"Ada banyak hal yang tidak bisa kita jaga dan kita lindungi. Bukan karena kita gagal, tapi karena manusia tidak bisa melawan garis takdir."
**************
Jungkook membaringkan badannya di dekat Yugyeom yang entah kenapa memilih tertidur setelah beberapa hari menghabiskan malam untuk bermain dengan kakak-kakaknya.
Eunwoo masih duduk di meja, membaca lembaran buku catatan dengan kacamata yang bertengger manis di hidung mancungnya.
"Kau besok ada latihan, bukan? Kenapa tidak tidur?"
Jungkook menghela nafasnya kemudian mendudukkan diri. "Aku juga penasaran kenapa tidak mengantuk malam ini. Padahal aku banyak bergerak."
"Mau segelas susu?" tawar Eunwoo sembari meletakkan bolpoinnya.
"Berhenti memperlakukanku seperti anak kecil." Jungkook menggembungkan kedua pipinya karena kesal.
Eunwoo otomatis tertawa, bagaimana ia tak memperlakukan Jungkook seperti anak kecil jika kelakuannya masih seperti ini?
"Aku ingin membicarakan hal membosankan denganmu saja." Jungkook melompat dengan ringan dan mendarat tanpa suara, kemudian mendudukkan diri di hadapan Eunwoo.
"Ada perkembangan apa?"
Eunwoo mengendikkan bahunya. "Bukan sesuatu yang mengejutkan. Pertama mereka memasukkan kekuatan pemburu ke tubuh korban yang sudah lemah karena terluka parah. Dan untuk membuat mereka semakin ganas dan terobsesi dengan Bangtan, mereka memberikan darah kalian. Begitu cara kerjanya."
"Ah, kudengar darah para pemburu bisa bekerja dengan baik mengambil alih tubuh manusia saat manusia itu sedang dalam titik terendahnya."
Eunwoo mengangguk. "Itu sebab kenapa mereka melakukan trik semacam kecelakaan untuk mempermudah rencana mereka. Kuakui para pemburu itu menjadi lebih pintar sekarang."
"Kalau tentang kekuatan mereka yang semakin kuat dan tidak bisa ku sembuhkan?"
Guard dari clan 10 itu menghela nafas berat. "Kita belum menemukan satupun petunjuk tentang itu."
Tok tok tok
Baik Jungkook dan Eunwoo sama-sama terkejut. Keduanya menatap jam di atas nakas yang sudah menunjukkan pukul satu pagi.
"Jung, biar aku yang melihatnya."
Jungkook menahan lengan guard itu. "Biar aku saja. Lanjutkan apa yang kau lakukan."
Langkah Bangtan terakhir itu diseret menuju pintu ruangan mereka. Jungkook menarik pintunya dan mendapati Hyuka dengan lelehan air mata tengah berdiri di sana.
"Hyuka?"
"Hyung." tubuh remaja itu langsung memeluk Jungkook dengan erat.
Tubuhnya bergetar diiringi isakan yang terdengar begitu menyakitkan bahkan untuk Jungkook sendiri. Jungkook balas memeluknya, mendekap tubuh putra Seokjin itu dengan erat sembari sesekali mengusap punggung dan surainya yang basah oleh keringat.
Eunwoo berdiri di belakang Jungkook, menatap tak mengerti tapi cukup peka bahwa sesuatu yang buruk pasti sudah terjadi di dalam mimpi Bangtan pertama itu.
Eunwoo menutup pintunya, kemudian berlari dengan cepat ke arah dapur kecil di dalam ruangan mereka sementara Jungkook membantu Hyuka duduk di sofa. Kedua jemari Jungkook meraih bahu si bungsu yang masih saja bergetar dengan lembut.
![](https://img.wattpad.com/cover/227977394-288-k247572.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
We're The Last
FanfictionKetika melindungi anak-anak mereka terasa jauh lebih sulit dan menyakitkan daripada melindungi diri mereka sendiri. Cerita ini hanya tentang Kehidupan generasi Bangtan yang selanjutnya, dengan ke 7 Bangtan generasi sebelumnya yang berhasil bertahan...