"Terkadang kita bisa terjebak dalam luka yang sama dan masih belum bisa belajar dari pengalaman tentang cara mengatasinya."
*****************
Jungkook sudah pernah mengalami banyak mimpi buruk. Dan tak ada satupun dari semua mimpinya bisa dikatakan sedikit lebih baik. Intinya semua buruk, menakutkan, dan teramat menyakitkan.
Saat ini, Jieun tengah memeriksa dua bulatan kecil di leher sebelah kanannya sementara Hyunwoo, Yugyeom, dan Eunwoo masuk untuk memeriksa gua kedua. Dua bulatan hitam itu mengeluarkan akar tipis yang masih sangat pendek, menandakan bahwa pengaruhnya baru saja di mulai.
Pimpinan para guard itu mengernyit. Wajah seriusnya tampak menakutkan di mata Jungkook. Tidak, Jungkook tak pernah siap untuk mendengar sebuah kabar buruk.
"Ini tempat dimana anak kecil setengah pemburu itu menggigitmu, bukan?"
Jungkook mengangguk kaku. Tenggorokannya bahkan terlalu sakit untuk menelan ludah, apalagi digunakan untuk berbicara.
"Apa bekasnya memang tidak hilang?" tanya Jieun lagi. Kentara sekali wanita itu masih berusaha terlihat tenang.
"Bekasnya hilang setelah beberapa hari. Tapi sejak kemarin aku merasakan ada yang aneh. Tempat itu terasa sakit, dan juga panas."
"Ada lagi yang kau rasakan?" tanya Jieun perlahan.
Jungkook mengangguk lamat. "Bukan kurasakan, tapi aku mendengar suara mereka."
Suara Jungkook semakin lirih di ujung kalimatnya. Pernyataan yang membuat Jieun mundur beberapa langkah ke belakang sementara Yoongi menggenggam jemari adiknya itu semakin erat.
Seokjin berdiri kaku di belakang Jieun, terlalu kalut untuk sekedar menunjukkan perubahan ekspresi.
"Kita harus pulang untuk memastikan semuanya," putus Jieun sembari menepuk bahu Jungkook dua kali.
"Aku tidak bisa pulang." suara lirih Seokjin mengambil alih atensi yang lainnya.
"Aku tak bisa pergi sebelum menemukan Seojun," ujarnya lebih jelas.
"Kita tidak akan berhenti mencari Seokjin. Aku juga tak akan menghalangimu untuk ikut dalam pencarian. Tapi pikirkan Hyuka juga. Ada banyak hal yang harus ia pelajari darimu."
"Jieun jangan menyudutkan Seokjin hyung," hardik Yoongi.
Wanita itu menggeleng. "Aku tidak menyudutkannya, aku hanya memberitahukan apa saja yang harus dia perdulikan."
"Ayolah apa ini saatnya untuk bertengkar?" suara Yugyeom membuat ketegangan yang sempat hadir dalam seperkian detik itu lenyap.
Hyunwoo menarik lengan Yugyeom dan Eunwoo untuk membantu keduanya naik ke permukaan, karena gua yang mereka temui menjorok masuk ke dalam tanah.
"Tidak ada apapun," ujar Hyunwoo sembari menatap Seokjin penuh rasa bersalah.
"Itu bukan kesalahan kalian, kita tunggu yang lainnya."
Seokjin mendudukkan diri disusul oleh Yugyeom dan Eunwoo. Keduanya menatap raut pucat di wajah Jungkook dengan ekspresi penuh kekhawatiran.

KAMU SEDANG MEMBACA
We're The Last
FanfictionKetika melindungi anak-anak mereka terasa jauh lebih sulit dan menyakitkan daripada melindungi diri mereka sendiri. Cerita ini hanya tentang Kehidupan generasi Bangtan yang selanjutnya, dengan ke 7 Bangtan generasi sebelumnya yang berhasil bertahan...