Extra part Rudy

5.6K 230 0
                                    

"Rud... Aku kenapa?"

"Kamu jangan banyak bergerak dulu, kamu harus bed rest Sasi."

"Aku sakit apa Rud?"

"Kamu ga sakit, tapi kamu hamil 6 minggu."

"Apa? Hamil? Bagaimana mungkin?" Sasi berkaca-kaca menahan emosi kebahagiaan.

"Anak kita Sas... Aku janji aku akan menjaga kalian seumur hidupku."

"Rudy.. aku hamil... Aku tidak percaya aku diberkati seperti ini..." Kami berpelukan, Sasi menangis bahagia.

Aku berlutut dihadapan nya, dia masih berbaring.

"Sasi, maukah kamu menjadi istriku? Menjadi teman hidupku dalam susah dan senang, dalam sakit dan sehat, dalam miskin dan kaya, maukah kamu menjadi mami buat anak-anakku?"

Aku mengeluarkan cincin yang sudah aku persiapkan sebelumnya.

"Rudy, tentu aku mau..."

Aku memeluknya, mengecup dahinya.

"Terimakasih Sasi memberikanku kesempatan lagi, terimakasih sudah mencintai ku selama ini."

***

"Papi beliin Ela hape terbaru."

"Hape kamu kan baru beli dua bulan lalu, masa beli lagi?"

"Udah ga canggih papi."

"Minta mami sana kalo berani."

"Papi, di hape Ela ini ada video saat papi buang botol bekas minum ke laut saat kita main di laut bulan lalu."

"Trus kenapa?"

"Coba papi bayangin kalau sampai mami lihat video ini?"

"Kamu ngancam papi? Papi ga takut tuh."

"MAMI..."

"Di dapur sayang, kenapa? Kesini ga usah teriak-teriak."

"Papi..."

"Sssttttt... Jangan dong La, jangan kasih tau mami, papi bisa di nasehatin berhari-hari bisa disuruh tidur di luar..."

"Ga jadi Mi."

"So this is the deal, papi beliin hape baru, videonya Ela hapus."

"Deal."

"Mami, Ela sama papi bersekongkol." Kami berdua menengok bersamaan ke arah Ishak, anak ini selalu jadi tukang ngadu.

"Kenapa Ishak?" Gawat, mami datang.

"Ela ngancam papi biar dibeliin hape baru, ngancam pake video papi buang sampah di laut." Ishak bicara dengan entengnya tanpa rasa bersalah pada papi nya sendiri.

"Papi?"

"Ga sengaja mi..." Kami langsung disuruh duduk di sofa ruang keluarga, dimana mami pasti akan berceramah mengenai lingkungan hidup, alam dan segala isinya, sampai telinga ini hampir pecah dan isi otak ini tercuci sempurna.

"Ela, kenapa kamu bisa mengancam seperti itu? Kalau kamu mau hape baru kamu harus kerja, part time di tempat mami, uangnya buat beli hape sendiri! Hape kamu yang sekarang mami sita!"

"Tapi mami..."

"Ga ada tapi-tapi!"

"Kalian berdua dihukum!"

"Ampun mami..." Aku menyerahkan pendidikan anak-anak ku pada istriku, aku ingin mereka bisa menjadi seperti Sasi yang kuat tapi lembut, yang baik tapi tegas, dan aku akan selalu mendukungnya.

"Mami, bukan cuma Ela aja yang ngancam papi, kakak Icak juga sering ngancam papi, cuma ga ada bukti aja."

"Benar itu papi?"

"..." Aku hanya mengangguk.

"Ishak Subagyo, mami ga nyangka kamu juga seperti ini? Ya ampun pusing mami, mami sudah seperti punya tiga anak tanpa suami!"

Sasi melotot ke arahku, jangan salahkan aku Sasi, aku juga ga tahu kenapa sifat mereka mirip aku semua.

"Ampun mami, soalnya papi kan cinta banget sama mami, papi selalu takut mami sedih apalagi kalo mami sampe nangis, jadi kita suka manfaatin papi." Ishak menjelaskan alasannya.

Masa sih? Berarti anak-anak ku tahu kalau aku mencintai istriku, manfaatin terus aja papi kalian ini selama mami bahagia.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang