Keponakan

1.5K 173 1
                                    

Perlahan, waktu membuat Arum terbiasa tanpa obat itu, ia sudah benar-benar bisa menahan dirinya untuk tidak menghirup obat itu lagi, ia pun tidak ada kepikiran bahkan ingat-ingat lagi tentang obat itu. Arum senang, akhirnya ia sudah bebas dari kecanduan kokain, ia bahagia, ia mampu melewati hari-harinya tanpa obat itu lagi, dan sekarang, Arum tidak perlu lagi menjalani rehabilitasi, sekarang waktunya ia fokus pada masa depan yang cerah.

Tidak akan lama lagi Arum akan melepas masa lajangnya, ia akan segera menikah dengan seorang pria yang tulus dan ikhlas mencintai Arum. Lamaran resmi sudah di lakukan, persiapan dan hari akadnya pun sudah di perbincangkan, mereka sudah merencanakannya, berharap semua berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana.

Beberapa menit yang lalu, Arum baru sampai rumah. Malam ini sedikit lebih awal ia pulang kerja.

Arum sedang duduk di kursi yang ada di dapur, pulang kerja ia tidak langsung tidur dan ke kamar melainkan ke dapur dulu, untuk membuat sesuatu.

Arum tersenyum karena teringat kejadian siang tadi, saat ia pergi mencari cincin nikah bersama Danish dan Hanung. Setengah hari bersama mereka membuat Arum bahagia, setengah hari  bersama Danish membuat Arum mulai mengenali Danish, ia sudah tau sifat calon suaminya itu, ia tidak menyangka, Danish orang yang ceria, banyak bicara, di bandingkan dirinya, Danish lebih cerewet, tidak hanya itu, yang baru Arum ketahui ternyata Danish orang yang lucu, dia suka membuat lawak, itulah yang membuat Arum bahagia, lawakan Danish mampu membuat Arum tertawa lepas, tertawa seperti tidak ada beban.

"Hey, lagi mikirin apa?"

"Eh Kak, Nay. Tidak ada kok. Mau bikin apa?" tanya Arum sambil meminum teh hangat yang baru saja ia buat.

"Mau bikinkan Mas Alif kopi"

"Eh malam-malam begini minum kopi? Nanti gak bisa tidur lagi"

"Sengaja, Mas Alif mau bergadang"

"Ngapain hayoo?"

"Hey, jangan mikir yang macam-macam ya! Mas Alif mau nyelesain kerjaan di kampus" ucap Nayla sambil mengaduk kopi yang ia buat.

"Hem...malam pun masih kerja"

"Mau gimana lagi? Sudah tugas. Nih tumben belum tidur?"

"Belum ngantuk Kak"

"Tidurlah, sudah hampir jam 11 loh"

"Nanti dulu, mau menghabiskan teh ini"

"Kakak mau ke kamar dulu"

"Kak Nay"

"Iya?"

"Arum boleh minta sesuatu?"

"Apa?"

"Arum mau keponakan" jawab Arum sambil tersenyum lebar

Pak

Nayla menepuk bahu Arum. "Permintaan tuh jangan mengada-ada"

"Eh salahkah Arum minta itu?"

"Dah Kakak mau tidur"

"Jangan lupa!"

"Lupa apa?" tanya Nayla menatap Arum

"Bikinkan keponakan"

"Arum mau apa? Mau batu apa mau kertas?"

"Tidak mau keduanya"

"Kalau gak mau, jangan macem-macem sama Kakak, tangan nih pernah mukul orang"

"Kak Nay denger gak? Tuh Kak Alif sudah manggil"

Nayla mengerutkan keningnya sambil menatap Arum.

"Sudah tak sabarlah tuh" ucap Arum

"Tak sabar apa?" Nayla menggenggam tangannya

"Tidak sabar mau minum kopi itu"

"Terserahlah, Kakak mau tidur" ucap Nayla pergi meninggalkan Arum. Arum terkekeh pelan menatap kepergian Nayla. Malam ini Kakaknya dan Kakak iparnya menginap di rumah Jihan, satu kali seminggu Nayla dan Alif menginap di rumah itu, itu semua atas permintaan Arum, ia merasa kesepian karena hanya dia dan Jihan saja yang ada di rumah itu.

Setelah teh habis, Arum beranjak menuju kamarnya, ia rasa sudah mengantuk, dan ingin cepat-cepat tidur. Arum menatap pintu kamar sang Kakak, ia terpikir untuk mengganggu sang Kakak.

Tok...tok...tok...

Krek

"Arum? Kenapa?" tanya Nayla muncul di balik pintu

"Sudah?"

"Sudah apa?"

"Bikinkan keponakan" Arum langsung berlari menuju kamarnya setelah mengucapkannya.

"ARUM!" ucap Nayla yang tidak sempat mengejar Arum, karena Arum sudah menutup pintu kamarnya.

🥀🥀🥀

Selesai sholat subuh, Arum beranjak menuju dapur, ia ingin membantu Jihan yang biasnya pagi-pagi sudah memasak di dapur.

"Ibu" ucap Arum yang berhasil membuat Jihan terkejut.

"Kamu ini ya suka kagetan Ibu"

"Pagi-pagi sudah termenung kenapa? Mikirin apa sih Bu?" tanya Arum sambil mengambil cangkir

"Gak ada. Kamu mau buat apa?"

"Biasa Bu, susu"

"Tuh Ibu bikin cekodok pisang"

"Pas banget, Arum rasa lapar, karena kemarin makannya kecepatan. Ibu bikin apa?"

"Rencananya mau bikin ikan asin masak asem manis untuk sarapan"

"Sini Arum bantu"

"Tidak perlu, kamu minum susu dan makan cekodok tuh"

Pak

"Aduh"

"Ha...malam tadi ganggu Kakak kan"

"Sakit lah Kak"

"Nay kenapa?"

"Nih Adek, malam-malam ngetuk kamar Nay"

"Oh malam-malam yang ribut itu kalian? Ibu dengar suara Nayla teriak"

"Nah itulah Kakak Bu, Arum tidak berisik, Kak Nay aja yang teriak"

"Iyalah, malam-malam ketuk pintu, lalu nanya yang aneh-aneh"

"Memangnya kamu nanya apa Rum?" tanya Jihan

"Arum minta keponakan Bu, salah gak? Biar Ibu gak kesepian"

"Bener tuh, Ibu juga mau, biar nanti Ibu tidak kesepian"

"Ish...Ibu sama saja" ucap Nayla pergi meninggalkan mereka

"Eyy...merujuk dia"

"Mungkin lagi pms Bu" ucap Arum

"Mungkin ya"

Setelah membuat susu, Arum duduk di kursi, menikmati cekodok pisang yang Jihan buat.

ARUM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang