Suka?

1.5K 203 6
                                    

Mohon dukungannya, agar saya tambah semangat untuk melanjutkan cerita ini, vote-vote dari kalianlah yang membuat saya semangat,
vote seikhlasnya saja ya, yang sudah terimakasih.

💧💧💧

Seperti biasa, malam hari Arum berada di kafe, bekerja tanpa henti dan tanpa kata libur, setiap malamnya ia gunakan untuk bekerja, tidak ada waktu untuk jalan-jalan malam atau lainnya.

Orang yang baru memasuki kafe itu tersenyum ke arah Arum, begitu juga dengan Arum, Arum menghampiri mereka.

"Selamat malam."

"Malam. Cantik kamu malam ini."

"Ah Ibu bisa aja, nih saya berasa mau terbang di bilang cantik. Silakan duduk, Bu, Pak, Dok."

"Makasih."

"Ibu mau pesan apa? Tumben malam ke sini biasanya siang."

"Iya kami mau makan malam di sini. Saya mau nasi goreng spesial tiga, teh tarik. Ayah mau apa?"

"Mocha."

"Dokter?" tanya Arum

"Seperti biasa," jawab Danish

"Dokter?" tanya Ibu-ibu itu

"Saya pernah jadi pasien Dokter Danish Bu."

"Oh ya? Ngomong-ngomong nama kamu siapa?"

"Saya Arum Bu."

"Oh ini yang namanya Arum, Danish sering cerita tentang kamu."

"Maaf saya menceritakannya pada Mama."

"Tidak masalah Dok, dan tidak apa-apa. Nama Ibu siapa?"

"Nama saya Hanung, dan ini suami saya Bram."

"Salam kenal Bu, Pak. Saya tinggal ke dalam dulu."

"Iya, nanti ke sini lagi" pinta Hanung

"Iya Bu," jawab Arum pergi meninggalkan keluarga kecil itu.

Arum menyerahkan kertas pesanan yang mereka pesan tadi pada Fia.
Sambil menunggunya, Arum duduk sambil memperhatikan Fia membuatkan kopi, Arum pernah mencoba untuk membuat kopi yang ada gambaran di atas kopi, namun gagal, ia tidak memiliki keahlian mengukir atau menggambar apalagi membuat gambaran di kopi.

"Rum...Pak Dosen hari ini ada gak?"

"Gak ada."

"Yah...kalau ada kasih tau ya."

"Tidak akan lama lagi Pak Alif akan menikah."

"Menikah? Baru mau pedekate sudah mau jadi milik orang."

"Kesian Kak Fi, In Syaa Allah nanti pasti akan Allah pertemukan, untuk saat ini Kak Fia harus sabar, ikhtiar dan tawakal, berdoa dan selalu meminta pada Allah."

"Bukanya gatel banget mau nikah Rum, Kakak lelah ditanya Ibu kapan nikah, nanyanya itu mulu."

"Orang tua memang seperti itu Kak, sudah biasa, Ibu Kakak seperti itu karena sudah tidak sabar ingin melihat Kakak menikah."

"Itulah, tapi mau gimana lagi."

"Rum nih nasi goreng nya."

"Duluan Kak Lia yang membuat nya."

"Iyalah kamu yang ngajak Kakak bicara." Arum tertawa, memang gara-gara dia yang membuat Fia tidak fokus pada kerjaannya.

"Arum ngantar ini dulu."

ARUM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang