Beberapa tahun kemudian
Hari-hari Arum berjalan seperti biasanya, aktivitasnya sehari-hari masih seperti biasanya, namun ia sudah tidak lagi kuliah, ia baru saja menjadi seorang sarjana, ya tanpa terasa waktu berjalan dengan cepat, kini Arum sudah menyelesaikan kuliahnya dengan baik, walaupun Arum kuliah sambil bekerja, ia mampu menyelesaikan kuliahnya dengan semestinya.
Begitu banyak sudah rintangan dan masalah yang Arum hadapi. Sampai sekarang, hubungan Arum dan keluarganya belum membaik, setiap kali Arum ke rumah, ia selalu di usir, Arum lelah untuk pergi ke sana, ia berharap suatu hari nanti Ibu dan Kakaknya mau memaafkan nya. Rindu? Iya Arum rindu dengan keluarganya, kadang Arum datang ke warung tempat Ibunya bekerja, tapi ia pergi menggunakan cadar dan kacamata. agar Ibunya tidak mengenalinya, Arum melakukan itu agar bisa melihat sang Ibu, walaupun ia menyamar menjadi orang lain.
"WOY"
"Astaghfirullah...Kak Fia!"
"Hehe...terkejut ya? Dari tadi bengong aja. Nih minum dulu" Fia menyodorkan secangkir kopi pada Arum.
"Makasih Kak"
"Lagi ada masalah?"
Arum mengusap keringatnya. Ia berkeringat dingin.
"Gak Kak, Arum cuma teringat Ibu""Coba satu kali lagi, siapa tau Ibu luluh dan memaafkan kamu"
"Entahlah Kak, Arum menyerah"
"Hei, menyerah itu bukan Arum, Arum yang Kakak kenal pantang menyerah! Coba! Coba lagi, gagal coba lagi"
Arum meminum kopi buatan Fia, ia merasa sedikit tenang setelah meminum kopi itu.
"Lama gak minum kopi, padahal setiap hari bekerja di kafe"
"Kalau mau bilang aja sama Kakak"
"Iya Kak. Eh itu ada pelanggan. Arum ke luar dulu"
"Iya"
Arum bergegas menuju meja yang baru saja di isi oleh pelanggan, teman-teman Arum yang lainnya sedang sibuk, di depan sana, Arum duduk sebentar saja melepas rasa lelah, malam ini ia merasakan lelah, karena ia sedang berusaha untuk tidak membutuhkan benda yang membuatnya terlihat semangat dan terlihat selalu segar, Arum berusaha untuk menjauhkan diri dari benda itu.
"Mau apa Pak?"
"Vanilla. Kamu mau apa?"
"Cappucino"
"Aku cappucino juga"
"Mocha"
"Ada lagi?"
"Itu saja"
"Mohon tunggu sebentar" ucap Arum beranjak pergi meninggalkan meja itu
"Kak ini pesanan baru"
"Oke"
Arum kembali duduk sambil menunggu kopi-kopi itu di bikinkan.
Arum masih bekerja di tempat itu, walaupun sebenarnya bisa saja ia mencari pekerjaan yang lebih baik, namun ia urungkan niat itu, ia tetap Setia bekerja di tempat itu walaupun ia sudah menjadi seorang sarjana. Saat ini tidaklah mudah mencari pekerjaan, oleh sebab itu Arum tidak ingin melepaskan pekerjaan itu.Mata Arum tiba-tiba menatap tajam, ia merasa seperti was-was, ke kiri ke kanan ia menatap di sekitarnya, mata Arum melotot, ia merasa ketakutan, dan cemas, ia menggerakkan kakinya sangat cepat, ia gelisah, matanya tak henti-hentinya menatap sekitarnya.
"Arum"
"Woy" Arum berdiri dan ingin memukul orang itu, tangannya sudah terangkat, namun ia segera sadar.
"Arum kamu kenapa?"
"Tidak, tidak apa-apa, maaf Kak" jawab Arum mengusap wajahnya. Ekspresi wajah Arum seperti orang yang ketakutan.
