"Seseorang ditunjuk menjadi pemimpin karena banyak alasan"
*************
Untuk sesaat, Soobin benar-benar merasa kalut. Otaknya tak bisa berpikir dengan benar, dan yang bisa ia lakukan hanya mengharapkan pertolongan.
Tapi selanjutnya perkataan Namjoon dan juga Jungkook tentang kepercayaan mereka pada dirinya membuat Soobin perlahan bisa memaksa dirinya untuk tenang. Soobin memejamkan kedua matanya dan berfokus mengarahkan pikirannya untuk menjauhkan para pemburu yang menahan tubuhnya saat ini.
Ia terus gagal selama beberapa menit pertama, sementara perahu di tengah lautan itu perlahan mulai tenggelam. Soobin memejamkan matanya semakin kuat, batinnya benar-benar berteriak kuat dan akhirnya kekuatan itu bisa ia rasakan.
Soobin mendengar tubuhnya menjadi ringan, bersamaan dengan suara tabrakan sesuatu yang sangat keras. Soobin menoleh ke belakang dan mendapati dua pemburu yang menahannya telah terlempar. Menabrak sebuah toko tak berpenghuni yang berjarak beberapa ratus meter dari tempatnya, sampai membuat bangunan itu setengah hancur.
Meskipun sedikit terkejut, Soobin tak menyia-nyiakan kesempatan. Ia mengalihkan fokusnya pada perahu nelayan di tengah lautan itu. Ia tidak boleh salah langkah, atau kemungkinan terburuk yang justru akan ia lakukan adalah menghancurkan perahu itu menjadi sekaligus orang-orang yang ada di dalamnya.
Soobin lebih berbakat menjadi seorang penghancur, sama seperti ayahnya. Satu hal ini selalu menjadi kekhawatiran terbesar yang ketiga.
Perahu itu tak bergeming untuk seperkian detik penuh sampai akhirnya perlahan mulai bergerak. Peluh membasahi dahi dan juga paras tampan Soobin yang nampak begitu fokus. Di belakangnya para pemburu itu berusaha untuk mendekat, tapi kekuatan yang ada pada diri Soobin seakan melempar mereka semua untuk mundur.
Perahu yang perlahan kembali ke tepian itu tiba-tiba mengeluarkan bunyi derik yang mengerikan. Badan perahu yang terbuat dari papan-papan kayu tiba-tiba mengalami keretakan di sana-sini. Netra Soobin membulat, yang ketiga itu menatap tangannya sendiri dengan netra bergetar. Kekuatannya kembali bekerja tanpa bisa ia kendalikan.
Semakin ia menarik kapal itu ketepian, satu persatu kerusakan mulai muncul dan bersiap untuk menenggelamkannya. Soobin nyaris mengerang frustasi kalau saja ia tidak ingat, ledakan emosinya akan langsung menghancurkan kapal nelayan itu dalam sekejap.
"Apapun, siapapun. Tolong!"
Air mata itu meluruh dari netra Soobin. Ia takut. Tangannya bergetar tapi ia masih berusaha menarik kapal itu ketepian. Sampai pada akhirnya, badan bagian depan kapal tiba-tiba meledak. Bagian yang terpisah dari badan utama itu melesat dengan cepat ke arah Soobin sehingga yang ketiga itu tak sempat untuk menghindar.
Soobin merasakan tubuhnya dihantam dengan kuat oleh sebuah papan besar yang kini telah menimpa tubuhnya. Nafas Soobin terengah, seiring dengan rasa sakit yang bisa ia rasakan dari seluruh tubuhnya.
Bangtan ketiga itu mencoba menggerakkan tubuhnya perlahan dibantu oleh sisa-sisa kekuatannya yang tersisa. Beberapa detik berikutnya, papam itu tiba-tiba terlempar dan akhirnya Soobin bisa melihat wajah khawatir Christopher di sana.
"Soobin kau mendengarku?"
Yang ketiga ingin merespon, tapi untuk sekedar membuka matanya saja, Soobin benar-benar kepayahan. Kepalanya berat sekali, belum lengan kanannya yang mengeluarkan bunyi aneh setiap kali digerakkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
We're The Last
FanfictionKetika melindungi anak-anak mereka terasa jauh lebih sulit dan menyakitkan daripada melindungi diri mereka sendiri. Cerita ini hanya tentang Kehidupan generasi Bangtan yang selanjutnya, dengan ke 7 Bangtan generasi sebelumnya yang berhasil bertahan...