3rd (First Wound)

2.1K 271 107
                                    

"Menjadi berbeda bukanlah sebuah kesalahan. Kata-kata seperti itu selalu diucapkan untuk menghibur. Karena kenyataannya, saat kau berbeda disitulah orang-orang juga mulai memperlakukanmu dengan cara yang berbeda"

****************

Jung Hoseok memarkirkan mobilnya di halaman besar sebuah Panti asuhan yang ada di dekat daerah rumahnya. Saat ia keluar, banyak anak-anak kecil langsung mengerubungi dan menyerukan namanya dengan bersemangat.

"Coba lihat apa yang Paman bawakan untuk kalian." Hoseok mengeluarkan beberapa plastik besar dari dalam mobilnya.

"Jangan berebut. Kalian harus membaginya sama rata, mengerti?" Hoseok menatap iris anak-anak yang tampak polos itu dengan sebuah senyuman.

"Baik Paman." mereka berujar serentak membuat Hoseok kembali tersenyum.

Diberikannya plastik berisi makanan ringan itu, dan kerumunan anak-anak berangsur berkurang. Hoseok tak bisa kehilangan senyumnya saat melihat bagaimana mereka tampak bahagia dengan pemberian sederhana darinya.

Sang bangtan ketiga di generasi sebelumnya itu mengeluarkan sebuah paper bag dari dalam mobilnya kemudian masuk ke dalam rumah sederhana itu.

"Ayah?"

Hoseok tersenyum kemudian membuka kedua lengannya lebar-lebar seperti mengisyaratkan pada remaja delapan belas tahun itu untuk memeluk tubuhnya.

"Apa kau hanya akan diam disitu? Tidak merindukan Ayahmu?"

Remaja laki-laki itu menggeleng dengan cepat kemudian melangkah cepat dan memeluk tubuh Hoseok dengan erat.

"Bagaimana kabarmu Jagoan? Hmm?"

Anak itu tersenyum kala Hoseok bertanya sembari menepuk bahunya hangat. "Seperti yang Ayah lihat. Ayah bagaimana?"

"Ayah baik, hanya merindukanmu. Maaf Ayah tak bisa sering datang, Hyunjin."

Anak itu, Hwang Hyunjin tersenyum kemudian mengangguk dua kali. Ia terlampau mengerti bahwa Ayah angkatnya itu memang sangat sibuk akhir-akhir ini dan ia tak berhak mengganggu atau meminta lebih.

Hyunjin sendiri yang menolak untuk tinggal bersama Hoseok. Dan sebenarnya Hoseok juga cukup bersyukur atas itu, Hyunjin bisa saja ikut terseret dalam rangkaian takdir seorang bangtan kalau anak itu benar-benar tinggal bersamanya. Dan Hoseok akan merasa sangar menyesal sudah menghancurkan kehidupan seorang anak yang tidak bersalah.

Sementara itu Yeonjun dan Soobin cukup terkejut kala mendapati daerah perumahan di pinggiran Seoul itu tampak berantakan. Ada kebakaran kecil di setiap sudut perumahan sederhana itu.

Para pemilik rumah tampak kacau, ada yang menangis dan berteriak histeris. Sebagian lagi tampak bersembunyi di tempat yang lebih aman dengan raut ketakutan. Kedua bangtan itu saling bertukar pandang seakan sama-sama bertanya apa yang tengah terjadi di tempat ini.

Yeonjun kembali mencoba menghubungi Hyunsuk, tapi suara operator adalah yang lagi-lagi menjawabnya.

"Hyung, kurasa ini bukan sesuatu yang baik. Ayo pergi saja." Soobin menarik ujung blazer yang Yeonjun kenakan.

Tapi kakak kelasnya itu tampak fokus menatap pada satu titik. Dimana ada hembusan api cukup besar berasal. Dan benar saja, sebuah makhluk aneh muncul dari sana.

Berwujud menyerupai kerbau dengan dua sayap besar di punggungnya. Tubuh hewan itu di selimuti oleh api membut tubuh Yeonjun maupun Soobin benar-benar menegang karenanya.

We're The LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang