Tana menggeliat pelan, matanya langsung melotot kaget kala kuku-kuku lentik bercat putih milik cewek disampingnya itu nyaris menusuk bola matanya.
"Woy elah itu jari lu ati ati dong, nyolok mata gue ntar." pekik Tana keras-keras. Bahkan di detik pertama dirinya membuka mata pun tetap saja suaranya masih nyaring.
"Oh? Sorry sorry," ucapnya dengan suara seraknya. "Hoaammm... Jam berapa sih ini?"
"Setengah lapan," jawab Tana sambil mengecek spam chat yang sudah menumpuk di ponselnya. Maklum, semalam dia bertengkar dengan Reza.
Masih dengan usahanya mengumpulkan seluruh sisa kesadarannya, Lisa bangkit dari tidurnya, meregangkan ototnya sambil berdiri lalu berjalan lunglai, keluar dari kamar menuju kulkas besar setinggi dirinya di depan sana.
"Lo mau masuk gak?"
Lisa menggeleng, "Matematika, males."
"Gue juga fisika, mana killer lagi." timpal Tana yang tengah sibuk dengan roti di tangan kiri serta ponsel di tangan kanannya.
"Ah anjir! Susahlah gue mau sarapan aja mesti sambil balesin chat!" teriaknya dengan ponsel yang sudah melayang begitu saja ke arah sofa-dan beruntungnya mendarat dengan mulus di sana.
Lisa tersenyum singkat melihat tingkah temannya yang sedang pusing karena cinta itu, dia hanya kembali meminum sisa air putih yang ia tuang ke dalam gelas bening di tangannya sambil membawa setoples selai stroberi menuju Tana yang tengah menjejerkan dua buah roti di atas piring.
Dan mereka sarapan seperti biasanya, dengan dua buah roti dan satu gelas penuh susu rendah kalori. Sungguh mewah sekali.
Karena di rumah Tana tak ada asisten rumah tangga, jadi memang hanya itulah yang bisa mereka makan-lebih tepatnya hanya itu yang bisa mereka buat.
Sebetulnya jika mereka mau memasak, mereka bisa makan apapun yang mereka mau, toh isi kulkas penuh dengan semua bahan makanan. Tapi mau bagaimana lagi, diantara mereka tak ada yang bisa memasak selain Chaila, dan sekarang cewek itu tak ada di sini.
Semenjak kedua orang tua Lisa pulang, cewek itu menginap di rumah Vivi. Sampai akhirnya sudah satu minggu dari hari itu, Chaila tetap menginap di sana. Membiarkan Lisa-selalu- sarapan roti dengan isian seadanya dan makan malam dengan mie instan selama tiga hari berturut turut.
Miris sekali.
"Lo besok beli baju dong, masa iya pake baju gue mulu. Kayak yang kagak mampu beli aje lu!"
Lisa merangkul pundak Tana, lalu mengangguk patuh. Mungkin memang sudah waktunya Lisa untuk membeli baju seragam baru.
Mereka sedang berjalan menuju kantin, hendak membeli minuman. Hukuman akibat kesiangan memang luar biasa mengerikan, tapi anehnya kedua manusia itu masih saja tak jera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lili Closet Film ✓
Hayran Kurgu[Sebelum baca, aku saranin untuk follow akunku dulu yaa💜] "Btw, kamu bisa munduran gak? Badan kita hampir sentuhan." Bisiknya pelan. Lagi, Jungkook mengerjap. Ia baru sadar kalau dirinya sudah menghimpit Lisa bahkan lebih dekat dibandingkan denga...