Sasi (21)

5.5K 229 3
                                    

Semua rahasiaku terbuka didepan umum, yang aku khawatirkan adalah kakek, aku takut kakek shock karena kecewa, tapi aku salah, kakek tetap tenang dan tersenyum mengangguk kepadaku seolah itu semua bukan hal yang perlu aku khawatirkan.

"Sasi, iya kek, sekarang kamu harus ceritakan semua pada kakek."

Saat tamu undangan sudah pergi, hanya ada keluarga yang tersisa. Kakek, pak dhe, bu dhe, om, tante, Ningsih, dan Jason.

Aku menceritakan semuanya tapi tidak menyebutkan nama Rudy, aku takut om Bagas bisa membalas Rudy tanpa ampun.

"Siapa Sas? Kasih tahu Sas? Biar om hajar bajingan itu! Ningsih kamu tahukan siapa orangnya, kasih tahu."

"Ning, ingat kamu sudah janji padaku."

"Sasi! Kenapa kamu masih melindungi bajingan itu!" Om Bagas marah padaku.

"Sudah, semua hal ini sudah terjadi di masa lalu, yang harus kita perhatikan sekarang adalah Sasi, kita harus cari tahu pengobatan untuk memulihkan rahimnya, itu yang penting." Bu dhe dengan bijak dan penuh kasih merangkul ku yang tertunduk dan memberikan ku kekuatan.

"Sasi sudah minum jamu dari dulu Bu dhe, Ningsih yang carikan dari sinshee, sampai sekarang Sasi masih rajin meminumnya."

"Ya bagus kalau begitu."

"Sasi, kamu harusnya cerita lebih awal, jadi pak dhe tidak akan mempermalukan mu di depan umum seperti ini."

"Sasi salah pak dhe, Sasi membuat keluarga malu di depan umum."

"Tidak Sasi kamu tidak salah" pak dhe memelukku.

Aku bersyukur karena ternyata keluargaku tidak menyalahkan aku. Aku menyesal mengapa tidak cerita dari awal, kenapa aku meragukan kasih sayang keluarga ku.

***

Jangan peluk aku Rudy, jangan bersikap seperti ini.

"Menikah denganku Sasi..."

Menikah? Aku mau Rud, tapi aku tidak bisa, aku tidak akan bisa memberikan mu anak, keluarga mu akan kecewa, kamu tidak akan bahagia denganku.

Aku meninggalkan Rudy sendiri di ruang tamu, aku masuk ke kamar.

Pagi hari aku lihat dia masih tidur di sofa. Ini orang benar-benar akan melakukan apapun untuk tujuan nya. Aku meninggalkan dia dan berangkat ke kantor.

Sore hari saat pulang, di meja makan sudah ada makanan, aku pegang masih sedikit hangat, apakah dia memasak tadi lalu pergi.

Aku tersenyum dan memakan makanan yang ada di meja. Enak rasanya. Kalau benar menikah, aku akan menyuruhnya memasak setiap hari, aku yang akan bekerja. Aku tersenyum lagi, pemikiran macam apa itu? Kamu tidak bisa bersamanya Sasi. Dia tidak akan bahagia denganmu.

"Enak ga?"

"Astaga! Bikin kaget aja kamu!" Ternyata masih ada Rudy di rumahku, aku memandangnya tak percaya. Kenapa dia pakai bajuku? Dia pakai kaos ku yang kesempitan di badannya, apa dia sengaja memperlihatkan perutnya yang six pack itu? Dan dia pakai celana pendekku yang menonjolkan kejantanannya itu? Apa dia sengaja membuatku horny? Apa? Kamu horny Sasi? Ahhh sial bajingan ini!

"Aku pinjam pakaianmu, jangan heran begitu dong, bajuku belum kering."

"Oh iya bukan cuma baju, celana dalam juga." Dia nyengir penuh kemenangan.

Aku masuk ke kamarku, mandi dan berganti baju tidur.

"Sasi aku kedinginan pinjam selimut."

Aku tidak menjawab nya, aku tahu itu hanya akal-akalan dia saja supaya aku membuka pintu dan dia akan menerobos masuk ke kamarku.

Tengah malam aku haus sekali, aku mengintip, dia sudah tertidur di sofa. Aku membawa selimut dan menyelimutinya. Aku menuju dapur dan mengambil air minum.

"Sasi." Rudy memeluk ku erat.

"Lepas."

"Tidak, tidak akan aku lepaskan lagi kamu Sasi. Aku tidak akan mengulangi kesalahan ku." Dia semakin erat memelukku.

"Aku tahu kamu masih cinta aku Sasi, buktinya kamu tidak mengusirku, kamu menikmati masakanku, bahkan kamu menyelimuti ku."

"Tidak aku tidak mencintaimu." Aku berusaha dingin padanya, tapi pelukan ini, aku menyukainya.

"Aku tahu bagaimana membuktikan apakah kamu mencintaiku atau tidak."

Dia membalik badanku, memciumku dengan lembut, ciuman sesaat yang mampu membuatku memejamkan mata dan menikmatinya. Dia kembali memciumku dengan lembut. Aku membuka mataku bertemu dengan matanya.

Kami berciuman dengan panas, penuh gairah, ya tubuhku tidak dapat menolakmu, tubuhku terlalu merindukanmu.

Kami jatuh di sofa, dia mencumbuku, leherku dicium membuatku sedikit membusurkan dada, dia meremas payudara ku.

"Aaahh..." Desahanku semakin membuatnya liar, cumbuannya semakin turun, tali baju tidurku dijatuhkan, memperlihatkan payudaraku, dihisapnya putingku, jarinya bermain di area intim ku.

"Aaahhh..." Aku semakin menikmatinya. Jari-jarinya dan hisapannya membuatku ke puncak kenikmatan.

Rudy menggendongku ke kamar, kami mengulangi lagi apa yang baru saja terjadi, dia membuatku kembali ke puncak itu dengan kejantanannya, kami melakukannya berkali-kali, sampai kami kelelahan dan tertidur.



Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang