Malam ini aku dan Ishak diundang menghadiri jamuan makan malam ulang tahun seorang klien penting. Aku datang untuk menghormatinya, aku tidak terlalu suka dengan acara yang terlalu banyak basa basi busuknya, terlebih lagi banyak laki-laki yang mendekatiku, aku tidak suka, entahlah aku hanya merasa tidak nyaman jika didekati lawan jenis. Aku juga tidak menikmati makanan yang dihidangkan, aku hanya makan buah dan beberapa kue agar maag ku tidak kambuh, jadi sekarang sudah lapar lagi.
Aku pergi ke dapur, membuka kulkas, lalu aku melihat ada kotak makan bukan milikku. Ini pasti makanan dari Rudy tadi, aku lihat ada nasi goreng sayuran, lumayan buat mengganjal perut sampai besok. Aku panaskan sebentar di microwave sambil membuat teh panas.
Terkadang aku jenuh dengan kesendirian ku, dengan perasaan sepi ini, tapi aku takut, kalau aku harus patah hati lagi, harus sakit lagi. Mana ada laki-laki yang mau menikahi perempuan mandul? Well kalau adapun pasti keluarganya yang tidak mau.
-tring- makanan di microwave sudah jadi.
Aku makan nasi goreng dari Rudy, hmmm enak, enak banget ini, aku tahu Rudy pandai memasak, saat di Inggris dulu dia sering masak untuk Tania, aku tahu, karena dia masaknya di apartemen ku, tapi aku tidak pernah dibuatkan makanan seperti ini.
Lalu kenapa sekarang dia memasak buat ku? Apakah karena kejadian sebelumnya jadi dia merasa bersalah? Istrinya ga marah apa, masak buat perempuan lain. Kalau itu suamiku, masak buat perempuan lain, langsung aku cincang-cincang sosisnya!
What! Kenapa aku jadi mikirin Rudy lagi sih? Sasi kamu harus jaga harga dirimu! Jangan tergoda dengannya! Dia hanya memanfaatkan mu! Ingat itu Sasi, ingat!
Aku masuk ke kamarku yang aku biarkan gelap tanpa cahaya, karena aku sudah hafal dengan seluruh ruanganku, aku hanya menyalakan lampu kamar mandi, aku mandi, berendam di air hangat, nyaman sekali rasanya, sepertinya urat dan syaraf yang tegang langsung kembali rileks dengan air hangat.
Selesai mandi aku mengeringkan rambutku, memakai kosmetik malam, mengenakan piyama tidurku, lalu menuju kasur dan memejamkan mata. Bahkan di ruanganku ada aroma Rudy, apa dia tadi masuk kesini? Kenapa kamu seperti binatang yang menandai tempat dengan seni nya? Kamu menandai rumahku dengan aroma mu!
"Aaaaaaakkkkk!" Ada orang yang memelukku di ranjang ku, refleks aku melompat dari ranjang.
"Siapa kamu!" Aku takut sekali, aku sendirian, aku lemas tapi berusaha kuat.
"Ini aku Sas." Suara ini.
"Rudy?" Aku nyalakan lampu kamar, aku melihat dia yang seperti habis bangun tidur, rambut acak-acakan dengan kemeja tadi sore.
"Kamu pulang malam banget, aku jadi ketiduran!"
"Hey! Kamu sadar ga kamu ada di rumah seorang gadis? Kamu tidur di kasurku, kamu sembarangan memeluk aku! Aku bisa laporkan kamu ya!" Aku berbicara dengan berapi-api, tapi sebenarnya bersyukur karena ini dia bukan orang lain.
"Aku bukan cuma tidur di kasurmu tapi aku lihat semua yang kamu lakukan tadi." Apa?! Aku refleks menutup bagian dadaku, berarti dia lihat aku mandi, karena pintu kamar mandi tidak aku tutup juga dia lihat aku ganti baju.
"Muka kamu kenapa memerah Sasi? Kita juga sering bercinta dulu Sasi, jadi kamu ga usah malu. Aku sudah pernah tahu tubuhmu." Dia bicara seolah-olah aku ini murahan. Aku marah mendengarnya, lalu kalau dulu kita seperti itu, apakah sekarang aku masih seperti itu.
"Apa maksud ucapanmu itu?"
"Ayolah Sas, aku 30 kamu 28 tahun, kita sudah dewasa. Ga usah malu-malu gitu, aku tahu kamu paling suka pelukan dari belakang. Ya kan?"
"Kamu pikir aku semurah itu? Segampang itu? Pergi Rudy, keluar sekarang sebelum aku telpon keamanan!"
"Aku ga mau pergi, kamu yang bilang sendiri tadi sebelum kamu pergi, 'terserah kamu Rud', ya udah terserah aku, aku tunggu kamu pulang aja. Dimana salahku, kan sudah dapat ijin dari kamu."
Speachless aku sama orang ini.
"Apakah aku segampang itu Rud, sehingga kamu terus menerus mempermainkan aku? Apakah kamu pikir aku masih Sasi yang sama seperti 5 tahun lalu? Sasi bodoh yang bisa dimanfaatkan terus menerus? Sasi yang goblok, rela memberikan tubuh dan hatinya buat pria yang mencintai perempuan lain? Bahkan Sasi yang membiarkan pria itu menghancurkan hatinya berkeping-keping?" Tanpa sadar aku mengeluarkan seluruh isi hati yang aku rasakan pada Rudy.
"Aku..." Rudy mendekatiku dan berusaha menghapus air mataku.
"PERGI! PERGI KAMU!" aku sudah tidak tahan lagi. Luka hati ini kembali terbuka, kenangan menyakitkan itu kembali datang lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
Romance"aku hamil Rud." "Buang anak itu Sasi, aku tidak menginginkan nya, aku tidak menginginkan kalian!" Cinta memang tanpa logika. Sasi yang selalu disakiti, tetap mencintai Rudy. Sampai saat itu, ketika dia dipaksa aborsi. Itu terlalu menyakitkan.