"Kamu kenapa?"
"Gak apa-apa Kak. Kak Fia sudah?"
"Ini"
Arum mengambil kopi yang siap di antar itu. Arum kembali melangkah keluar.
🥀🥀🥀
Malam semakin larut suara jangkrik di halaman terdengar begitu mengalun-alun seolah mereka sedang menyanyikan sebuah lagu yang mampu menyihir orang-orang yang mendengarnya sehingga mereka tertidur dengan pulasnya dan hidup dalam mimpinya masing-masing. Angin yang bertiup juga tak mau kalah dengan suara Jangkrik, begitu mendukung untuk menggulungkan tubuh dalam balutan selimut hangat, itulah yang Arum lakukan saat ini, beberapa menit yang lalu ia sampai di rumah, saat teman-temannya sudah terlelap tidur dan bermimpi, Arum baru saja ingin memulai hal itu.
Prak
Arum membuka matanya, ia melotot mencari arah sumber suara.
"Siapa itu?" tanya Arum
"Siapa itu?"
Arum menyingkirkan selimutnya, kemudian ia melangkah keluar kamar nya.
"Siapa itu" namun keadaan masih hening dan sepi. Arum merasa seperti ada orang yang berbicara namun nyatanya tidak ada siapa-siapa.
"Woy!" Arum berteriak
Arum melangkah sangat pelan sambil membawa gunting, jaga-jaga takut terjadi apa-apa dengannya.
"WOY...SIAPA KAMU"
Tak
Lampu ruang tamu menyala. Arum terkejut melihat Putri yang berdiri di depannya.
"Putri?"
"Arum...kamu kenapa teriak-teriak?" Putri mengucek matanya
"Aku mendengar suara orang berbicara Put, suara itu dari luar"
"Berbicara? Aku aja gak dengar suara apa-apa. Dari tadi kurasa sepi" Putri menatap Arum yang ketakutan. Arum menghampiri Putri, lalu memegang tangannya.
"Aku takut" ucap Arum sambil berbisik
"Ada orang jahat" ucapnya lagi.
Putri bingung melihat perubahan Arum, tidak biasanya Arum bertingkah seperti itu, bagi Putri tingkah Arum saat ini aneh.
"Gak ada yang perlu di takutkan"
"Aku takut, orang jahat ada dimana-mana" Putri merinding mendengar suara Arum yang berbisik keras.
"Ada apa dengan Arum?" tanya Putri pada hatinya
"Ada apa Put, Rum?" tanya Yasmin.
"Ada orang jahat" ucap Arum
"Yas, Arum kenapa nih, kok dia seperti ini. Kamu merasa gak kalau dia aneh?"
"Aku takut, aku tidur dengan kamu aja Put"
"Aku tau masalahnya. Ajak dia ke kamar kamu Put, nanti aku cerita. Arum...dah masuk kamar Putri tidur dengan Putri"
"Kamu gak mau ikut tidur dengan kami? Kalau ada orang jahat gimana?"
"Gak apa-apa, aku tidur di kamarku aja. Dah masuk, tidur"
"Ayo Rum kita tidur" Putri menarik tangan Arum masuk ke dalam kamarnya. Tingkah Arum sangat aneh.
Ada apa dengan Arum. 😲
Sudah tekan bintang di bawah belum? Kalau belum berikan dukungannya untuk cerita ini.
Vote tembus 40 hari ini juga saya bongkar 💔
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUM (END)
Novela JuvenilDILARANG PLAGIAT! PLAGIAT MINGGIR! HARGAI KARYA ORANG JIKA KAMU INGIN DIHARGAI JIKA TERDAPAT KESAMAAN DALAM NAMA TOKOH, TEMPAT, DAN ALUR ITU UNSUR TIDAK KESENGAJAAN CERITA INI MURNI DARI IMAJINASI SAYA! Aku bukan wanita sholehah, bahkan jauh...da...