"Ditto."
"Kenapa Put?"
"Pak Rudy kenapa sih? Kok dari seminggu kemarin bete terus, lesu, trus gampang banget marah, salah dikit dimarahin. Bikin setress gue."
"Lo aja yang ketemu cuma seminggu sekali aja setress, gimana gue yang tiap hari, tiap saat jadi bahan pelampiasan nya..?"
"Ya, kenapa sih pak Rudy?"
"Patah hati."
"Hah? Orang ganteng, pinter, tajir banjir melintir gitu ada yang matahin hatinya? Cewek mana tuh?"
"Mau tahu?"
"Mau mau mau."
"MTZ."
"Hah? Siapa tuh?"
"MAU TAHU AZAAAA."
"Dittoooo!"
Pagi-pagi sudah ada yang gosipin aku aja.
"Ehem ehem."
"Eh pak Rudy, pagi pak."
"Kalau mau gosipin saya yang agak jauh dikit."
"Maaf pak, ga gosipin kok pak." Putri salah satu manager pemasaran langsung pergi, mungkin malu ketahuan.
Memang setelah tahu Sasi akan menikah, aku tidak terlalu semangat bekerja, seperti ada yang kosong di dalam sini, seperti lilin tanpa api.
"Ditto, nanti meeting dengan Ishak minta untuk dimajukan jadwalnya, saya agak kurang sehat."
"Baik pak."
***
Meeting dengan Ishak sangat singkat kami hanya membicarakan hal-hal yang perlu secukupnya, aku sudah tidak terlalu semangat mengurus proyek ini, aku akan pulang saat itu ketika Ishak menerima telepon dari Sasi.
"Iya Sas." Nadanya lembut banget sih nih cecunguk, bikin emosi. Sasi tuh inceran gue tahu ga?
"Sovenir? Emhh udah jadi. Iya, nanti aku bisa ngecek, he em, Apa lagi? Emh oke. Iya, nanti sekalian pulang aku hampiri ke tempat sovenir ya. Oke bye." Cih, masa calon pengantin ngurusin sovenir sendirian, sok romantis banget sih.
"Pak Rudy ga jadi pulang? Bapak sehat kan?" Suara Ishak membuyarkan lamunanku.
"Sehat." Aku langsung pergi meninggalkan kantor mereka.
"Ditto, saya mau istirahat sambil makan siang, cari restoran yang bagus ya."
"Baik pak, saya ajak bapak ke tempat yang baru pak, nyaman tempatnya, private, enak juga makanan nya."
"Oke."
***
Nyaman memang disini, aku bisa merilekskan tubuh dan pikiran ku. Makanannya juga enak ya, sesuai selera ku.
Sudah cukup aku beristirahat di tempat ini, saatnya kembali menghadapi realita.
Di lorong menuju pintu keluar, aku melihat Ishak bergandengan mesra dengan seorang gadis, bukan Sasi, tapi itu sekretaris nya. Gila ya nih cecunguk! Minta dihajar dia.
"Heh Sak."
"Eh Rud, ketemu lagi kita."
Buggh.
"Aaaaaakk pak Rudy kenapa bapak pukul Ishak? Sayang kamu berdarah.." cih sekretaris apa pelacur! Calon suami bossnya juga disikat!
"Ga gue sangka kalo orang yang terlihat lembut dan perhatian kaya lo ternyata seorang pengkhianat!"
"Maksud lo apa Rud?"
Buggh. Ishak membalas pukulan ku. Awww, kuat juga nih cecunguk. Darah mengalir dari hidungku, penampilan ku jadi sama dengan nya. Ku tarik kerah jasnya.
"Heh bajingan, kalo lo ga bisa setia, lo tinggalin Sasi!"
"Heh psikopat, gue selalu setia dan loyal sama Sasi!"
Buggh. Aku hajar lagi mukanya.
"Lo harus belajar kosa kata lagi apa arti setia?! Bisa-bisanya Lo selingkuh sama sektretaris Lo sendiri, sementara minggu depan lo bakalan nikah sama wanita idaman gue!"
"Apa?"
Kenapa dia malah senyum?
"Hahahaha hahaha hahaha"
"Sinting lo ya? Apa yang lucu?!"
"Hahahaha elo yang lucu bung!"
"..."
"Jadi lo kira gue sama Sasi ada hubungan apa?"
"Maksud lo apa?"
"Bapak Rudy Subagyo yang terhormat, bagaimana orang seperti elo bisa jadi CEO saat hal seperti ini luput dari pandangan. Terlalu bodoh."
"Apa maksud lo."
Buggh. Ishak membalas pukulan kedua.
"Itu biar impas. Gue ga akan mempermasalahkan hal lo mukul gue Rud, tapi kalau sampai lo macem-macem sama Sasi, lo gue habisin!"
"Apa maksud lo?"
"Satu lagi, Sasi dari dulu hanya cinta satu orang laki-laki, sayangnya laki-laki yang dia cinta itu bajingan, tolol, just a heartbreaker asshole dumb ass!"
"Siapa?"*
"Goblok! Cari tahu sendiri! Ayo Mita, kita pulang."
Ishak dan Mita berjalan keluar meninggalkan aku dengan pertanyaan ini.
Jadi maksudnya dia bukan calonnya Sasi? Trus Sasi nikah sama siapa? Sebentar, 'Sasi cuti mengurus pernikahan' tapi pernikahan siapa? Ahhh tolol! Rudy bodoh! Stupid goblok! Kenapa opsi ini tidak terpikir sebelumnya?
"Ditto." Aku langsung menelpon sekretaris ku.
"Sasi cuti untuk mengurus pernikahan siapa? Cari tahu semuanya sedetail mungkin, gaji naik 10% bulan depan."
"Baik pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
Romance"aku hamil Rud." "Buang anak itu Sasi, aku tidak menginginkan nya, aku tidak menginginkan kalian!" Cinta memang tanpa logika. Sasi yang selalu disakiti, tetap mencintai Rudy. Sampai saat itu, ketika dia dipaksa aborsi. Itu terlalu menyakitkan.