13. Rudy

4.9K 269 6
                                    

Sasi duduk menghadap jendela besarnya sambil memejamkan mata dan memegang pelipis nya, dia terlihat kelelahan, wajahnya sedikit pucat.

Aku sungguh-sungguh khawatir padanya, aku bertanya serius apakah dia sakit, tapi jawabannya sangat dingin. Bahkan dia bertanya ada perlu apa aku mencarinya? Apakah aku harus punya alasan Sasi? Aku merindukan mu Sasi, tapi kamu seperti tidak perduli denganku, apakah hatimu sudah berpaling dari ku?

Dia bahkan makan dan minum sendiri tanpa menganggap kehadiran ku, membuatku sedikit marah, aku sengaja membuang makanannya, aku ga suka dia makan makanan dari pria lain.

Tapi ternyata aku merusak hari ini, aku ga tahu kalau dia vegetarian dan dia ga bisa makan santan dan pedas. Oh Lord! How stupid I am, Padahal aku sudah tahu dia maag, tapi aku ga kepikiran kalau dia sampai separah itu sakitnya. Bodoh kamu Rud!

"Ditto! Masuk!"

"Ya pak."

"Kenapa kamu tidak memberitahu saya kalau Sasi tidak makan santan dan pedas juga vegetarian!"

"Maaf pak, saya dapat infonya saat bapak sudah berangkat tadi, saya sibuk mengurus rapat pak jadi tidak terpikir untuk mengirimkan SMS ke bapak."

"Ditto... I ruined her day... She hate me now, hate me so bad."

"Memang kenapa pak?"

"Hhhfft sudahlah, kamu kembali kerja saja!"

"Baik pak."

Kenapa aku tidak bisa mengendalikan diriku di hadapan mu. Aku cemburu Sasi, kamu cuek banget sama aku, kamu malah menikmati makanan dari cecunguk itu. Ahhhhh bagaimana ini, aku salah, aku salah.

"Ditto, belikan bahan buat bikin nasi goreng vegetarian, saya mau masak?"

Aku buatkan spesial buat kamu Sas, sampai kamu akan ketagihan masakanku...

***

Menurut Ditto, Sasi masih di kantor, anak itu hebat juga bisa mencari tahu sedetail ini, siapa sih informannya?

Mobil hampir terparkir sempurna saat aku melihat mobil Sasi melintas di depan ku. Lalu aku segera memasang sabuk pengaman ku dan mengikuti Sasi.

Ternyata dia tinggal di apartemen ini, mulai besok aku tinggal disini saja, aku juga punya tempat disini.

Aku mengikuti Sasi, entah kenapa aku tidak ingin memanggilnya sebelum aku tahu dimana dia tinggal. Sudah seperti penguntit rasanya.

Untuk ukuran penghasilan Sasi, dia memilih tinggal di tempat yang sederhana sekali, apartemen ini memiliki beberapa unit gedung, ada yang sederhana sampai yang sangat mewah, ya, memang dia sederhana sejak aku mengenalnya dulu, tidak ada yang berubah, hanya sekarang dia menganggap ku orang asing.

-tok tok tok-

Sasi membuka pintu.

"Kamu? Bagaiman kamu bisa tahu aku tinggal disini?"

"Silahkan masuk dulu dong."

"Ngga, you're not welcome."

Sebelum Sasi selesai berbicara aku langsung menerobos masuk saja. Wajahnya langsung merah, dia pasti nahan marah, seperti biasanya.

"Aku cuma bawain kamu makanan buatan ku."

"Oke. Taruh saja di meja, lalu kamu bisa pergi sekarang."

Lalu aku letakan makanan di meja dan duduk dengan nyaman di sofa.

"Kamu ga denger ya? Kamu bisa pergi sekarang!"

"You're welcome Sasi." Jawabku sambil tersenyum menggodanya.

"Hais, terserah kamu."

Sasi masuk ke kamarnya meninggalkan ku sendiri, lama sekali dia di dalam kamarnya, aku sudah puas mengamati apartemen nya.

"Sas, Sasi, kamu ngapain? Ada tamu juga bukannya dibuatin minum."

"Waaaw" aku terpesona, Sasi keluar dari kamar menggunakan gaun malam yang cantik dan make up sederhana yang membuatnya semakin cantik.

"Aku ga ngajak kamu keluar Sas."

"Apa? Emangnya siapa yang mau pergi sama kamu?"

"Trus kalau bukan sama aku, sama siapa lagi?"

"Oh please, kamu terlalu memikirkan dirimu sendiri."

-tok tok tok- suara pintu Sasi.

Sasi membukakan pintu dan masuklah si cecunguk sok ke gantengan itu.

"Sudah siap Sas? Ayok."

"Sebentar aku ambil tas."

"Eh, pak Rudy, kita sering bertemu ya akhir-akhir ini? Ada urusan apa ya, sampai harus ke rumah boss saya yang paling cantik ini."

"Ini urusan antar boss, karyawan ga perlu tahu!" Jawabku ketus, sialan banget nih orang, mau bawa cewek gw kemana lu!?

"Heh! Aku mau keluar, kamu keluar dari rumahku!" Sasi sinis banget sih, tapi tetep cantik sih.

"Gak mau!" Enak aja main usir, ini makanan buatan ku sia-sia dong?

"Lakukan sesukamu, kalau keluar tutup pintunya!"

"Kamu pulang jam berapa?"

"Bukan urusanmu!"

Mereka berdua keluar sambil bergandengan, Sasi mengambil lengan Ishak dan berjalan berdampingan. Mereka seperti pasangan kekasih dan serasi sekali? Apa?! Kenapa aku malah berpikir mereka serasi?! Gak gak, gak boleh nyerah Rudi.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang