"Setiap kali merasa ragu, lihat apa yang sudah kalian lalui sampai berada di titik ini. Lalu putuskan, menyerah atau bertahan."
****************
Hyuka mendudukkan dirinya di ruangan Jieun bersama Changbin dan Felix. Seokjin turut berada di sana, menatap wajah pucat putra bungsunya yang tampak begitu nyata.
Ada banyak hal yang harus mereka bicarakan setelah patroli pertama hari ini. Pertama, kecelakaan beruntun yang direncanakan oleh pemburu. Ini bukan asumsi, semuanya sudah benar-benar jelas. Kedua, kehadiran Kim Seojun sebagai salah satu bagian dari mereka. Dan yang terakhir adalah yang paling mengerikan.
"Ini bukan kekuatan pemburu. Mereka tidak bisa melakukannya," ujar Jieun sembari menatap bagaimana waktu berhenti untuk beberapa saat, dan ketika waktu kembali berjalan. Tak ada satupun manusia yang mengingat sosok Kim Seojun sebagai penyebabnya.
"Apa Kim Seojun yang melakukan semua ini? Tapi bagaimana mungkin?" Seokjin sama tak mengertinya.
Ia tengah kebingungan sekaligus lega saat ini. Kebingungan tentang bagaimana cara membawa Seojun kembali padanya, dan lega karena melihat Seojun masih bernyawa. Meskipun putranya itu tak lagi sama, setidaknya Seojun masih hidup dan memberi Seokjin kesempatan untuk membawanya kembali.
"Seokjin, bisa ikut denganku untuk meneliti beberapa hal?" Jieun menatap ayah dua anak yang langsung mengangguk.
Pandangan Jieun beralih pada Hyuka. "Kalian boleh pergi bergabung dengan yang lainnya untuk berlatih. Malam ini Changbin dan Felix berpatroli seperti biasa. Hyuka bisa beristirahat."
Mendengar perintah Jieun, Changbin dan Felix membawa Hyuka keluar dari ruangan. Bangtan dengan usia termuda itu kemudian memilih duduk di area taman guard house sendirian, bukannya beristirahat seperti yang Jieun perintahkan untuk dia lakukan.
Anak itu terdiam, menatap langit-langit yang tampak mendung dengan Netra yang mulai berembun seiring dengan detik yang terus berlalu. Dunianya seakan berhenti, ia seakan kembali pada titik dimana sepasang irisnya beradu tatap dengan sepasang iris kosong milik Seojun.
Tatap penuh kehangatan kakaknya benar-benar sudah berbeda. Hyuka sama sekali tak bisa melihat Cinta dan juga kasih sayang yang selalu Seojun tunjukkan untuknya hanya melalui tatapan mata.
Tanpa sadar air mata itu meluruh. Tatapan Seojun hanya berisi keinginan besar untuk menghabisinya. Apakah ini berarti, Seojun tak akan perduli meskipun ia terluka atau mati? Apa takdirnya sebagai Bangtan pertama akan habis di tangan kakaknya sendiri?
Udara semakin mendingin, dan Hyuka bisa merasakan tubuhnya mulai bergetar. Bukan hanya karena suhu, melainkan karena isakan yang mulai lolos tanpa bisa ia tahan lagi. Baru dua bulan, dan rasanya ia sudah kehilangan semua hal yang ia miliki. Jujur ini berat, dan Hyuka membenci dirinya sendiri lebih dari apapun.
Seperkian detik kemudian, Hyuka merasakan sebuah kehangatan menyelimuti dirinya. Ada sebuah selimut yang terpasang di tubuhnya, dan pelaku dari selimut itu adalah Taehyun. Sahabat seumurannya itu duduk disampingnya, tanpa mengatakan apapun. Taehyun bahkan juga tak menatapnya seakan membiarkan Hyuka menikmati waktu untuk sendirian. Taehyun selalu lebih mengerti daripada siapapun. Sama seperti Yoongi, Taehyun bisa mengamati perasaan semua orang dengan sangat baik, dan memikirkan cara untuk menghibur tanpa menyinggung perasaan orang tersebut.
"Taehyun ...." panggil Hyuka dengan suara seraknya.
"Hmm?" Netra Taehyun beradu dengan netra kemerahan milih Hyuka. "Apa yang paling kau takuti di dunia ini?"
![](https://img.wattpad.com/cover/227977394-288-k247572.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
We're The Last
FanfictionKetika melindungi anak-anak mereka terasa jauh lebih sulit dan menyakitkan daripada melindungi diri mereka sendiri. Cerita ini hanya tentang Kehidupan generasi Bangtan yang selanjutnya, dengan ke 7 Bangtan generasi sebelumnya yang berhasil bertahan...