Arum dan Putri berjalan cepat menyusuri koridor rumah sakit. Ada seseorang yang ingin mereka temui, dan sebenarnya Arum tidak ingin menemui orang itu, tapi karena keadaannya gawat, terpaksa ia harus menemui orang itu.
"Pak"
"Mbak Arum?"
"Iya saya"
"Silakan masuk" ucap orang itu sambil membukakan pintu ruangan.
Arum dan Putri masuk ke dalam ruangan itu, mereka melihat pria itu terbaring lemah, ada jarum infus yang melekat di tangannya, dan ada beberapa benda lagi yang terpasang di badannya. Seakan merasa dengan kehadiran Arum, pira itu membuka matanya, dan tersenyum simpul menatap mereka walau tidak bisa bergerak.
"Keadaan pasien sangat buruk, kanker sudah menyebar ke seluruh tubuh, tapi pasien tidak ingin di tindak lanjuti, pasien hanya bisa pasrah dengan keadaannya" ucap Polisi yang ada di ruangan itu
Arum merasa kesian melihatnya, begitu juga dengan Putri.
"Ma...af" ucapnya sangat pelan namun mereka mampu mendengarnya.
Maaf? Tidak mudah bagi Arum memaafkannya, bahkan sampai saat ini Arum masih ingat apa yang sudah ia perbuat pada hidupnya.
"Ma...af"
Tit...
Arum dan Putri terkejut melihat layar itu. Polisi panik dan langsung ke luar memanggil Dokter.
"Ya Allah dia kenapa Put?"
"Aku rasa dia sudah..."
"Maaf kalian tunggu di luar" ucap Dokter
Arum dan Putri langsung meninggalkan ruangan itu, mereka cemas dengan keadaannya, Arum harap tidak terjadi apa-apa.
"Astaghfirullah..."
"Kamu memaafkannya?" tanya Putri
"Entahlah, rasanya sulit Put, sulit, sudah aku coba untuk memaafkannya dan melupakan semuanya, tapi semakin ingin lupa semakin aku ingat"
"Aku tau, aku mengerti, memaafkan bukanlah hal yang mudah, tapi kamu harus melakukannya juga"
"Bagaimana Pak?"
"Pasien meninggal dunia"
"Inalilahi wainailaihi roji'un" ucap Arum dan Putri
Arum terduduk di kursi panjang, ia tidak menyangka pria itu akan pergi untuk selamanya.
"Mungkin selama ini dia hanya butuh kedatangan kalian, dan setelah kalian datang baru ia bisa pergi. Ini surat dari dia, dia tulis sebelum keadaannya memburuk"
Arum menerima surat yang polisi itu berikan, Arum langsung membukanya, lalu membaca isi surat itu.
Dear Arum
Assalamualaikum...
Saat kamu sudah membaca surat ini, artinya aku sudah tidak ada lagi, artinya aku sudah pergi jauh meninggalkan kamu. Maaf...maaf...dan maaf. Maaf atas segala hal yang sudah aku perbuat, sungguh aku menyesali perbuatan itu, aku sangat-sangat menyesalinya, hanya karena aku iri dengan kehidupan kamu, membuat aku melakukan hal yang bodoh itu. Aku tau kamu begitu hancur oleh ku, maka dari itu, aku mohon maaf sebesar-besarnya Rum, maafkan aku...aku sudah merusak kepercayaan mu, aku berpura-pura baik, aku sudah merusak kehidupanmu, aku merusak nama baik mu, aku sebarkan foto mu, maafkan aku...aku sungguh menyesalnya Rum. Dan sebenarnya aku tidak melakukan hal sekeji itu, aku hanya ingin mengambil gambar kamu tanpa jilbab, aku hanya ingin menghancurkan hidup kamu bukan merebut paksa kesucian kamu, semua yang aku lakukan malam itu hanyalah rekayasa. Tapi hukuman ini? Memanglah pantas untukku, karena aku sudah menyebarkan foto-foto itu dan merusak nama baik kamu sehingga orang-orang jijik melihat mu. Maafkan aku Rum, jika kamu tidak memaafkannya tidak masalah, aku tunggu sampai kamu bisa memaafkan ku. Maaf untuk semuanya, sampaikan maaf ku untuk Putri, maaf jika selama berteman aku mempunyai banyak salah dengan kalian. Dan aku ingin ucapakan terima kasih, terima kasih kalian sudah mau berteman denganku, terima kasih kalian begitu baik denganku, terimakasih atas segalanya aku senang bertemu dengan kalian, namun hanya aku nya saja yang tidak bersyukur karena Allah hadirkan teman sebaik kalian. Terima kasih atas segalanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARUM (END)
Novela JuvenilDILARANG PLAGIAT! PLAGIAT MINGGIR! HARGAI KARYA ORANG JIKA KAMU INGIN DIHARGAI JIKA TERDAPAT KESAMAAN DALAM NAMA TOKOH, TEMPAT, DAN ALUR ITU UNSUR TIDAK KESENGAJAAN CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI SAYA! Aku bukan wanita sholehah, bahkan jauh...da...