Aku berdiri di dekat area permainan, ini seperti lokasi wisata baru yang masih tahap uji coba. Wow ada bungee jumping disini, pengen nyoba ahh, siapa tahu bisa ngilangin setress ini sedikit.
Lalu tiba-tiba aku melihat gadis yang sedang berlarian mengejar seorang pria dengan membawa tongkat, seperti orang gila, tapi mereka terlihat bahagia penuh dengan tawa. Dan, gadis itu terlihat seperti Sasi, ya benar itu Sasi, rambut ekor kuda itu, itu Sasi!
Benar itu Sasi, apa yang harus aku lakukan? 'hi Sas, long time no see, how are you?' gitu aja kali ya, atau 'hi, I miss you' no no no nggak, nanti dia malah jijik lagi. Tapi itu siapa ya? Suaminya atau pacarnya? Kok akrab banget ya mereka.
Oh come on Rudy, what do you expect from her? Apa kamu berharap dia masih jomblo dan masih mencintaimu seperti dulu? Wake up and realize Rud.
Dia tambah cantik ya, makin bersinar, senyumannya itu, kalau aku pikir-pikir dia tidak pernah tersenyum seperti itu saat denganku dulu, mungkin karena aku terlalu brengsek. Huuft.
"Sasi?" Akhirnya aku memanggilnya, memastikan apakah benar itu dia.
"Ya, saya." Itu dia, Sasi yang selalu mencintaiku, dulu. Dia masih terlihat seperti lima tahun lalu, hanya sekarang terlihat lebih dewasa dan lebih berisi badannya. Tambah cantik.
"Ini aku Rudy, kamu masih ingat aku kan?" Aku hanya memastikan, apakah dia melupakanku, atau karena aku tidak tahu harus berbicara apalagi.
"Tentu." Dia mengangguk seperti bertemu orang asing, seperti tidak ada kerinduan di matanya, ya, apa yang aku harapkan Rud, wake up!!!
"Siapa Sas?" Duh nih cowok siapa sih, suaminya apa pacarnya, dirangkul pundaknya lagi. Kok cemburu ya saya. Oh, damn, control your heart Rud.
"Oh, ini teman saat kuliah di Cambridge dulu. Rudy ini Ishak, Ishak ini Rudy."
Kok teman sih? Sas, kita lebih dari temankan dulu?
"Kamu ngapain di sini Sas?" Mungkin dia lagi bulan madu atau apalah.
"Kami sedang ada kerjaan." Syukur kalo lagi kerja, berarti pacar atau suaminya satu kerjaan, ihh, beruntung banget lu sob.
"Sas, ayo kita masuk, sudah ditunggu dewan direksi." Yaah kok udah mau pergi sih.
"Oke Rud, aku permisi ya."
"Iya Sas, bye." Aku memperhatikan punggungnya, menatapnya sampai dia menghilang, besok aku masih nginep disini, mungkin besok masih bisa ketemu lagi. Ya, aku harus cari kesempatan itu, minimal minta nomor telepon nya.
"Rud! Rudy!" Tania memanggil.
"Sini Rud."
"Ngapain bisik-bisik sih?" Tania menyuruhku untuk menurunkan sedikit badanku untuk berbisik.
"Beli kondom dong."
"Hah? Kondom?"
"Ishhh jangan kencang-kencang!"
"Tan, kan udah nikah, hamil juga ga masalahkan?"
"Aku belum siap hamil Rud!"
"Trus kenapa aku yang harus beli?"
"Oh, jadi kamu udah ga care lagi sama aku? Okey, cukup tahu aja aku Rud."
"Iya, iya, jangan ngambek, nanti selesai acara aku beli."
***
Beli yang ini aja ahh, seru juga nih ada geriginya, bisa bikin geli-geli nikmat nih. Sama yang rasa durian deh, kali aja makin hot hot pot.
"Eh ketemu lagi disini" siapa ya dia? Oh iya cowok yang sama Sasi tadi.
"Iya mas, beli apa?"
"Biasa, obat maag."
"Biasa sakit maag mas?"
"Bukan saya, Sasi."
"Oh." Ternyata Sasi sering sakit maag, mungkin dulu juga, sering lihat obat maag di meja dapurnya.
"Saya duluan ya."
"Iya silahkan." Beruntung juga Sasi dapat pria yang perhatian. Syukurlah kalau dia sudah bahagia sekarang. Aku sedikit lega.
![](https://img.wattpad.com/cover/232876548-288-k893364.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
Storie d'amore"aku hamil Rud." "Buang anak itu Sasi, aku tidak menginginkan nya, aku tidak menginginkan kalian!" Cinta memang tanpa logika. Sasi yang selalu disakiti, tetap mencintai Rudy. Sampai saat itu, ketika dia dipaksa aborsi. Itu terlalu menyakitkan.