Sisi lain Arum

2.1K 204 2
                                        

Arum, orang memanggilnya Rum, dia salah satu mahasiswi yang berbakat, dan pintar, namanya cukup terkenal karena ia adalah salah satu wanita yang cantik yang ada di kampus. Kehidupan Arum begitu sempurna, ia selalu terlihat bahagia namun di balik kebahagiaannya itu ada sesuatu yang bisa membuatnya terlihat bahagia, terlihat semangat dan terlihat seperti tidak ada masalah. Padahal Arum bukanlah wanita yang percaya diri, ya kekurangannya satu kurang percaya diri, namun ada sesuatu yang membuatnya bisa percaya diri.

Arum sedang duduk di kantin sambil menikmati bakso langganannya, ia tidak sendiri melainkan ada dua orang teman yang menemaninya makan bakso. Suasana kantin cukup ramai, karena sekarang adalah waktu istirahat mereka.

"Tambah lagi dong sambelnya" Arum menuangkan sambal ke dalam bakso milik temanya.

"Ya Allah Rum, ini aja aku sudah pedas"

"Halah...masa segitu saja sudah pedas, cemen kamu Za"

"Tau nih Reza, masa gak tahan sama pedas" ucap Arum.

Pria yang bernama Reza itu mengambil minuman miliknya, ia merasa mulutnya begitu panas dan pedas.

"Huah...pedas banget...gila lo Rum, aku memang suka pedas tapi kalau pedasnya gila aku tidak tahan"

Dua orang itu terkekeh melihat wajah Reza yang terlihat memerah.

"Rum, pulang kuliah bantu aku ke toko buku ya"

"Gak bisa Put, aku mau ke warung bantu Ibu, pagi tadi beliau kurang enak badan, mungkin dengan kehadiranku bisa meringankan tugas beliau"

"Salut aku sama kamu Rum" ucap Putri sambil menatap Arum.

"Beruntung orang tua kamu mempunyai anak seperti kamu" ucap Reza.

Dari banyaknya pria yang ada di kampus yang ingin berteman dengan Arum, Reza lah satu-satunya pria yang dekat dengannya, mereka bertiga memang sering menghabiskan waktu bersama, jika di area kampus.

Arum terdiam, ekspresi wajahnya berbeda dari yang tadi, ia merasa gelisah, dan cemas.

"Rum, are you oke?" tanya Reza yang menyadari perubahan Arum

"A...aku baik-baik saja" Arum tersenyum manis, ia berusaha terlihat baik-baik saja dan menutupi rasa gelisah nya.

Setelah selesai makan bakso, mereka bertiga segera pergi meninggalkan kantin dan melangkah menuju kelas.

"Put, Za, kalian duluan aja, aku mau ke toilet sebentar"

"Oke lah"

Arum memisahkan diri, ia melangkah memasuki toilet. Sampai di toilet Arum mengunci pintu itu, lalu ia berdiri di depan cermin yang ada di dalam. Yang ia butuhkan saat ini hanyalah sendiri. Arum mengeluarkan sebuah buah kalung yang selalu ia pakai, di balik jilbabnya Arum selalu memakai kalung itu, sebuah kalung yang ada buah berbentuk seperti peluru, panjang namun kecil, buah kalung itu terbuat dari perak sehingga sedikit berat. Arum memegang buah kalung itu, lalu membuka tutup yang ada di kalung itu.

🥀🥀🥀

Seperti keinginan Arum tadi, kini ia sudah ada di warung tempat sang Ibu bekerja, setelah pulang dari kampus ia langsung menuju warung itu.

"Eh Arum"

"Bibi...Arum mau bantu-bantu boleh?"

"Boleh, Ibu kamu ada di dalam"

"Iya, Ibu kurang enak badan kan Bi?"

"Iya, Bibi nanya, katanya pusing"

"Nah itulah alasan kenapa Arum ada di sini, biar Arum yang gantikan tugas Ibu"

"Baiklah Rum, tau kan tugasnya?"

"Mestilah" jawab Arum. Ini bukan pertama kalinya ia membantu sang Ibu, namun cukup sering ia membantu Ibunya.

Arum melap meja yang terlihat kotor karena banyak biji nasi yang berhamburan setelah orang makan. Tugas Arum juga mencuci piring-piring yang ia ambil di atas meja tadi. Arum tidak merasa malu, baginya buat apa malu? Jika malu ia tidak akan mendapatkan uang.

"Rum, ngapain ke sini?"

"Ibu istirahat aja, biar Arum yang kerjakan ini semua. Sudah minum obat?" tanya Arum sambil mencuci piring

"Sudah. Kamu pulang saja, kan baru datang di kampus, pasti kamu capek" ucap Jihan

"Gak apa-apa Bu, dah sana Ibu istirahat saja, biar Arum yang ambil alih pekerjaan Ibu hari ini"

"Hem...baiklah" jawab Jihan, lalu pergi meninggalkan Arum.

"Rum, nih cuci sekalian ya"

"Iya Kak"

Arum memang anak yang baik, namun ia tidak suka orang-orang menilainya sebagai orang baik, karena ia merasa dia tidak layak untuk di sebut sebagai orang yang baik, ia merasa tidak pantas, karena sebenarnya ia bukanlah wanita yang baik.

Jangan lupa votenya ya...biar saya rajij up part baru.

ARUM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang