3. Rudy

7K 377 5
                                    

"Sas, Sasi! Sas, buka pintu!" Tok tok tok tok ku ketuk terus pintu apartemen Sasi, tapi tidak ada jawaban.

"Hey bro, Sasi moving out." Seorang tetangga memberitahu.

"Oh really, since when bro?"

"Maybe two months ago."

"Okay, thanks bro."

Dua bulan yang lalu dia pindah. Pantas saja aku tidak melihatnya saat wisuda. Kenapa dia tidak memberitahu ku? Kenapa dia meninggalkan aku? Katanya dia cinta aku...?

***

"Sasi, kenapa kamu mencintaiku?"

"Tidak ada alasan pasti."

"Aku menyukai Tania, kamu tahu, tapi kamu tetap mencintaiku."

"Aku, aku hanya tidak tahu bagaimana harus berpaling darimu."

"Kamu tahu Sas, aku kecewa saat ini, Tania memintaku untuk membantunya dekat dengan Oliver, kenapa dia setega itu Sas?" Aku menangis tersedu-sedu.

"Kamu mabuk Rud, sudah jangan minum terus, letakan gelasmu."

"Sasi..." Dagunya ku angkat, ku kecup bibirnya, andai Sasi itu Tania, betapa bahagianya aku.

"Sas..." Ku kecup pelan, lembut, dia membuka sedikit bibirnya, lidahku kumainkan dimulutnya, dia membalasnya, semakin panas dan liar ciuman kami. Tanganku masuk kedalam baju tidurnya yang tipis, ku remas payudaranya, dia memiliki size 36, besar dan kenyal, pas di tanganku.

"Ahh..." Desahan yang keluar dari mulutnya membuatku semakin bergairah.

"Sasi..."

"Rud... Jangan..." Ku baringkan dia di sofa, ku cumbu dirinya, setiap inci dari tubuhnya ku nikmati. Sasi pun menikmati, terbukti dari desahan dan gerakan tubuh yang terus meminta. Gairah ini tidak tertahan lagi, ku lucuti gaun tidurnya dan seluruh tubuhnya polos, sangat indah, ku masuki bagian intimnya..

"Ahh... Sasi... Kamu, kamu masih perawan." Sedikit merasa bersalah, tapi ini sungguh nikmat. Sempit dan membuat kejantananku semakin berontak.

"Rud, sakit rud..."

"Ahhh..." Aku mendapatkan kenikmatan ini.

"Rudy, aku hamil."

"Buang anak itu Sasi, aku tidak menginginkan kalian!

"Sasi jangan pergi, Sasi aku masih butuh kamu..."

"Rud, Rudy, Rudddddiiiiiiii! Bangun sudah siang!"

Ahh ternyata hanya mimpi.

"Iya ma, iya... Lagi mimpi enak-enak juga."

Sudah lima tahun aku tidak bertemu Sasi, tapi tetap saja setiap mimpi basah pasti Sasi yang jadi bintang utama, ternyata aku merindukan nya. Semoga dia baik-baik saja, mungkin dia sudah menikah. Ya, dia cantik dan lembut, gadis keturunan campuran Jawa - Cina - British, cantik, tinggi nya pas untukku, dengan ekor kudanya dan style nya yang sederhana pasti banyak pria yang terpikat.

"Hufft... Andai saja dia itu Tania."

"Kenapa Rud?"

"Ahh bukan apa-apa Pah."

"Rudy, mulai saat ini kamu menggantikan papa. Papa harap kamu bisa menjaga dan mengembangkan bisnis keluarga ini."

"Iya Pa, aku berusaha. Aku juga sudah punya beberapa rencana pengembangan."

***

Setelah lulus dari universitas, aku bekerja di sebuah rumah sakit di London, empat tahun aku bekerja disana, dan sekarang kembali ke Jakarta untuk melanjutkan bisnis alat kesehatan dan rumah sakit yang dibangun oleh keluarga.

Aku anak semata wayang, jadi mau tidak mau aku harus melanjutkan usaha ini, papa ku juga anak tunggal jadi kami tidak punya yang lain untuk diandalkan.

Aku tidak terlalu suka hidup di Jakarta, selain karena cuaca dan kemacetan nya, juga karena tidak ada gadis yang aku suka. Aku kesepian. Walau dia sudah punya kekasih, tapi aku masih mengharapkan nya, bodoh memang.

-tring- bunyi WA masuk

Tania : I'm heading back, pick me up now.
Rudi : okey dear.

"Pamit dulu Pah."

"Kamu langsung ke kantor."

"No, ke bandara dulu jemput Tania."

"Tania lagi, Tania lagi..." Ckckckck sang papa hanya bisa geleng-geleng kepala melihat obsesi anaknya pada seorang perempuan.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang