25th (Destroyer)

1.6K 197 54
                                        

"Ketika kehancuran adalah bagian dari dirimu"

**************

Sang Mentari bahkan belum menunjukkan bagaimana pendar sempurnanya saat Jieun sudah uring-uringan dan nyaris menghancurkan seisi ruangan miliknya.

Udara yang seharusnya masih terasa dingin benar-benar memanas kala itu. Cukup untuk mengintimidasi seorang Min Taehyun yang terlalu sukar untuk takut pada sesuatu.

Ayah Taehyun, Min Yoongi nampak ikut menghela nafas kasar. Memejamkan kedua matanya selama beberapa detik sebelum bangkit dari duduknya.

"Jieun kita melewatkan banyak hal."

"Itu yang ku sesali sekarang!" Jieun menaikkan nada suaranya, kentara sekali wanita cantik itu tengah merasa marah.

"Kita melewatkan dua puluh tahun tanpa menyadari banyaknya kecelakaan yang dimanipulasi oleh para pemburu. Aku tidak mengerti kenapa aku bisa sebodoh ini Yoongi!"

Yoongi hanya menggeleng. Ia juga tidak tahu kenapa mereka sama sekali tak menyadari siasat dari para pemburu yang semakin memburuk akhir-akhir ini.

"Tapi kerja bagus untuk kalian. Tidak ada korban hilang lagi untuk kejadian malam ini."

Yoongi mengangguk. "Kami hanya melakukan yang terbaik."

"Aku perlu bicara dengan The third, apa kalian melihat dimana anak itu?"

"Soobin hyung sedang berlatih di halaman belakang pagi ini."

Jieun hanya mengangguk tanpa mengucapkan apapun, sebelum kemudian menghilang. Meninggalkan heing panjang di antara Yoongi dan juga Taehyun. Sementara Jungmo dan Wonjin berdiri tak jauh dari keduanya, enggan untuk membuka pembicaraan.

"Ayah .... " lirih suara Taehyun langsung mengambil alih atensi Yoongi, "Kemarin aku berbicara dengan Hyuka. Dia terdengar putus asa, kelelahan, dan juga kesulitan. Aku berjanji untuk melindunginya, tapi melihat hal gila seperti apa yang selalu berhasil pemburu lakukan membuatku mulai ragu."

"Ragu? Kau takut?"

Taehyun mengangguk. "Bagaimana kalau aku gagal? Aku tidak mau kehilangan seseorang yang sudah seperti saudara untukku. Aku tidak ingin mengucapkan selamat tinggal atau apapun. Aku hanya ingin tumbuh bersamanya ...."

Perlahan, seulas senyum terpatri di paras tampan Yoongi. Jemarinya mengusak helaian surai Taehyun dengan perlahan, sebelum berpindah menepuk pipi kiri Taehyun dua kali.

"Kita memang tidak pernah tahu bagaimana takdir berjalan, Taehyun. Tapi setidaknya kau harus yakin pada dirimu dan melakukan semua yang aku bisa. Karena sungguh... kehilangan itu menyakitkan."

Taehyun sedikit menerawang. "Apa akan sesakit saat kita kehilangan ibu?"

"Tidak tahu. Rasanya terlalu sakit, sampai ayah tidak bisa merasakannya lagi. Kehilangan seorang saudara, sahabat, keluarga, benar-benar memukul telak seluruh diri Ayah saat itu."

***************

Halaman belakang guard house adalah tempat yang menyenangkan. Begitu tenang, dan selalu menjadi satu-satunya tempat paling nyaman untuk melarikan diri.

We're The LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang