Tiga hari sudah Arum tinggal di rumah Putri. Sungguh ia merindukan kebersamaan dengan keluarganya, Arum semakin merasa hancur, hari-harinya sudah tidak seperti dulu, bertubi-tubi ujian datang menghampirinya, Arum mencoba untuk kuat dan bertahan tapi jika mengingat masalah yang ada ia merasa ingin mengakhiri hidupnya, ia lelah, ia sudah tidak kuat lagi menjalani kehidupannya, ia menyerah, ia putus asa.
Arum memegang minuman botol, ia merasa stres benar-benar stres, minuman itu menjadi pelampiasannya. Saking stressnya ia, ia kembali meminum minuman haram itu, imannya goyah.
Prak
Arum menghempas botol yang sudah kosong itu sehingga pecah.
Arum menatap pecahan botol yang sengaja ia pecahkan itu, lalu Arum berjongkok mengambil pecahan itu.Krek
"Arum kamu tidak apa-apa?" Putri terdiam di depan pintu, sambil menatap Arum.
"Astaghfirullah Arum!" Putri masuk ke dalam kamar Arum, lalu mengambil pecahan botol di tangan Arum.
"Kamu sudah gila?"
"Iya aku gila" jawab Arum
"Ya Allah ... kamu minum lagi? Arum ... istighfar ... kenapa minum lagi?"
"Aku lelah ... aku lelah Put"
"Arum ... jangan lakukan itu lagi! mengakhiri hidup bukan jalan untuk menyelesaikan masalah. Aku mohon ... bersabarlah, hadapilah" Putri memeluk Arum, mencoba menenangkan Arum.
"Aku lelah ... aku lelah menjalani semua ini, aku sudah benar-benar menyerah, semakin lama aku berada di dunia ini semakin aku menyusahkan orang-orang sekitarku, aku sudah tidak berarti lagi, tidak ada lagi alasan aku untuk bertahan, Ibu saja tidak menginginkan ku lagi, untuk siapa aku bertahan? Keluarga ku membenci ku? Aku sudah tidak sanggup lagi, aku menyerah" Arum menangis di pelukan Putri.
Putri ikut bersedih, masalah yang sahabatnya miliki begitu besar, jika ia berada di posisi Arum, mungkin ia akan melakukan itu juga.
"Istighfar Rum...semua akan selesai, bersabarlah, semua akan berakhir"
"Kenapa saat aku memutuskan untuk berubah menjadi lebih baik ujian ini datang?"
"Karena Allah ingin melihat seberapa ikhlas dan sabar kamu menghadapinya, mengeluh hanya mengurangi pahala sabar kamu. Ini test pack, aku membelikannya untukmu, biar kamu tau, apa kamu positif"
"Ta...tapi aku takut"
"Dicoba dulu, tidak salahnya kan?"
Arum mengambilnya, lalu ia melangkah menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.
Setelah beberapa menit kemudian, Arum keluar dari kamar mandi, Putri masih Setia duduk di sisi kasur.
"Bagaimana?"
"Ini"
"Alhamdulillah..."
"Tapi kenapa aku merasa mual-mual?"
"Mungkin kamu keracunan makanan Rum"
"Alhamdulillah...setidaknya hal yang aku takutkan tidak terjadi, dan aku harap tidak akan terjadi" Arum bernapas lega, apa yang ia takutkan selama ini tidak terjadi, hasil menunjukan Arum negatif hamil.
"Iya Alhamdulillah Rum...aku senang mendengar ini, hilang satu pikiran kamu Rum, kamu tidak perlu memikirkan hal itu lagi"
"Iya Put. Makasih ya, gara-gara kamu membelikan ini, akhirnya aku bisa tau"
"Sama-sama. Aku harap kamu kuat! Lanjutkan perjalanan hidup kamu Rum, selagi masih ada waktu kamu gunakan waktu untuk melakukan hal-hal yang semestinya di lakukan, masih banyak yang harus kamu lakukan Rum"
"Aku akan mencoba lagi, mencoba untuk bertahan"
"Alhamdulillah...aku senang mendengarnya, jangan coba untuk bunuh diri lagi ya"
"In Syaa Allah kalau imanku kuat" ucap Arum.
Putri mengusap tangan Arum, sahabatnya itu sangat membutuhkan semangat darinya.
🥀🥀🥀
Sebentar lagi pukul lima, Arum sudah bersiap untuk pergi bekerja, keadaannya sedikit membaik, ia sudah tidak sesedih waktu pagi tadi.
"Kamu punya?" tanya Arum sambil mengisyaratkan sesuatu.
"Oh itu banyak, aku baru beli malam tadi. Kamu masih?"
"Iya, itulah yang bisa membantuku"
"Tapi kulihat akhir-akhir ini kamu lesu"
"Iya karena habis, jika tidak ada itu mungkin setiap harinya aku lesu, tidak bersemangat"
"Mana? Aku isikan"
"Nah, makasih ya"
"Iya" jawab Yasmin sambil tersenyum manis.
Tidak lama kemudian, Yasmin keluar dari kamarnya. Kemudian ia mengembalikan barang milik Arum.
"Makasih"
"Kalau mau lagi bilang"
"Ah iya. Nih aku mau berangkat kerja dulu"
"Gunakan itu dulu, kamu benar-benar terlihat tidak bersemangat"
"Nanti saja. Aku pergi" ucap Arum melangkah pergi meninggalkan Yasmin.
Jarak Kafe dari rumah Putri tidaklah jauh, sangat dekat di bandingkan dari rumahnya sendiri.
Hanya butuh sepuluh menit saja, Arum sudah sampai di kafe itu. Ia memarkirkan motornya, kemudian melangkah memasuki kafe.
Arum meletakkan helm dan juga tasnya, lalu ia kembali melangkah menuju luar, ia sudah siap untuk bekerja, bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, walaupun ia sudah tidak kuliah lagi, tapi ia tetap bekerja, pekerjaan itu sangat bermanfaat untuknya.
Arum membawa buku menu, ia menghampiri orang yang baru saja datang ke kafe itu.
"Ini"
"Eh kamu"
"Bu" ucap Arum tersenyum manis
"Minggu lalu saya ke sini, tapi tidak ada kamu"
"Jam berapa Ibu ke sini?"
"Jam berapa Nish?"
"Mungkin jam satu Ma" jawab pria yang ada di samping wanita itu.
"Kalau jam segitu saya belum datang Bu, saya kena shift malam"
"Oh pantas Ibu gak liat kamu"
"Iya. Ibu mau apa?"
"Teh tarik, sama roti canai"
"Bapak?"
"Eh jangan panggil Pak, kata itu terlalu tua, umurnya masih Dua puluh tiga"
"Eh maaf Bu" Arum terkekeh pelan
"Panggil Abang"
"Mama!" tegur pria itu
"Ya udah Arum panggil Abang. Abang mau apa?" tanya Arum
Sejenak Pria itu menatap Arum, lalu mengalihkan pandangannya.
"Saya mau mocha latte dan pisang krispy toping cokelat""Baiklah. Tunggu sebentar ya Bu" ucap Arum. Lalu melangkah pergi meninggalkan meja nomor Delapan
Kuatlah Arum. 😭😭😭

KAMU SEDANG MEMBACA
ARUM (END)
أدب المراهقينDILARANG PLAGIAT! PLAGIAT MINGGIR! HARGAI KARYA ORANG JIKA KAMU INGIN DIHARGAI JIKA TERDAPAT KESAMAAN DALAM NAMA TOKOH, TEMPAT, DAN ALUR ITU UNSUR TIDAK KESENGAJAAN CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI SAYA! Aku bukan wanita sholehah, bahkan jauh...da...