Pergi?

2.4K 223 9
                                    

Arum sedang sarapan bersama ibu dan Kakaknya, jarang Arum bisa makan bersama dengan keluarganya, Arum lebih suka makan sendirian di bandingkan makan bersama keluarganya. Hari Arum tidak tau mau ke mana lagi, ia bosan setiap pagi keluar rumah tanpa tujuan yang jelas, ia lelah karena sudah bersandiwara, ia lelah berlakon, namun tidak mungkin juga ia menceritakan hal yang sebenarnya.

"Hoeekkk..." Arum menutupi mulutnya, lalu bergegas menuju kamar mandi, Nayla dan Jihan bingung melihat Arum.

"Hoekkk..." Arum membasuh mulutnya, selera makanya tiba-tiba hilang. Saat sudah mulai membaik, Arum kembali ke meja makan.

"Kamu kenapa Rum?"

"Gak apa-apa Bu, mungkin karena Arum masih kurang enak badan"

"Gak usah kuliah, istirahat di rumah" ucap Nayla

"Eh gak Kak, hari ini ada presentasi, gak mungkin Arum gak hadir"

"Sudah minum obat?" tanya Jihan

"Sudah Bu. Arum berangkat dulu lah, takut telat. Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam"

Arum pergi meninggalkan rumahnya, perlahan ia dan motornya mulai menjauh dari rumahnya. Begitulah setiap pagi Arum, keluyuran tidak jelas, kadang ia ke taman, kadang ia hanya sekadar mengelilingi kotanya, kadang ia menelusuri perumahan warga.

Sebenarnya Arum masih merasakan pusing, tapi ia harus keluar juga dari rumah itu, baginya belum saatnya permainannya berakhir, ia pun tidak tau sampai kapan ia akan seperti itu.

Arum mengelilingi tugu yang ada di kotanya, sudah empat kali ia mengelilingi tugu itu, ia benar-benar tidak mempunyai tujuan.

Tanpa terasa, jam sudah menunjukkan pukul Sembilan. Kini waktunya ia kembali ke rumah, kini waktunya untuk ia beristirahat, ia merasa lelah.

Sampai rumah, Arum membuka pintu. Ia sudah tidak sabar ingin berbaring, ia merasa pusing.

"Astaghfirullah" Arum terkejut, Jihan dan Nayla berdiri menatap Arum.

"I...ibu belum pergi?"

Jihan menatap tajam Arum.

"Nayla, ambil barang yang Ibu siapkan tadi!"

Nayla melangkah memasuki kamar Arum. Arum bingung apa yang sebenarnya terjadi, hatinya berfirasat buruk.

Bruk

Nayla melempar tas besar pada Arum, Arum kembali terkejut.

"Pergilah" ucap Jihan sambil tersenyum

"Maksud Ibu?"

"Kau tidak mendengar? PERGI!"

Arum terduduk lemas di lantai, ia menatap sang Ibu yang kini sudah menangis.
"Arum tidak mengerti"

Jihan melemparkan foto-foto Arum saat di hotel. Arum terkejut melihat foto itu sampai pada Ibunya.

"DASAR ANAK BODOH! Kau tau? Hal yang kamu lakukan itu Bodoh! BODOH! ARUM BODOH"

"Ibu...ini bukan salah Arum...Bu jangan usir Arum...hiks...Bu...Arum tidak ingin pergi...maafkan Arum Bu..."

"JANGAN PANGGIL AKU IBU! AKU TIDAK PUNYA ANAK YANG SEPERTI KAMU! ANAK BODOH"

"Ibu...maafkan Arum...hiks...Arum tidak mungkin melakukannya, Arum dijebak, Ibu percaya sama Arum, Arum tidak mungkin melakukan nya"

"Tidak mungkin? Terus yang tidur itu siapa? SIAPA ARUM? JAWAB AKU"

"Pergilah, ini bukan tempat kamu lagi" ucap Nayla yang dari tadi hanya diam.

"AKU KECEWA RUM, AKU KECEWA! AKU MALU, AKU GAGAL MENJADI ORANG TUA" Jihan menangis, pipinya sudah basah.

"Kenapa? Kenapa kamu melakukan itu? Kakak kecewa Rum, kecewa, Kakak malu, Kakak malu Rum memiliki Adik seperti kamu, kamu itu perempuan, kenapa mudah kamu memberikan tubuhmu untuk pria yang bukan suami kamu!"

"Arum benar-benar di jebak Kak...hiks..."

"PERGI! AKU BILANG PERGI! JANGAN KAU INJAKAN KAKI DI RUMAH INI"

"Maafkan Arum" Arum mengambil tas itu, lalu berdiri, dan melangkah pergi  meninggalkan rumah itu. Hal yang ditakutkan terjadi padanya, ia benar-benar diusir. Arum tidak tau, kemana ia harus pergi. Arum mengendarai motornya, ia tidak mungkin meninggalkan motor itu.

Sepanjang jalan, Arum menangis di balik kaca helm nya. Ia tidak tau harus kemana ia pergi, ia tidak memiliki tujuan.

Putri? Ya itulah yang Arum pikirkan. Arum pergi menuju rumah Putri, walaupun Putri sedang kuliah, tapi ia tau di mana Putri menyembunyikan kunci rumahnya.

Lima belas menit Arum sampai di rumah Putri, rumah itu cukup besar, namun hanya Putri dan tamannya lah  yang tinggal di rumah itu, orang tuanya di Jakarta karena mereka bekerja di sana sedangkan Putri, ia memilih untuk menetap di kota kelahirannya, ia tidak ingin pindah kuliah dan pergi meninggalkan kotanya.

Arum mengambil kunci yang ada di pot bunga, lalu membuka pintu itu. Setelah pintu terbuka, Arum masuk ke dalam rumah itu, ia duduk di sofa, kemudian ia mengeluarkan hp nya, ia ingin memberitahu Putri bahwa dirinya saat ini ada di rumahnya.

"Kuatlah Arum...kuatlah...ini ujian...jangan sampai berbalik arah" ucap Arum menguatkan dirinya. Dadanya terasa sesak, ucapan Ibunya masih bergema di telinganya.

"Arum" Suara itu mengejutkan Arum

"Yasmin?" Arum mengusap air matanya. "Gak kerja?"

"Hai, ngapain di sini? Aku kira Putri ada di rumah, tiba-tiba pintu gak di kunci. Hari ini aku libur kerja" orang yang bernama Yasmin itu ikut duduk di sofa sambil membawa minuman botol yang ada di plastik itu.

"Kamu masih?"

"Iyalah, sehari aja aku gak bisa tanpa minuman ini" Yasmin mengeluarkan botol itu, lalu membukanya, kemudian meminumnya.

"Mau?"

"Eh gak"

"Ada apa dengan kamu Arum? Aku rasa kamu sedang ada masalah?"

"Iya, masalah besar"

"Itu tas? Kamu mau pindah?"

"Bukan pindah tapi diusir"

"Diusir? Kenapa bisa? Apa jangan-jangan gara-gara itu?"

"Kamu tau?"

"Putri yang cerita. Beneran kamu kena usir?"

"Iya, Ibu dan Kak Nay yang ngusir"

"Ya Tuhan...kesian kamu Rum. Tinggallah di sini"

"Iya aku ada niatan untuk tinggal disini untuk sementara"

"Iya, selamanya juga tidak masalah, pastilah Putri mengijinkan, aku yang gini aja ia mau menampung ku"

Arum menatap minuman alkohol yang ada di atas meja itu. Ia teringat kembali dengan masa lalunya, masa dimana minuman itu menjadi salah satu minuman favoritnya, ya, Arum pernah terjebak di dunia malam, dahulu waktu SMK club malam adalah tempat Arum, Ibu dan Nayla tidak mengetahui itu, Arum pernah melupakan Nya, Arun pernah mengabaikan perintah Nya, Arum sering melanggar laranganNya, tapi tidak lama ia terjebak dalam dunia itu, Allah tuntun Arum untuk kembali pada Nya. Semenjak kuliah baru Arum berubah, ia berubah menjadi dirinya yang dulu, dirinya yang memakai jilbab, dirinya yang selalu mengerjakan sholat, dirinya yang selalu ingat Allah, Arum berhasil bisa mengembalikan dirinya yang dulu, namun karena terpengaruh dunia malam itu, ada satu hal yang belum bisa Arum tinggalkan, belum bisa Arum hentikan.

"Mau?" tawar Yasmin

"Tidak" Arum masih bisa menahan nafsunya untuk tidak meminum minuman itu.

Yasmin? Adalah salah satu teman Arum dan Putri. Mereka berbeda agama, Yasmin seorang wanita yang bisa di katakan nakal, Yasmin adalah teman Arum di club, Yasmin yang mengenalkan Arum dengan dunia malam, Arum ke club bukan salah Yasmin, karena penasaran seperti apa club membuat Arum ingin tahu dan Yasmin lah yang mengajak Arum untuk yang pertama kalinya ke club sehingga ia menjadi kecanduan. Sisi lain Yasmin, wanita itu sebenarnya baik, karena kurang kasih sayang dari orang tua lah yang membuatnya seperti itu.

Next gak?
.
.
Jangan lupa votenya
.
.
See you
.
.

ARUM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang