Calon Imam

2K 205 4
                                    

Terimakasih untuk satu hari lagi Ya Allah karena Kau masih memberikan kesempatan kepadaku untuk  masih bisa melihat keindahan ciptaanMu.

🥀🥀🥀

Jihan menyuapkan bubur pada Arum, sungguh hal itu membuat Arum bahagia karena sang Ibu selalu ada untuknya, karena sang ibu sudah tidak membencinya lagi, Arum bahagia dan bersyukur, Allah berikan kesempatan untuknya berbaikan dengan sang Ibu, Allah berikan kesempatan untuknya bisa kembali menjalani kehidupannya, padahal waktu itu keadaannya buruk, karena masih ada waktu dan kesempatan yang Allah berikan, Arum kembali sadar dari koma.

"Nah sekarang minum obat ya"

"Iya Bu" Arum tidak sabar ingin cepat-cepat sembuh dan pulang ke rumah berkumpul bersama Ibunya, karena hal itulah yang sudah lama Arum tunggu-tunggu, bisa berkumpul bersama keluarga lagi.

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam"

Arum menatap orang yang masuk ke dalam ruangannya, orang itu tersenyum manis menatap Arum.

"Kak Nay?"

"Arum...Alhamdulillah kamu ingat Kakak"

"Ya Allah...Kak Nay jenguk Arum?"

"Bahkan Kakak sering jenguk kamu Rum, Kakak selalu menunggu kamu bangun. Arum sudah membaik Bu?"

"Iya Alhamdulillah"

"Rum"

"Pak Alif" ucap Arum

"Eh jangan panggil Pak, sekarang Mas Alif sudah jadi Kakak ipar kamu" ucap Nayla

"Iya Kak. Maaf Kak Arum tidak bisa hadir di acara kalian"

"Tidak apa-apa" jawab Alif

"Kak Nay sudah tidak marah lagi kan?"

"Kalau masih marah tidak mungkin Kakak ada di sini. Putri lah yang sudah menceritakan semuanya"

Putri? Ingat Putri membuat Arum tersenyum, begitu banyak kebaikan yang Putri lakukan untuknya, begitu Putri menolong Arum, ia sangat bersyukur mempunyai seorang sahabat sebaik Putri.

"Ya Allah... Alhamdulillah kalau begitu, Arum senang dan bahagia, Kak Nay dan Ibu mau menerima Arum lagi"

"Maafkan Kakak ya Rum"

"Arum yang seharusnya minta maaf dengan Kakak, maafkan Arum Kak"

"Kakak sudah memaafkannya dan sekarang Kakak mau Arum tinggal lagi bersama Ibu, temenin Ibu, mau kan?"

"Iya Kak, pasti Arum mau tinggal dengan Ibu"

"Alhamdulillah"

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam"

Arum kembali tersenyum menatap orang yang berada di depan pintu.

"Masuk Dok, Bu" ucap Arum

"Ya Allah Arum...maaf kami baru jenguk kamu, Danish baru tau kalau ternyata kamu masuk rumah sakit"

"Tidak apa-apa Bu. Makasih pagi-pagi sudah jenguk Arum. Oh iya Bu, ini Ibu Arum"

"Ibu? Kamu sudah?"

"Alhamdulillah Bu"

"Alhamdulillah...salam kenal ya, saya Hanung"

"Saya Jihan"

"Ini Kakak Arum Bu, Nayla"

"Nayla, dan ini suami saya Alif" ucap Nayla

"Sama-sama cantik"

"Ah Ibu bisa aja"

"Bu, itu..."

"Itu siapa?" tanya Jihan

"Dokter Danish"

"Calon Imam Arum Bu" ucap Danish sambil tersenyum kearah Jihan.

Jihan menatap Arum yang terlihat malu.

"Calon Imam? Artinya Nak Danish calon Arum?"

"Mohon doanya Bu"

"Calon? Saya belum menjawabnya lagi" ucap Arum

"Tidak masalah, saya yakin saya diterima" ucap Danish

"Yakin banget? Dokter Danish inilah Bu yang membantu Arum saat menjalani terapi"

Sekarang Nayla tau, orang yang ngobrol dengan Arum waktu di kafe itu adalah seorang Dokter.

"Terimakasih, Nak Danish sudah membantu Arum"

"Itu sudah menjadi tugas dan kewajiban saya Bu. Gimana perkembangan Arum?"

"Alhamdulillah mulai stabil, kemarin dia sempat hilang ingatan, syukurnya tidak lama"

"Tangan diperban kenapa?" tanya Hanung

"Patah Bu"

"Ya Allah. Sabar Rum ya, Allah kembali menguji kamu"

"Iya Bu"

"Ngomong-ngomong tentang calon tadi. Beneran nih?"

"Saya sudah mengutarakan niat baik saya Bu, tapi Arum belum menjawabnya"

"Rum, sudah punya jawabannya?" tanya Jihan.
Tiba-tiba Arum berubah menjadi malu, masalah itu mampu membuat Arum malu.

"Sebenarnya sudah"

"Alhamdulillah...dah katakan apa jawabannya?" tanya Hanung

"Apapun jawabannya saya terima Rum"

"Saya menerima Dokter, tapi...saya mau akad nikah dilaksanakan setelah saya benar-benar sembuh dari obat itu"

"Alhamdulillah" ucap semua orang

"Tidak apa-apa, saya akan menunggu kamu Rum, saya akan menunggu!"

"Terimakasih sudah memahami Arum" ucap Arum

"Terimakasih Rum, sudah menerima anak Ibu"

"Arum yang seharusnya berterimakasih Bu, karena Dokter dan keluarga sudah mau menjadikan Arum sebagai istri Dokter, padahal saya rasa saya tidak pantas"

"Jika sudah berjodoh mau gimana?  Arum jangan terlalu merendah, kamu itu orang yang baik, sifat kamu lah yang membuat kami suka dengan kamu Rum. Ibu senang, semoga Allah mudahkan kalian sampai ke pelaminan"

"Aamiin"

"Benarkah apa yang ku jawab? Ya Allah semoga itu pilihan yang terbaik, permudahkanlah ya Allah..."

ARUM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang